• Cerita
  • Nawung Kridha: Sebuah Usaha Awal Eksplorasi Seni Lintasbidang

Nawung Kridha: Sebuah Usaha Awal Eksplorasi Seni Lintasbidang

Pameran dan Pertunjukan Motifs: Nawung Kridha mempertontonkan ke publik karya dua angkatan mahasiswa Integrated Arts Unpar. Mengeksplorasi pendekatan lintasbidang.

Pengunjung menikmati penampilan pembukaan Pameran dan Pertujukan Motifs: Nawung Kridha di kampus Fakultas Filsafat Unpar, Jalan Nias, Kota Bandung, Sabtu (16/7/2022) sore. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Penulis Virliya Putricantika20 Juli 2022


BandungBergerak.id - Seluruh pengunjung berdiri bersiap menepukkan tangan dan menghentakkan kaki. Bukan sembarang tepukan tangan dan hentakan kaki, semua gerakan itu menjadi bahan pembuatan sebuah lagu, dijuduli “Tebak”. Begitulah para pengunjung secara antusias mengikuti pembukaan Pameran dan Pertunjukan Motifs: Nawung Kridha oleh para mahasiswa jurusan Integrated Arts di kampus Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Jalan Nias, Kota Bandung, Sabtu (16/7/2022) lalu. 

Setelah diajak membuat lagu bersama, pengunjung disuguhi penampilan monolog, hasil terpretasi dari karya penulisan kreatif bertajuk “Luttle”, yang dipadukan dengan tarian. Alunan biola mengiringi kisah tentang seorang perempuan yang berjuang menghadapi ketakutan dan tekanan itu. Pakaian yang mulanya berwarna putih bersih berubah menjadi penuh bercak merah, biru, dan kuning.

Di dua ruang kelas yang disulap menjadi ruang pamer, terpajang juga puluhan karya mahasiswa. Salah satunya karya seni musik berjudul “!Home”. Susunan nadanya membuat pendengar tenggelam. Karya yang terkesan akan menjadi lagu yang ceria ini mengisahkan tentang rumah yang tidak dapat dijadikan tempat pulang, tapi justru seolah menjadi tempat penghakiman bagi individu yang mengalami kekerasan seksual. Berharap dapat mendapat ruang dan dipercaya oleh keluarga, penyintas seringkali justru mendapatkan penghakiman.

Concern di sini karena penerimaan masyarakat terkait stigma untuk seorang penyintas kekerasan seksual yang ada sekarang ya dihakimi itu. Dan (kekerasan seksual) justru dinormalisasi dan hal itu juga yang menyulitkan untuk penanganan,” tutur Kasih Karunia (19), menceritakan karyanya.

Kasih berproses selama tujuh pekan untuk karyanya tersebut. Dia ingin mengajak pendengarnya untuk kembali memahami diri sendiri, sekaligus mempertanyakan stigma yang telah ada. Seorang individu mestinya hidup sebagaimana keinginan dan kehendaknya, bukan berdasarkan stigma yang dikonstruksi masyarakat.

“Harapannya karya-karya (saya) dapat digali lagi sesuai dengan passion dan concern yang diminati,” tambahnya.

Baca Juga: Perspektif Lintasdisiplin dalam Pameran Perdana Mahasiswa Integrated Arts Unpar
Jejak Karya Rita Widagdo di Bandung

Terus Berkembang

Pameran dan Pertunjukan Motifs: Nawung Kridha mempertontonkan ke publik apa yang sudah dikerjakan oleh dua angkatan mahasiswa Integrated Arts di kelas studio selama satu semester. Proses studio adalah proses mengeksplorasi rasa kepekaan untuk menjadi individu yang lebih peka dan lebih manusiawi.

“Dunia kreatif yang kami buat semester lalu terus berkembang dan dengan harapan tidak pernah berhenti (berkembang),” kata Muhammad Fathan, koordinator kegiatan.

Stephanus Djunatan selaku Ketua Jurusan Integrated Arts berharap agar setiap pameran dan pertunjukan membuat para mahasiswa terus berkembang. Perspektif lintasbidang tidak lantas menegasikan ekspresi dan bentuk kreatif dari suatu bidang seni.

“Harapannya, kemampuan berkreasi lintasbidang dan melampaui media ini dapat tetap berkembang sedemikian rupa sehingga melahirkan sarjana yang mumpuni dalam penciptaan karya lintasbidang,” tuturnya.

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//