• Berita
  • Pandemi Covid-19 Bandung Raya: 2 Daerah Ditetapkan Zona Merah

Pandemi Covid-19 Bandung Raya: 2 Daerah Ditetapkan Zona Merah

Pariwisata di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung tertutup bagi wisatawan luar Bandung Raya selama 7 hari ke depan.

Petugas RSHS membawa pasien terkonfirmasi Covid-19 ke IGD khusus, sementara pasien bergejala lain menunggu di area zona merah sambil menunggu screening pemeriksaan , 13 Juni 2021. Bed Occupancy Rate Covid-19 di rumah-sakit di Jawa Barat sebesar 68 persen, sedangkan untuk Bandung Raya melonjak sampai 85 persen pasca libur lebaran. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana15 Juni 2021


BandungBergerak.idPandemi Covid-19 Bandung Raya terus bergejolak. Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat dinyatakan sebagai zona merah Covid-19, sesuai hasil Rapat Komite Percepatan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Jawa Barat, Senin (15/6/2021).

“Wilayah Bandung Raya kami nyatakan siaga 1 Covid-19, karena minggu ini 2 wilayah besarnya zona merah, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung,” kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dalam jumpa pers daring di Makodam II/Siliwangi, Bandung.

Keputusan tersebut diambil berdasarkan kasus harian Covid-19 Bandung Raya yang terus meningkat, khususnya di dua daerah yang dinyatakan zona merah. Indikator lainnya, keterisian rumah sakit (Bed Occupancy Ratio/BOR) di Bandung Raya mencapai mencapai 84,19 persen. Angka ini melebihi standar WHO maupun angka keterisian rumah sakit secara nasional, yaitu 70 persen.

Bandung Raya meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kota Cimahi. Dengan status zona merah ini, maka seluruh perusahaan di Bandung Raya diinstruksikan memberlakukan kerja di rumah atau Work from Home (WFH). Kehadiran fisik di kantor dibatasi hanya 25 persen, dan 75 persennya WFH.

Aturan pengetatan lainnya berlaku bagi pariwisata di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung yang tertutup bagi wisatawan berasal dari luar Bandung Raya selama 7 hari ke depan.

“Saya himbau wisatawan yang biasanya dari DKI Jakarta, kami minta tidak datang selama 7 hari ke depan ke wilayah Bandung Raya. Sehingga kondisi siaga 1 ini dipahami secara jelas, bahwa kami

sedang mengerem, menarik rem darurat, untuk mengendalikan situasi yang  memang terbukti oleh libur panjang mudik yang menghasilkan lonjakan luar biasa,” ungkap Ridwan Kamil.

Sebelum Idulfitri 2021, pandemi Covid-19 di Bandung Raya maupun Jawa Barat relatif menurun. Angka keterisian rumah sakit oleh pasien Covid-19 sempat mencapai 29 persen. Lonjakan kasus mulai terjadi dua minggu pasca-lebaran sampai Juni ini, di mana keterisian rumah sakit di Jawa Barat sudah 75 persen.

Status zona merah Bandung Raya berdampak pada rencana sekolah tatap muka, khususnya di Kota Bandung, yang saat ini sedang dalam uji coba pembelajaran tatap muka terbatas. “Sekolah tatap muka kita tunda dulu, kususnya zona merah pasti tidak boleh,” tandas Ridwan Kamil.

Begitu juga dengan pelaksanaan ibadah di tempat-tempat ibadah akan dikurangi. Ia menganjurkan peribadatan agar dilakukan di rumah masing-masing, sampai situasi keluar dari zona merah. Masyarakat juga diminta meningkatkan disiplin menggunakan protokol kesehatan 5M.

Ridwan Kamil mengakui, kedisiplinan warganya dalam menjalankan protokol kesehatan turun sampai 75 persen. Untuk itu, pihaknya bersama aparat kepolisian dan TNI akan turun ke lapangan untuk mensosialisasikan protokol kesehatan. “Jangan sampai siaga 1 ini disiplinnya turun,” katanya.

Baca Juga: Cerita Orang Bandung (1): Kesaksian dari TPU Cikadut
Ramadan di Tahun Pagebluk (22): Cerita Fiona, Transpuan yang Sukarela Membantu Vaksinasi Covid-19

Covid-19 RSHS masih Belum Memuncak

Penambahan kasus Covid-19 terlihat di pusat rujukan Covid-19 Jawa Barat, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Per 15 Juni 2021, BOR RSHS sebanyak 224 ruang/tempat tidur. Dari kapasitas tersebut, sebanyak 162 (72,3 persen) tempat tidur telah terisi pasien Covid-19. Rinciannya, pasien isolasi biasa (gejala sedang) 71 persen, dan pasien ICU (berat) 79 persen.

Sementara jumlah kunjungan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSHS mencapai 30 orang per hari dalam tiga hari terakhir. Sebelum lebaran, jumlah kunjungan yang diduga Covid-19 hanya 10 orang sampai belasan orang.

Bahkan jumlah pasien Covid-19 di IGD RSHS sempat menyentuh angka 90 persen, kemudian sempat turun di 85 peren, naik lagi menjadi 87 persen. Penurunan terjadi karena ada pasien dalam kondisi berat yang meninggal, kemudian terisi oleh pasien baru.

Yana Akhmad Supriatna mengatakan, penurunan tersebut bukan berarti jumlah kasus sudah mencapai puncak. “Bahwa tren masih kemungkinan belum puncak. Belum menunjukkan tren menurun untuk di kita, di Jawa Barat, Bandung sendiri masih waspada,” kata Plh Direktur Pelayanan Medik Perawatan dan  Penunjang RSHS, Yana Akhmad Supriatna, di RSHS Bandung, Selasa (15/6/2021).

Saat ini RSHS mempersiapkan tempat tidur tambahan dan menambah tenaga kesehatan. “Semua sudah lampu kuning, kami harus berusaha meningkatkan kapasitas dari tempat tidur ini,” katanya.

Masyarakat pun diimbau untuk patuh pada protokol kesehatan. “Tren pasca-lebaran ini kelihatannya masih beluim landai, jadi urusan 3M itu, memakai masker, mencuci tagan dengan sabun, menjaga jarak, hindari mobilitas, hindarik erumunan ini harus tetap menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari,” katanya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//