• Kampus
  • Perspektif Lintasdisiplin dalam Pameran Perdana Mahasiswa Integrated Arts Unpar

Perspektif Lintasdisiplin dalam Pameran Perdana Mahasiswa Integrated Arts Unpar

Pameran perdana Integrated Arts Unpar Bandung menyajikan karya-karya mahasiswa dua angkatan pertama. Perspektif interdisiplin dikenalkan sejak awal.

Pengunjung menikmati karya-karya seni di pameran Motifs Commencier di kampus Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (Upar) di Jalan Nias Nomor 2, Kota Bandung, Jumat (21/1/2022) sore. Pameran ini merupakan pameran perdana jurusan yang dibuka dua tahun lalu tersebut. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Penulis Laurentius Setyo Aditia22 Januari 2022


BandungBergerak.idMahasiswa dua angkatan pertama Integrated Arts Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung menggelar pameran perdana mereka, 21-23 Januari 2022, di kampus Fakultas Filsafat, Jalan Nias Nomor 2, Kota Bandung. Perspektif lintasdisiplin sejak awal menjadi pilihan jurusan baru ini.

Dalam pembukaan pameran bertajuk Motifs: Commencier, Jumat (21/1/2022) sore, para mahasiswa bergantian menampilkan karya seni yang mereka ciptakan di kelas studio. Mulai dari tari, pembacaan puisi, hingga komposisi musik. Di ruang kelas yang disulap jadi ruang pameran, terpajang puluhan karya rupa dan musik para mahasiswa. 

“Pameran ini bukan hanya tentang memamerkan hasil karya yang kami mulai, tapi juga tentang kebersamaan kami, dua angkatan yang saling berbagi dan membantu,” ujar Demas Aryasatya Darmawan, ketua pelaksana pameran.

Dalam diskusi, Sabtu (22/1/2022) sore, dosen sekaligus guru besar Fakultas Filsafat Unpar, Bambang Sugiharto, memberi sorotan pada aspek lintasdisiplin yang menjadi kekuatan program Integrated Arts. Aspek ini yang selalu disandingkan kepada mahasiswa melalui kelas-kelas studio dan proses penyusunan tugas akhir.

“Saya rasa yang membedakan suatu karya seni lain dibandingkan yang lainnya adalah penangkapan gagasan dan ide dari seorang seniman saat dihadapkan pada materi-materi yang sifatnya lintasdisiplin. Aspek itulah yang ingin ditawarkan oleh program Integrated Arts,” tuturnya.

Dalam kata sambutan di buklet pameran, Bambang menjelaskan bagaimana benih-benih lintasdisiplin itu mulai dipraktikkan dalam karya-karya para mahasiswa yang dipamerkan lewat eksplorasi antarmedia. Seperti karya rupa yang memvisualisasikan musik dan karya musik yang mentransformasikan puisi.  

Menurut Bambang, pameran ini memperlihatkan sejauh mana eksperimen program Integrated Arts bisa berjalan serta bisa menerka hal-hal yang dapat dikembangkan serta prospek ke depannya. Terhadap karya-karya mahasiswa yang ditampilkan dan dipamerkan, Bambang memberikan apresiasinya. Ia menyebutnya “menjanjikan”.

Integrated Arts adalah sebuah program baru yang menjadi bagian dari Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan. Program ini menawarkan lima studio, yakni Rupa, Pertunjukan, Penulisan Kreatif, Musik, serta Kuratorial dan Manajemen Seni. Berada di bawah payung filsafat, kekuatan ide dan konsep menjadi demikian penting. 

Baca Juga: Mengenal 8 Program Peminatan Terbaru Unpar
Penghargaan Pencapaian Seumur Hidup untuk Rita Widagdo
Unpar Memulai PTM Terbatas, ITB Intensifkan Kuliah Luring Mulai Semester Depan

Mahasiswa menampilkan komposisi musik yang mereka ciptakan di kelas studio dalam pembukaan pameran Motifs: Commencier, Jumat (21/1/2022) sore. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)
Mahasiswa menampilkan komposisi musik yang mereka ciptakan di kelas studio dalam pembukaan pameran Motifs: Commencier, Jumat (21/1/2022) sore. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Eksplorasi

Bambang Sugiharto menekankan bahwa di dalam dunia seni, seorang seniman harus mengawali ideatau gagasan lewat tahap eksplorasi. Tahap inilah yang menjadi sangat penting karena mahasiswa diajarkan untuk bisa mewujudkan imajinasi mereka ke dalam suatu karya. Tidak sekadar menampilkan karya dengan indah, mereka dituntut mampu membahasakan permenungan mereka.

Tahap eksplorasi itulah yang dibagikan para mahasiswa dalam sesi diskusi. Antonia Dian Putri, mahasiswa angkatan 2020, menceritakan bagaimana proses pembuatan lukisan potret diri “Ngunduh Wohing Pakarti”.

”Lukisan tersebut terinspirasi oleh concern saya terhadap alam. Alam yang pada realitasnya sudah rusak, tetapi kita sebagai manusia seringkali tutup mata dan menganggapnya baik-baik saja. Ide ini pula yang menjadi refleksi bagi saya sendiri dalam menyikapi alam,” ujar Putri.

Koordinator Integrated Arts Unpar Theo Frids menyatakan, pameran bersama memberikan pembelajaran bahwa seorang seniman harus bisa menjembatani makna dan perasaan suatu karya kepada orang lain.

“Input dari semua ini adalah melatih kapasitas mahasiswa untuk mau berproses dan berefleksi sehingga mereka harus semakin tahu akan menjadi seniman yang seperti apa,” ucapnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//