• Berita
  • Meninggal setelah Empat Hari Tidak Kebagian Tempat Tidur Rumah Sakit

Meninggal setelah Empat Hari Tidak Kebagian Tempat Tidur Rumah Sakit

Puskesmas merujuk AT ke salah satu rumah sakit di Bandung. Namun rumah sakit yang dituju sudah penuh.

Instalasi khusus Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 25 Juni 2021. Bed occupancy rate Covid-19 di rumah sakit ini sudah lebih dari 95 persen. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana26 Juni 2021


BandungBergerak.idMalang menimpa AT, 40 tahun, warga Kota Bandung yang harus mengembuskan napas terakhirnya karena tak kebagian ruangan di rumah sakit yang penuh sesak oleh pasien Covid-19. Sebelumnya, AT dinyatakan positif Covid-19 dengan gejala. Pada perkembangan berikutnya, gejalanya semakin memburuk.

Senin 21 Juni 2021, AT dibawa ke Puskesmas di Kota Bandung. Saat itu saturasinya (kadar oksigen dalam darah) tinggal 60. Melihat kondisi tersebut, puskesmas merujuk ke salah satu rumah sakit di Bandung. Namun rumah sakit yang dituju sudah penuh.

Perlu diketahui, pada hari AT dibawa ke puskesmas, kasus Covid-19 di Bandung sedang tinggi-tingginya, ranjang rumah sakit penuh, tercatat total kasus konfirmasi positif Kota Bandung sebanyak 22.295 orang (bertambah 218 kasus dibanding hari sebelumnya). Kasus meninggal bertambah 3 orang menjadi 377 orang.

AT yang kritis akhirnya dibawa keluarga kembali ke rumah. Pihak puskesmas menjanjikan akan mengabari kalau ada ruangan rumah sakit yang kosong. Empat hari keluarga AT menunggu kabar itu. Jumat (25/6/2021) malam, pihak puskesmas datang bersama mobil ambulans untuk menjemput ke rumah sakit. Tetapi AT tak sanggup lagi bertahan dari infeksi virus yang menyerang pernapasan itu.

Pagi tadi, Sabtu (26/6/2021), jenazah AT dibawa ke Rumah Sakit Al Islam, Bandung. Sepupu AT, M Rizky Wiryawan, mengatakan kemungkinan saudaranya itu akan dimakamkan di TPU Cikadut, tempat permakaman umum khusus Covid-19.

AT merupakan satu dari sekian banyak pasien Covid-19 klaster keluarga. Di keluarganya, selain AT, istrinya juga terkonfirmasi positif Covid-19, meski tidak dengan gejala atau OTG (Orang Tanpa Gejala).

Selama empat hari di rumah, AT dirawat sebisa-bisanya oleh keluarga. Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan oksigen dan obat-obatan. Keluarga sempat kesulitan mencari penjual oksigen. Begitu pun obat-obatan yang disarankan pihak puskesmas, susah sekali didapatkan.  

“Obat susah di apotik, pada habis semua,” tutur Rizky, saat dihubungi BandungBergerak.id.

Rizky mengaku prihatin dengan keterbatasan ruang-ruang di rumah sakit akibat lonjakan kasus Covid-19 sebulan terakhit. Ia berharap masyarakat agar taat protokol kesehatan dan ikut vaksinasi kalau mendapat giliran divaksin.

Kepada pemerintah, ia berharap bisa menyediakan rumah sakit darurat di saat meningginya kasus harian. Atau bisa juga menyediakan ruang-ruang isolasi mandiri di luar fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.

“Intinya kalau sudah seperti ini harus ada solusi, sediakan perawatan di ruang-ruang isoman (isolasi mandiri). Sediakan informasi lengkap tentang ruang-ruang isoman bagi pasien yang tidak dapat ditangani di rumah sakit,” katanya.

Selain itu, pemerintah melalui layanan kesehatannya perlu menyediakan obat yang diperlukan pasien Covid-19 yang tidak kebagian ruangan rumah sakit. Merujuk pada kasus AT, saat itu keluarganya sangat kesulitan mendapatkan obat dan oksigen.

“Oksigen agak susah juga, itu kan banyak orang juga yang ga tahu mencarinya ke mana. Jadi sebaiknya disediakan pemerintah,” ujarnya.

Bagi masyarakat yang anggota keluarganya terpapar Covid-19, disarankan untuk tidak panik, apalagi menjauhi anggota keluarga tersebut. Keluarga yang terkena Covid-19 sangat membutuhkan dukungan fisik maupun mental. Orang yang terkena Covid-19 akan mendapat pukulan berat, mereka akan terbantu jika keluarga lain menolong.

Bentuk dukungan yang diperlukan keluarga terpapar Covid-19 meliputi dukungan moril, pasokan makanan dan obat-obatan. Ini dirasakan betul oleh Rizky yang juga penyintas Covid-19. Pada April lalu, ia terkonfirmasi positif Covid-19, dan harus dirawat ke rumah sakit.

Saat itu, kasus Covid-19 tidak melonjak seperti sekarang ini, sehingga ia masih mudah mendapatkan ruangan di rumah sakit.

“Dalam kondisi seperti ini sangat dibutuhkan support dari keluarga dan kerabat, kalau positif dikuatkan secara mental, dibantu sebisa mungkin,” ujarnya.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Penularan masih Tinggi, Kasus Meninggal Bertambah 12 Orang
Cerita Orang Bandung (12): Seorang Sopir Ambulans di Puncak Gelombang Covid-19
Data Ketersediaan Tempat Tidur Covid-19 di Rumah Sakit Kota Cimahi per 26 Juni 2021

Upaya Menambah BOR Rumah Sakit 

Ketersediaan ruangan rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) di Indonesia, khususnya di Bandung, benar-benar terguncang pada gelombang pandemi Covid-19 tahun kedua ini. Walaupun Pemerintah Kota Bandung berkali-kali merilis upaya penambahan BOR di rumah sakit rujukan Covid-19.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Bandung, Yorisa Sativa mengungkapkan, di Kota Bandung terdapat 29 rumah sakit rujukan dengan jumlah BOR sekitar 2.000 unit. Dari jumlah itu, keterisiannya sudah menyentuh angka 94,15 persen pada Kamis, 24 Jnuni 2021. Puncak keterisian rumah sakit sangat terasa meningkat pesat dalam dua pekan terakhir.

"Meningkat tajam pada saat pascaliburan kemarin. Datanya ini sama di seluruh Indonesia. Tren naiknya seragam,” ucap Yori dalam siaran persnya.

Yori menuturkan, dari data yang terpantau keterisian rumah sakit tersebut, 56 persen dihuni oleh pasien asal Kota Bandung. Sedangkan 44 persen lainnya merupakan pasien kasus Covd-19 yang berasa dari sejumlah daerah di luar Kota Bandung.

Ia mengklaim pihaknya selalu berkoordinasi dengan pengelola rumah sakit untuk menambah kapasitas. Setiap rumah sakit telah diminta untuk mengonversi atau menambah tempat tidur 30-40 persen. Saat ini penambahan BOR Rumah Sakit yang ada di Kota Bandung antara 30 persen sampai 40 persen.

BOR Rumah Sakit di Bandung 26 Juni 2021

Merujuk pada dari Sistem Informasi Rawat Inap (Siranap) Kementerian Kesehatan, diakses Sabtu (26/6/2021) pukul 09.00 WIB, tersedia secara total 2.395 unit tempat tidur Covid-19 yang tersebar di 30 rumah sakit di Kota Bandung. Dari jumlah tersebut, ada 228 unit tempat tidur kosong yang bisa dimanfaatkan warga.

Rumah Sakit Umum dr. Hasan Sadikin (RSHS) tersedia 55 unit tempat tidur kosong dari total 300 unit tempat tidur yang disediakan khusus untuk pasien Covid-19.

Selain RSHS, masih tersedia puluhan kamar tidur Covid-19 di beberapa rumah sakit lain di Kota Bandung. Rinciannya, 22 unit tempat tidur di RS Darurat Covid-19 Secapa AD, 18 tempat tidur di RS Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung Bandung, 19 unit tempat tidur di RS Umum Hermina Arcamanik, 20 unit tempat tidur di RS Immanuel, 12 unit tempat tidur di RS Umum Angkatan Udara dr. M. Salamun, dan 12 unit tempat tidur di RS Umum Bhayangkara Tk. II Sartika Asih. Di RS Santo Yusup, yang sehari sebelumnya terisi penuh, hari ini tersedia 2 unit tempat tidur kosong.

Ada enam rumah sakit Kota Bandung dengan status tempat tidur Covid-19 terisi penuh, yakni RS Edelweiss, RS Ibu dan Anak Melinda, RS Khusus Bedah Halmahera Siaga, RS Umum Al-Islam, RS Umum Bungsu, dan RS Kebon Jati.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//