• Berita
  • Pasien Penyakit Non-Covid-19 Diharap Tidak Takut Berobat ke Rumah Sakit

Pasien Penyakit Non-Covid-19 Diharap Tidak Takut Berobat ke Rumah Sakit

Kematian disebabkan Covid-19 di Jabar mencapai 3.400 kasus. Ini menunjukkan bahwa Covid-19 masih ada dan harus tetap diwaspadai.

Satgas Covid-19 melakukan disinfeksi kampung, menutup akses masuk kampung bagi warga luar saat penerapan PPKM mikro di Desa Cigending, Kecamatan Ujungberung, Bandung, Jawa Barat, terkait terbentuknya klaster penularan Covid-19 di Kelurahan Cigending, 11 Juni 2021. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana11 Juni 2021


BandungBergerak.idMelonjaknya pasien Covid-19 membuat khawatir bagi pasien-pasien non-Covid-19 untuk berobat rutin ke rumah sakit. Mereka cenderung menunda pengobatan datang ke rumah sakit karena takut tertular Covid-19. Padahal menunda pengobatan bisa berakibat fatal.

Contohnya, pasien darah tinggi, stroke, jantung, diabetes, dan penyakit degeneratif (faktor usia) lainnya, yang memerlukan pengobatan rutin. Dengan menunda pengobatan, penyakit mereka akan semakin kronis. Dampak terburuknya bisa menimbulkan kematian.

“Masyarakat sering takut Covid-19, padahal penyakit darah tinggi jika pengobatannya terabaikan akhirnya bisa terkena serangan jantung,” kata Direktur Utama Rumah Sakit Santo Borromeus, Chandra Mulyono, dalam jumpa pers daring di Bandung, Jumat (11/6/2021).

Pada puncak pandemi Covid-19 tahun lalu, tidak sedikit pasien umum (non-Covid-19) yang menunda pengobatan karena takut tertular Covid-19. Akibatnya, penyakit mereka bertambah parah. Misalnya, orang dengan penyakit stroke memilih menahan berobat. Orang dengan penyakit jantung juga menunda berobat. “Itu (penundaan berobat) yang mengancam jiwanya,” kata Chandra Mulyono.

Menurutnya, berkaca dari pengalaman tahun lalu, saat ini rumah sakit-rumah sakit lebih siap menghadapi pandemi Covid-19. Sistem penanganan telah terbangun, disertai sistem penapisan atau skrining dengan protokol pencegahan Covid-19 yang ketat.

“Saya yakin rumah sakit di Kota Bandung sudah melakukan pemisahan, pintu masuk dipisahkan, menjalankan pengukuran suhu tubuh dan penapisan lainnya, sampai pemisahan ruangan. Jadi pasien umum tak perlu takut datang ke rumah sakit. Kami sudah siapkan sarana dan prasarananya,” katanya.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Tersebar di Tiap Kelurahan
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Klaster Gedung Sate, Lonjakan Pasien di RSHS

Kematian Covid-19 di Jabar 3.400 Orang

Saat ini tren kasus Covid-19 di Bandung sedang mengalami peningkatan. Begitu juga di Rumah Sakit Santo Borromeus. Chandra mengatakan, peningkatan pasien Covid-19 sudah diprediksi sebelumnya, sehingga pihaknya sudah mengantisipasinya dengan mempersiapkan ruang rawat inap, SDM, alat kesehatan, dan sebagainya.

Rumah Sakit Santo Borromeus menyiapkan 120 tempat tidur untuk pasien Covid-19. Jumlah ini akan ditingkatkan menjasi 159 tempat tidur jika terjadi lonjakan. Dari jumlah tersebut, 30 persen sudah terisi oleh pasien Covid-19.

Dalam situasi meningkatnya penularan Covid-19, masyarakat diminta tidak lengah dan selalu waspada. Terlebih akhir-akhir ini banyak terjadi klaster keluarga. “Protokol kesehatan tetap jalan di rumah dan di perkantoran mengingat sekarang banyak klaster keluarga yang sekali sakit biasanya serumah kena semua,” katanya.

Tidak sedikit pasien Covid-19 yang datang ke rumah sakit dalam kondisi berat. Sebelumnya, mereka mengeluhkan batuk, pilk, dan demam, namun dianggap sebagai gejala biasa. Sampai gejala tersebut berubah berat, sehingga saat datang ke rumah sakit dalam kondisi darurat. Hal inilah yang menimbulkan kematian pada pasien Covid-19.

Kabid Penanganan Satgas Covid-19 Jabar Marion Siagian mengatakan, kematian disebabkan Covid-19 di Jabar telah mencapai 3.400 kasus. Kematian ini menunjukkan bahwa Covid-19 masih ada dan harus tetap diwaspadai dengan disiplin melaksanakan protokol kesehatan.

“Sudah ada 3.400 orang yang meninggal karena Covid-19 di Jabar, kalau masih tidak percaya kebangetan,” kata Marion Siagian.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//