• Berita
  • Ketika Bobotoh Menggugat Pengelolaan Klub Kesayangan Mereka

Ketika Bobotoh Menggugat Pengelolaan Klub Kesayangan Mereka

Ratusan bobotoh Persib Bandung menggungat pengelolaan pertandingan klub kesayangan mereka. Kematian dua orang suporter tidak boleh dianggap kejadian biasa.

Bobotoh Persib Bandung berunjuk rasa diJalan Sulanjana, Kota Bandung, Selasa (21/6/2022), menggugat pengelolaan pertandingan klub kesayangannya yang gagal menghindarkan tragedi tewasnya dua orang suporter. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Reza Khoerul Iman23 Juni 2022


BandungBergerak.id – Ratusan suporter Persib Bandung, bobotoh, berunjuk rasa di depan kantor PT. Persib Bandung Bermartabat (PBB) di Jalan Sulanjana, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/6/2022) siang. Aksi menggugat keteledoran pengelolaan klub kesayangan warga Bandung ini merupakan yang kedua dalam sepekan terakhir.

Aksi protes dilakukan secara damai untuk menghormati kematian dua bobotoh Ahmad Solihin (29) dan Sopiana Yusup (20) di laga Persib Bandung vs Persebaya Surabaya Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Tragedi ini juga yang jadi pemicu gelombang protes yang dijanjikan bakal lebih besar lagi jika tidak mendapatkan tanggapan dari pihak pengelola.

Ada beberapa tuntutan yang disampaikan para bobotoh, di antaranya permintaan maaf dan pengakuan bersalah oleh panitia pelaksana (panpel) Persib, evaluasi besar-besaran dalam tubuh panpel Persib, serta penerapan pasal 54 ayat 4 dan 5 Undang-undang Keolahragaan Nomor 11 tahun 2022 terkait penyelenggara kejuaraan Olahraga yang meprioritaskan pemenuhan hak penonton, seperti mengekspresikan dukungan, memperoleh fasilitas yang sesuai dengan tiket masuk, dan mendapat jaminan keselamatan.

"Sudah jelas tuntutan kita tidak ada negosiasi. Semua stakeholder panpel harus dibenahi," ujar Ruhana salah satu perwaklian bobotoh.

Koordinator Panpel Persib Bandung Budi Bram meminta maaf atas ketidaknyamannya selama pertandingan. Ia juga menjanjikan evaluasi atas kejadian nahas itu sehngga tidak akan terulang kembali.

“Pasti kami akan melakukan evaluasi. Ini adalah pelajaran berharaga tidak hanya untuk Persib, tetapi juga untuk penyelenggara event sepakbola di Tanah Air. Semoga ini adalah yang terakhir terjadi di Indonesia, atau di manapun. Sekali lagi saya sampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat, bobotoh, dan terutama keluarga korban,” ujarnya.

Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat Umuh Muchtar turut meminta maaf atas kelalaian dalam penyelenggaraan pertandingan yang berbuntut tewasnya dua orang bobotoh. Ia berterima kasih kepada para bobotoh yang sudah menyampaikan aspirasi dan memberikan informasi tentang apa yang terjadi di lapangan.

"Saya berterima kasih atas masukan kalian tentang adanya tiket keriting, atau ada tiket yang palsu. Itu saya akan tegaskan kepada (petugas) keamanan, khususnya kepada kepolisian. Saya yang bertanggung jawab di PT. Persib,” kata Umuh.

Baca Juga: Persib di antara Reruntuhan Anyer Dalam
BUKU BANDUNG (34): Keterpurukan Persib yang Terlihat Samar di Masa Silam
Ingatan Masa Kecil 1965-1970 (16): Ketika Persib Bandung Bertanding di Pameungpeuk

Aksi Negatif yang Membudaya

Tewasnya dua orang bobotoh di pertandingan Persib Bandung vs Persebaya Surabaya dalam ajang Piala Presiden bukan tragedi pertama di jagat sepakbola Indonesia. Kejadian serupa terus terulang, terutama dalam pertandingan yang melibatkan dua klub yang punya sejarah panjang rivalitas atau yang melibatkan massa suporter dalam jumlah besar.  

Terhadap kejadian terakhir di GBLA Bandung, salah seorang bobotoh menyoroti beberapa sikap dan aksi negatif yang ditunjukkan oleh oknum aparat, ormas, para calo, dan juga tidak sedikit suporter yang memaksakan masuk meski tidak memiliki tiket. Terlebih lagi, panpel yang mestinya bisa mengantisipasi semua aksi negatif ini ternyata tidak mampu bekerja secara maksimal. Masalah-masalah ini seolah sudah membudaya.

Menurut kesaksian sang bobotoh, dalam Persib Bandung vs Persebaya Surabaya, proses pengamanan masuknya para penonton menuju stadion sangat tidak efektif. Seolah hanya ada satu ring pengamanan. Itu pun bukan untuk memeriksa para penonton. Akibatnya, tersedia banyak celah bagi para oknum aparat untuk meloloskan suporter yang tidak mengantongi tiket.

“Saya mah A, kemarin sampai ikut membantu proses pengamanan, terus memprioritaskan perempuan supaya gak berdesak-desakan, sama mengamankan suporter yang gak punya tiket. Ya walaupun sempat kena marah sama petugas di sana karena ikut campur, saya mah tetap membela diri karena yang saya lakukan itu untuk kebaikan,” ucapnya.

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//