• Nusantara
  • Diabetes Ancaman Bagi Gaya Hidup Mager

Diabetes Ancaman Bagi Gaya Hidup Mager

WHO mengestimasikan angka kejadian diabetes di Indonesia akan melonjak drastis menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030.

Sejumlah kafe di kawasan Jalan Braga terpantau sepi dampak dari penutupan Jalan Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, 22 Juni 2021. Pembeli hanya diperbolehkan pesan online atau take away. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana24 Juni 2021


BandungBergerak.idMasa pandemi Covid-19 memaksa masyarakat terbiasa dengan gaya hidup mager alias males gerak. Jika tidak diantisipasi, kebiasaan mager ini bisa menimbulkan dampak serius pada kesehatan, baik fisik maupun mental.

Ancaman kesehatan di balik budaya mager ini dibedah Klinik Satelit Makara Universitas Indonesia (UI) lewat seminar daring bertema “Mahasiswa UI di Bawah Ancaman Budaya Mager”, beberapa waktu lalu.

Sekretaris Univesitas Indonesia, Agustin Kusumayati mengatakan pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat lebih banyak berdiam diri di rumah dan membatasi kegiatan sosial. Sedangkan kebiasaan berolahraga untuk menggerakkan tubuh menjadi terbatas. Begitu juga halnya dengan sosialisasi.

Agustin yang juga dokter, kemudian merujuk pada profil kesehatan di Indonesia yang menunjukkan data sepuluh tahun terakhir angka penyakit tidak menular meningkat secara konstan, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan lainnya. Untuk mencegah penyakit-penyakit tidak menular tersebut, selain menjaga pola makan, adalah dengan melakukan aktivitas fisik atau olahraga.

Narasumber webinar lainnya, ahli penyakit dalam Ari Fahrial Syam memaparkan tentang penyakit tidak menular lainnya, yaitu obesitas. Penyebab utama dari obesitas adalah pola makan yang berlebih dan gaya hidup mager.

Menurutnya, hal ini dapat memunculkan komplikasi lain seperti kesulitan bernapas, penyakit paru, jantung, diabetes, dan lainnya. Ari mengingatkan bahwa obesitas bisa dicegah dengan pola hidup sehat, menjaga pola makan, aktif bergerak, dan motivasi.

Dokter yang menjadi narasumber lainnya, Andhika Raspati, menyampaikan berat badan dipicu karena kelebihan kalori. Apabila kalori yang masuk ke tubuh lebih banyak dibandingkan yang keluar, maka berat badan akan meningkat, dan sebaliknya.

“Komponen kalori yang keluar terdiri dari dua, yakni basal metabolic rate dan aktivitas fisik (gerak). Basal metabolic rate merupakan kalori yang tubuh seseorang yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar tubuh. Aktivitas fisik meliputi olahraga, latihan fisik, dan NEPA (Non-Exercise Physical Activity),” ujarnya.

Berikutnya, Tito Latif Indra yang menyatakan pandemi tidak hanya mengancam kesehatan fisik seseorang namun juga mengancam kesehatan mental. Berdasarkan data Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), selama pandemi, angka orang yang mengalami masalah psikologis mencapai lebih dari 60 persen, dengan sekitar 64.8 persen orang mengalami kecemasan, 61.5 persen depresi, dan 74.8 persen trauma. 

“Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini, seperti membatasi asupan informasi, melakukan hal positif, dan melakukan relaksasi seperti meditasi,” katanya.

Baca Juga: Ibadah Ramadan Mesti Perketat Protokol Kesehatan, Berkaca dari Tsunami Covid-19 India
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Pasien Baru Meningkat, Fasilitas Kesehatan Terancam Kolaps

Diabetes Sebagai Mother of Disease

Salah satu ancaman penyakit akibat gaya hidup mager adalah diabetes, penyakit yang disebut biangnya segala penyakit (mother of disease). Menurut laman p2ptm.kemkes yang diakses Kamis (24/6/2021), mengungkap diabetes sebagai penyakit yang mampu membangkitkan obesitas, kardiovaskular seperti jantung, kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi anggota tubuh bagian bawah, dan kematian dini.

Data milik Kementerian Kesehatan dari Sample Registration Survey 2014 menunjukkan diabetes menjadi penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7 persen, setelah stroke (21,1 persen), dan penyakit jantung koroner (12,9 persen).

Di Indonesia, prevalensi diabetes di Indonesia mengalami peningkatan dari 5,7 persen pada 2007 menjadi 6,9 persen atau sekitar 9,1 juta jiwa pada 2013. Data terbaru dari International Diabetes Federation (IDF) Atlas tahun 2017 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah diabetesi sebanyak 10,3 juta jiwa. Jika tidak ditangani dengan baik, WHO mengestimasikan angka kejadian diabetes di Indonesia akan melonjak drastis menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030.

Sebanyak 90 persen dari total kasus diabetes merupakan diabetes tipe 2. Kasus Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada orang dewasa, namun beberapa tahun terakhir juga ditemukan pada anak-anak dan remaja. Hal ini berkaitan erat dengan pola diet tidak seimbang dan kurang aktivitas fisik yang membuat anak memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

Orang yang hidup dengan diabetes tipe 2 memiliki gejala yang begitu ringan. Penderita tidak akan menyadari kondisi kesehatannya tengah terganggu dalam jangka waktu yang lama, sehingga penyakit ini pun cenderung terabaikan.

Namun penyakit diabetes tipe 2 diam-diam merusak fungsi berbagai organ tubuh dan menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti penyakit jantung, dan lain-lain.

Pencegahan diabetes dapat dilakukan dengan mengurangi faktor gaya hidup tidak sehat, seperti asupan energi yang berlebih, kebiasaan mengonsumsi jenis makanan dengan kepadatan energi tinggi (tinggi lemak dan gula, kurang serat), jadwal makan tidak teratur, tidak sarapan, kebiasaan mengemil, teknik pengolahan makanan yang salah (banyak menggunakan minyak, gula, dan santan kental).

Faktor lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik yang diakibatkan kemajuan teknologi dan tersedianya berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan bagi sebagian besar masyarakat.

Cara Mencegah Diabetes 

Diabetes bisa dicegah sejak usia dini. Cara mencegah diabetes meliputi: Tidak makan sambil menonton TV; Batasi penggunaan gawai; Perbanyak aktivitas di luar ruangan; Biasakan makan dengan keluarga; Biasakan sarapan sehat;

Biasakan membawa bekal makanan sehat dan air putih dari rumah; Batasi konsumsi makanan siap saji dan pangan olahan, jajanan, dan makanan selingan manis, asin, dan berlemak;

Perbanyak konsumsi sayur dan buah; Tidak merokok dan minum minuman beralkohol; Hindari konsumsi minuman ringan dan bersoda; Enyahkan asap rokok dan tidak merokok; Rajin aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dengan prinsip baik, benar, teratur dan terukur;

Diet seimbang dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, perbanyak konsumsi buah dan sayur, menekan konsumsi gula maksimal 4 sendok atau 50 gram per hari, menghindari makanan manis atau berkarbonasi; Istirahat yang cukup; Kelola stres dengan baik dan benar.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//