TPU Cikadut Butuh Bantuan Menguburkan Jenazah Pasien Covid-19
Jumlah petugas tak sebanding dengan lompatan kematian Covid-19. Mereka ada yang tumbang kelelahan. Lebih dari 50 jasad pernah dikuburkan dalam sehari semalam.
Penulis Bani Hakiki25 Juni 2021
BandungBergerak.id - Jumlah penularan Covid-19 di Bandung semakin sulit terkontrol sejak libur lebaran Mei lalu. Menurut data Pusat Informasi Covid-19 Kota Bandung pada Kamis (24/6/2021) terdapat 22.925 kasus penularan terkonfirmasi, 20.550 di antaranya sembuh. Saat ini, tercatat 381 pasien telah meninggal akibat virus tersebut.
Lonjakan penularan yang terjadi di Bandung dalam pecan-pekan terakhir membuat suasana TPU Cikadut terlihat sangat sibuk. Dinas Penataan Ruang (Distaru) Kota Bandung telah menyiapkan 20 hektar lahan permakaman untuk 5.000 liang lahat. Seluas 7 hektar atau 1.765 liang lahat di antaranya telah digunakan hingga Jumat (25/6/2021).
Lahan TPU Cikadut dikhususkan menguburkan jenazah terindikasi suspect, probable, dan positif Covid-19. Dari keseluruhan liang yang sudah terpakai, telah dilakukan pemindahan untuk 125 jenazah terkonfirmasi negatif Covid-19 ke TPU lain, dan 71 jenazah ke TPU luar Kota Bandung.
Sejak awal pandemi diumumkan, jumlah pemakaman terbanyak dilakukan dalam dua pekan terakhir. Tim penggali dan pemangku jenazah harus bekerja lebih keras dan cepat. Untuk itu, pihak Distaru membuat kebijakan demi memperlancar proses pemakaman yang antre setiap harinya.
“Kita sudah memberi bantuan (penggali dan pemangku jenazah) dari TPU lain dan sudah cukup terkendali. Kemudian, ada juga Beko kerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum,” tutur Sekretaris Distaru Achmad Tadjudin saat ditemui di TPU Cikadut siang itu.
Ia berharap bantuan yang telah diberikan ini bisa memperingan kerja para penggali makam dan pemangku jenazah. Saat ini, TPU Cikadut masih membutuhkan banyak sumber daya manusia yang bersedia jadi tim lapangan. Kinerja para pekerja lapangan ini masih akan terus dipantau dan dievaluasi meningat penularan kasus kemungkinan besar masih meningkat hingga Juli 2021.
Kondisi yang paling riskan dan mengkhawatirkan di lokasi permakaman saat ini adalah kesehatan para pekerja lapangan. Selama dua pekan terakhir, para petuhas pernah memakamkan 52 kali satu hari, jumlah tertinggi selama sejarah pandemi Kota Bandung.
“Ya, sekarang (penggalian liang) jadi lebih cepat. Cuma memang kondisi yang dimakamkan juga banyak, sehari minimal 20 sampai 30 (pemakaman),” ujarnya.
Sementara itu, data Covid-19 Kota Bandung melampirkan terdapat 1.994 kasus penularan yang masih aktif di 30 kecamatan yang ada . Tiga kecamatan dengan jumlah kasus aktif tertinggi adalah Rancasari sebanyak 155 kasus, Bojongloa Kaler 145 kasus, dan Batununggal 126 kasus.
Baca Juga: Cerita Orang Bandung (1): Kesaksian dari TPU Cikadut
Fenomena Pemindahan Jenazah di TPU Covid-19 Cikadut, Rumah Sakit Diminta Cermat
Mereka Bertumbangan
Di TPU Cikadut terdapat 20 penggali makam dan 35 pemangku setiap harinya. Para penggali makam bekerja dalam dua sif, pagi hingga sore dan sore hingga malam. Sementara itu, pemangku jenazah dibagi ke dalam tiga sif, yakni pagi, siang, dan malam.
Melihat jumlah keterbatasan pekerja lapangan di TPU khusus jenazah Covid-19 ini, pihak Distaru membuat kebijakan maksimal pemakaman dibatas hingga jam 10 malam. Kebijakan ini diharapkan bisa menambah jam istirahat pekerja sekaligus menjaga kondisi tubuh mereka. Namun, intensitas kedatangan jenazah yang pesat pada dua pekan terakhir membuat batas waktu kerja itu tidak berlaku.
“Wah, kita bekerja gak mengenal waktu, bisa dari pagi sampai pagi lagi. Soalnya kan setiap ada jenazah Covid di rumah sakit langsung diantar ke sini, belum lagi yang dari Puskesmas. Sekarang sedang banyak (penggali makam) yang tumbang (sakit/kelelahan),” tutur Ketua Tim Penggali Makam Sony Santoso (36) di sela kesibukannya di TPU Cikadut.
Menurut Sony, bantuan alat berat berupa beko yang dikirimkan pihak Distaru cukup membantu proses penggalian liang. Bala bantuan para penggali makam dan pemangku jenazah dari TPU lain juga disambut dengan baik oleh para petugas lapangan di Cikadut. Namun, bantuan tersebut belum menjawab kondisi lapangan yang kian hari kian sibuk.
Pihak Distaru mengirimkan satu beko dan satu pengendali saja setiap harinya. Alat berat tersebut hanya bisa digunakan maksimal hingga pukul 4 sore, selebihnya dikerjakan kembali secara manual. Begitu juga dengan bantuan yang datang dari TPU lain yang mana waktu dan jumlah kedatangannya tidak bisa diperkirakan setiap hari. Biasanya, bantuan pekerja dari TPU lain ini hanya bisa bekerja hingga sore hari saja.
Dalam keadaan intensitas kerja yang tinggi saat ini, para petugas makam di TPU Cikadut merasa kedua bantuan tersebut baru bisa menambal para pekerja yang tumbang saja. Artinya, belum ada efektivitas dan efesiensi kinerja yang meningkat secara signifikan. Mereka meminta pemerintah untuk lebih bijak dalam mengatur alur pengiriman jenazah Covid-19, khususnya di Kota Bandung.
“Sejujurnya, kami sempat merasa sudah gak sanggup pas belakangan tiba-tiba meningkat ya. Terlalu banyak jasad yang dibawa ke sini, padahal saya lihat di kabupaten masih banyak lahan juga,” tutur Asisten Ketua Tim Pemangku Jenazah TPU Cikadut Agus Gunawan (45).
Hal ini disinyalir karena fasilitas kesehatan di sekitar Bandung yang masih sangat minim. Pihak Dinas Kesehatan pun mengakui, infrastruktur kesehatan yang tidak merata ini membuat banyak pasien dan korban meninggal yang menumpuk di rumah sakit rujukan di Kota Bandung. Saat ini, paling sedikit 20 proses pemakaman dilakukan setiap hari di TPU Cikadut.