• Berita
  • Riset Kendaraan Otonom di Indonesia, Penelitian Garapan ITB dan Mobil Pintar ITS

Riset Kendaraan Otonom di Indonesia, Penelitian Garapan ITB dan Mobil Pintar ITS

Kendaraan otonom di Indonesia bisa diimplementasikan di jalan tol yang relatif lurus dan rata.

Pemaparan perkembangan penelitian autonomous vehicles (AV) di Indonesia pada virtual workshop yang digelar Kelompok Keahlian (KK) Instrumentasi dan Kontrol Fakultas Teknologi Industri ITB, Senin (31/5/2021). (Dok ITB)

Penulis Iman Herdiana16 Juni 2021


BandungBergerak.idKendaraan otonom dengan teknologi robotik semakin digemari pangsa pasar dunia. Global Market Model memperkirakan bahwa pasar mobil otonom global akan meningkat sebesar 16,84 persen pada tahun 2023.

Respons terhadap kendaraan yang bisa berjalan otomatis itu juga muncul dari Presiden Joko Widodo yang mengharapkan autonomous system bisa diterapkan di semua lini di Ibu Kota Negara baru. Untuk itu diperlukan riset dan pengembangan kendaraan otonom di dalam negeri.

Kendaraan otonom untuk Indonesia sendiri masih menuai pro-kontra. Ada pihak yang tidak yakin teknologi robotik ini bisa diaplikasikan di jalanan Indonesia yang konturnya beragam.

Meski demikian, peneliti dari ITB, Augie Widyotriatmo, mengatakan kendaraan otonom di Indonesia bisa diimplementasikan di jalan tol yang relatif lurus dan rata. Masyarakat dapat menggunakan kendaraan ini di jalan bebas hambatan untuk merasakan fungsinya secara penuh.

“Sebagai bangsa Indonesia, seharusnya kita aware dengan ini. Jangan sampai kita hanya menggunakan teknologinya saja, tetapi kita juga bisa menangkap peluang autonomous vehicles ini untuk berkontribusi dalam mengembangkan teknologi di bidang transportasi,” pesan Augie, dikutip Rabu (16/6/2021) dari laman resmi ITB.

Augie Widyotriatmo merupakan peneliti dari Kelompok Keahlian (KK) Instrumentasi dan Kontrol Fakultas Teknologi Industri ITB. Ia memaparkan perkembangan penelitian autonomous vehicles (AV) di Indonesia pada virtual workshop, Senin (31/5/2021).

Workshop yang mengusung tema “Artificial Intelligence Applications in Autonomous Vehicles Research” itu juga diisi Ketua KK Instrumentasi dan Kontrol Yul Yunazwin Nazaruddin.

Keduanya sama-sama anggota tim Kementerian Perhubungan RI yang sedang merancang kajian mengenai penggunaan kendaraan listrik otonom di Ibu Kota Negara baru.

Yul mengatakan, KK Instrumentasi dan Kontrol ITB juga merambah bidang teknologi terkini seperti artificial intelligence (AI) yang memuat machine leaning dan deep learning.

AI pada awalnya adalah bagian dari computer science yang mengembangkan intelligent machine yang diharapkan bisa berperilaku seperti manusia, berpikir seperti manusia, kemudian juga bisa membuat keputusan. Tujuan pengembangan AI, "Bagaimana kita bisa menggantikan manusia dengan mesin,” jelas Yul.

AI dalam kendaraan otonom memerlukan banyak sekali teknologi, prediksi, sensor, kontrol, dan lainnya. Augie Widyotriatmo lantas menjelaska beberapa aktivitas riset dalam autonomous vehicles yang telah dilakukan oleh KK Instrumentasi dan Kontrol, yaitu:

Mengembangkan autonomous car untuk trajectory tracking menggunakan pendekatan machine learning; merancang autonomous car dengan pengenalan objek dan deteksi jalur tingkat lanjut dengan Deep Learning; merancang autonomous bus dengan pengenalan objek berbasis CNN (deteksi) dan kontrol mengikuti jalur menggunakan lyapunov stability, dan lain-lain.

Augie menambahkan, penerapan AI dalam kendaraan otonom dapat dilakukan untuk pengenalan citra, kontrol gerak, pencegahan tabrakan, perilaku sosial, hingga pengambilan keputusan. Ia mengungkapkan timnya menggunakan gabungan hukum fisika dengan AI untuk membangun kontrol gerak.

"Tidak menggabungkan langsung, melainkan melakukan penurunan model, merancang dan menguji kestabilan sistem, mensimulasikannya, lalu melibatkan AI dalam pengoptimalannya," katanya.

Baca Juga: Inovasi Pagebluk: Robot Penghubung Pasien Covid-19 dan Termometer Tanpa Operator
Mencermati Teknologi Robot yang Semakin Dekat dengan Manusia

Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD ketika menjelaskan mengenai i-Car ITS, Senin (17/8/2021) . ITS mengembangkan mobil pintar berbasis kendaraan golf. (Dok ITS)
Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD ketika menjelaskan mengenai i-Car ITS, Senin (17/8/2021) . ITS mengembangkan mobil pintar berbasis kendaraan golf. (Dok ITS)

Mobil Pintar i-Car ITS

Mobil otonom sebenarnya bukan hal asing dewasa ini, khususnya di lingkup penelitian di kampus-kampus Indonesia. Bahkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mobil listrik pintar yang diberi nama Intelligent Car (i-Car) ITS, 2020 lalu.

Kendaraan i-Car ITS merupakan merupakan prototype mobil listrik otonom, yaitu mobil listrik yang dapat berjalan sendiri tanpa pengemudi dengan bantuan kombinasi teknologi kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT).

Wakil Rektor IV Bidang Riset, Inovasi, Kerjasama, dan Kealumnian ITS Bambang Pramujati menjelaskan, dengan teknologi tersebut, i-Car ITS memungkinkan membantu pengemudi mengenali potensi bahaya, mencegah tabrakan, dan mengurangi risiko kecelakaan, serta mampu mengoptimalkan tenaga dari penggerak motor listrik.

Kendaraan i-Car berbasis mobil golf dengan bentuk relatif sederhana. “i-Car dilengkapi dengan berbagai sensor mulai dari pemanfaatan GPS (Global Positioning System) dengan ketelitian tinggi serta sensor LiDAR (Light RADAR),” papar Bambang, mengutip laman resmi ITS.

Kedua sensor digabungkan dengan kamera beresolusi tinggi untuk digunakan dalam pengumpulan data sebagai bagian dari big data analysis yang selanjutnya diproses oleh komputer berspesifikasi tinggi yang tertanam di dalam mobil. “Dengan sensor-sensor tersebut, mobil pintar i-Car dapat berfungsi secara otonom,” ungkapnya.

Mengenai sistem operasional, mobil tersebut dirancang berhenti di halte hingga dipanggil untuk menuju halte tertentu. Di masa mendatang, pemanggilan dan tujuan bisa dilakukan tidak hanya dari halte ke halte, tetapi bisa dari seluruh area yang dapat dijangkau oleh mobil pintar ini.

“Nantinya mobil ini akan dijadikan mobil komuter di dalam area kampus. Mahasiswa dapat pergi dari satu halte ke halte yang lainnya menggunakan mobil ini yang dipanggil dari aplikasi i-Car,” ujar dosen Departemen Teknik Mesin ini.

Ketua Konsorsium Riset i-Car, Endroyono, menambahkan ada lebih dari 30 tenaga ahli baik profesor, doktor, maupun master di bidang kompetensi masing-masing serta mahasiswa yang terlibat dalam pembuatan mobil pintar i-Car. Proses pengerjaan i-Car berlangsung selama enam bulan, dan membutuhkan tiga bulan untuk produksi.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//