• Opini
  • Doa yang Terkubur

Doa yang Terkubur

Sebenarnya agama-agama yang ada itu benar ga sih, sudah setahun corona, semua pemimpin agama berdoa tapi corona tetap ada dan doa tak dikabulkan.

Matdon

Rois Am Majelis Sastra Bandung

Pasien terkonfirmasi Covid-19 di IGD RS Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat, 13 Juni 2021. Keterisian atau Bed Occupancy Rate Covid-19 di rumah sakit di Jawa Barat sebesar 68 persen, sedangkan untuk Bandung Raya melonjak sampai 85 persen pasca-libur lebaran. Tiga pekan setelah lebaran, kasus Covid-19 Indonesia naik 53,4 persen. (Foto: Prima Mulia)

20 Juni 2021


BandungBergerak.idTeman saya Beni Fitriadi, seorang dosen di sebuah perguruan tinggi Bandung bercerita tentang segerombolan anak remaja usia SMA, yang sedang ngobrol di sebuah warung kecil.  Salah satu dari mereka bicara begini, “Sebenarnya agama-agama yang ada itu benar ga sih, sudah setahun corona, semua pemimpin agama berdoa tapi corona tetap ada dan doa tak dikabulkan.”

Obrolan anak-anak remaja itu menarik perhatian saya, lalu saya teringat firman Allah yang mengatakan, “Berdoalah padaku pasti akan aku ijabah,” tetapi berbenturan dengan pertanyaan anak remaja itu, kenapa doa belum terkabul juga?

Doa adalah permohonan manusia, apa pun agamanya, kepada Tuhannya. Lewat doa, mereka memohon  segala sesuatu, bahkan memohon ampun. Dengan berdoa pula manusia merasa dekat dengan Tuhan. Lalu kenapa doa tak kunjung jua dikabukan oleh Tuhan? Padahal setiap habis ibadah saya yakin semua berdoa agar badai Covid-19 cepat berlalu. Ummat Islam bahkan punya 5 waktu ibadah salat, dan waktu yang 5 itu digunakan oleh imam mereka dan diamini oleh jamaah. Tapi sudah setahun lebih pagebluk belum juga sirna.

Jika melihat ini saya juga jadi termenung, jangan-jangan doa kita tidak terkabul karena kita tidak pandai bersyukur, kita berdoa tapi tak pernah bersyukur atas nikmat Tuhan, baik itu syukur ucapan, tindakan, dan hati. Ketika doa kita panjatkan, tidak sepenuhnya kita mengakui bahwa segala sesuatu adalah milik Allah SWT. Harta, tahta, jabatan anak, istri, dan semuanya adalah titipan. Jadi penyebab doa kita belum terkabul jangan-jangan karena doa yang kita panjatkan tak serius, apalagi tanpa didasari keikhlasan.

Atau karena doa yang dipanjatkan adalah hal-hal yang tidak baik, misalnya,  “Ya Allah, corona itu ada karena pemimpin yang zalim, maka binasakahnlah mereka.”  Dan doa itu disampaikan dengan nada nyinyir.  Tentu saja doa yang tidak baik tidak akan terkabul.

Berdoa memang butuh keseriusan dan hati ikhlas, dalam sebuah Hadits disebutkan, "Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai," (HR. Tirmidzi). Iklhas adalah kunci utama doa dikabukan, ketidakiklhasan saat berdoa menjadi penyebab doa tak kunjung dikabulkan.

Atau kita berdoa tiap saat, dengan mengaku sangat dekat dan mengenal Allah SWT, tapi tidak menjalankan kewajiban-Nya. Ibadah adalah salah satu “surat pengantar” dari terkabulnya doa, baik salat, puasa, zakat, dan lain-lain. Bagaimana Allah mengabulkan doa kita kalau kita sendiri penuh dosa.

Baca Juga: Nama Varian Baru Virus Corona untuk Hindari Stigma
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Tingginya Kasus Kontak Erat dan Suspek Memicu Ledakan Jumlah Kasus Positif

Syarat Doa Terkabul

Selain sifat-sifat yang saya sebutkan di atas, seperti ikhlas dan bersyukur, ada syarat tertentu agar doa terkabul: mendesak atau darurat. Dengan kata lain, suatu doa akan terkabul ketika kita berada dalam keadaan mendesak untuk dikabulkannya doa tersebut, bahkan dalam kondisi paling darurat. Dan Allah Ta’ala saja satu-satunya yang mampu mengabulkan doa orang-orang yang dalam keadaan terdesak (kesulitan).

Syarat lain adalah makan makanan yang halal. Memakan makanan haram adalah penghalang antara doa seorang hamba dan pengkabulan doa. Makanan haram ada tiga, pertama makanan itu didapat dari maling, korupsi; kedua, makanan itu memang haram untuk dimakan seperti (untuk Mulslim) makanan babi dan makanan yang diharamkan lainnya; ketiga, makan tanpa membaca doa. Dalam Al-Quran Allah Ta’ala berfirman, “Wahai para rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal shalih-lah kalian,” (QS. Al-Mu’minuun: 51).

Dan terakhir, kita harus tidak jumawa alias sombong, merasa diri paling pintar, paling kaya, paling ulama, paling pemimpin, paling sekolah tinggi. Doa yang terkabul adalah ketika kita merasa kecil di hadapan Tuhan.

Jadi, ingin corona berlalu? Selain usaha fisik, tentu doa adalah salah satu imun yang paling mujarab, tentu pula dengan syarat dan ketentuan berlaku. Agar do’a kita tak terkubur waktu. Cag!

Editor: Redaksi

COMMENTS

//