SPBU Al Ma'soem, Masjid dan Warung Minyak Tanah
Sampai-sampai terdapat rumor di kalangan masyarakat: Apa bahasa Arabnya SPBU atau pom bensin? Jawabannya Al Ma'soem.
Ibn Ghifarie
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.
26 Juni 2021
BandungBergerak.id - Setiap Jumat di SPBU Rancaekek, jalur Bandung – Garut, kita akan menemukan spanduk dengan tulisan: Pelayanan di SPBU ditutup untuk sementara dan baru dibuka lagi setelah kegiatan di masjid bubaran. Jika kebetulan kita melintas bertepatan dengan waktu salat Jumat, akan terdengar kumandang azan.
Prinsip keseimbangan ibadah dunia akherat inilah yang kuat dipegang oleh Ma'soem dalam buku Biografi H. Ma’soem (1923-2001) Sosok Wirausaha Muslim Kesederhanaan Membuahkan Kemandirian.
Ma'soem merintis kegiatan SPBU yang dibuka 24 jam itu untuk meningkatkan pelayanan kepada para konsumen. Karyawan yang bekerja dibagi dalam tiga shift: masing-masing bertugas sekitar delapan jam. Shift pertama masuk pukul 04.30 sampai pukul 12.00; shift kedua 12.00 sampai pukul 21.00; dan shift ketiga 21.00 sampai pukul 04.30.
Pergantian petugas shift disesuaikan dengan jadwal salat, agar petugas tidak terganggu dalam melaksanakan kewajiban ibadah lima waktu. Selain itu, setiap menjelang salat Jumat, pelayanan di SPBU ditutup untuk sementara dan baru dibuka lagi setelah kegiatan di masjid.
Dalam kegiatan sehari-hari, setiap SPBU dipercaya kepada seorang manajer yang langsung bertanggungjawab kepada perusahaan. Secara berkala dilakukan penilaian atas kinerja mereka, menyangkut berbagai hal yang hasilnya kemudian digunakan sebagai bahan masukan untuk keperluan promosi. Kalau yang bersangkutan dinilai gagal bisa saja jabatannya diturunkan.
Ma’soem selalu menekankan, sesibuk apa pun tugas di SPBU, para karyawan jangan sampai meninggalkan kewajiban melaksanakan salat lima waktu. Ia berpendirian, dengan mengerjakan salat orang akan malu jika berbohong, melakukan perbuatan tercela lainnya.
Gagasan dan upaya Ma'soem yang dibilang "lain dari yang lain" adalah merintis pembangunan masjid (mushola) di setiap SPBU yang dikelolanya. Ini untuk memberikan kesempatan kepada konsumen yang akan melaksanakan salat. Apa yang diperbuat Ma'soem merupakan bagian dari keyakinan bahwa mengejar duniawi harus berbarengan dengan ukhrowi (akhirat).
Pada mulanya, apa yang dikerjakan Ma'soem sempat dilarang oleh pihak-pihak tertentu, bahkan musala di SPBU Rancaekek yang telah selesai dibangun pun harus segera dibongkar kembali. Namun, ia tidak mempersoalkannya, karena merasa yakin bahwa apa yang dilakukan itu benar. Dalam perjalanan waktu akhirnya bisa teruji, gagasan Ma'soem untuk mendirikan masjid memang benar, tepat, dan begitulah seharusnya. Kini sarana peribadatan seperti musala, masjid banyak ditemui SPBU lain (Tatang Sumarsono, 2006: 285-288).
Sosok Ma'soem
Dalam buku Sedekah Mahabisnis dengan Allah memuat Kisah Al Ma’soem, Dari Tukang Minyak Eceran Menjadi Pengusaha SPBU.
Di Bandung, Jawa Barat, siapa yang tidak tahu Pom Bensin Al Ma’soem. Tanyalah pada sopir angkot yang beroperasi di Bandung dan pengemudi bus jurusan Bandung-Sumedang, Bandung-Tasikmalaya, Bandung-Garut, Bandung-Indramayu. Niscaya mereka tidak saja tahu persis lokasinya tapi juga berkomentar positif tentang SPBU ini.
Dari pagi sampai larut malam, pom bensin Al Ma’soem tak berhenti diserbu konsumen. Antrean mobil maupun motor, mengular hingga kadang luber ke tengah jalan. Seolah-olah tidak ada SPBU lain di dekat situ, atau sepertinya harga BBM hendak naik beberapa saat lagi.
Ketepatan takaran adalah kelebihan utama pom bensin ini. Dengan tangki penuh bensin dari SPBU Al Ma’soem, sebuah angkot bisa menempuh tiga rit. Tapi dengan bensin yang sama dari SPBU lain, mereka hanya dapat menjalani 2 rit. Bila untuk full tank di SPBU lain sebuah motor memerlukan 16 ribu, maka di SPBU Al Ma’soem cuma habis sekitar 14 ribu.
Di tambah dengan kebersihan lokasi, dukungan fasilitas penunjang seperti musala, dan servis yang kekeluargaan, jadilah pom bensin Al-Ma’soem sebagai SPBU favorit bagi pengendara. Dalam sehari tak kurang dari 30 ton BBM terjual. Tak heran bila SPBU Al-Ma’soem meraih prediket sebagi SPBU pilihan Pertamina.
Tahukah Anda siapa pendiri dan pemilik SPBU Al Ma’soem? Ya, pendirinya adalah Ma’soem, seorang anak bersahaja yang terlahir dari keluarga duafa. Sadar terlahir dari keluarga tak punya, Ma’soem sejak remaja berusaha hidup mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain.
SPBU Al Ma’soem yang sekarang maju dan terkenal di Bandung itu sebenarnya bermula dari usaha keras Ma’soem berdagang minyak tanah eceran di daerah Rancaekek. Awal mula merintis bisnisnya, Ma’soem mengambil minyak tanah eceran dari pedagang Tionghoa di Rancaekek.
Ia pun membeli minyak tanah dari warung Tionghoa itu sebanyak satu blek atau 20 liter, kemudian dijual secara eceran di warungnya sendiri. Ternyata berjualan minyak tanah cukup menjanjikan. Dalam setiap harinya selalu saja habis. Konsumen yang tadinya membeli dari warung lain pun beralih ke warung Ma’soem, lalu mereka menjadi langganan. Ma’soem yang ramah dan murah senyum berhasil memikat para konsumennya.
Di luar itu, Ma’soem selalu menyedekahkan keuntungan bisnisnya setiap hari sebanyak 10 persen. Setiap sore (malam) hari, Ma’soem menghitung keuntungan bisnisnya, kemudian dia pisahkan dari modalnya. Dari setiap keuntungannya itulah, Ma’seom sedekahkan 10 persennya.
Cara sedekah Ma’soem cukup unik. Secara diam-diam, Ma’soem mendatangi masjid atau musala yang ada di daerah Rancaekek, kemudian dia mencari kotak amal masjid itu dan memasukkan uang di dalamnya tanpa sepengetahuan siapa pun.
Pernah juga Ma’soem menaruh uang di bawah karpet masjid, tujuannya agar nanti ditemukan oleh petugas masjid dan dimasukkan ke dalam kotak amal masjid. Ma’seom selalu membantu orang-orang lemah yang ada di sekitarnya dengan memberi sedekah semampunya.
Uniknya, sedekah yang ia berikan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Ia tidak mau sedekahnya diketahui orang. Cukup hanya Allah sajalah yang melihatnya.
Sedikit demi sedikit usaha Ma’soem bisa menjadi tumpuan. Ma’soem terus berupaya agar warungnya semakin banyak dikunjungi konsumen. Biasanya Ma’soem menjual minyak tanah 20 liter per hari dan itu pun ngambil dari pedagang Tionghoa. Setelah usahanya mulai maju, Ma’soem langsung membeli minyak tanah dari agen besar di Cikudapateuh Bandung sebanyak 200 liter.
Baca Juga: Menulislah bersama kami dengan mengirimkan esai ke [email protected]. Simak informasi lengkapnya di sini. OPINI Pasien terkonfirmasi Covid-19 di IGD RS H
Abnormalitas di Saparua-Ciliwung
Volume penjualan minyak tanah di warung Ma’soem terus merangkak naik. Keberhasilan Ma’seom dalam menjual minyak tanah memikat hati Mr. De Buy, Kepala BPM (Bataafsche Petroleum Mastschappij), sebuah perusahaan minyak milik Belanda yang didirikan sejak kolonial dulu, yang kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah RI berubah nama menjadi Permina (Perusahaan Minyak Nasional), lalu berubah lagi menjadi Pertamina (Perusahaan Tambang dan Minyak Nasional).
Walhasil, Ma’soem diangkat oleh Mr. De Buy menjadi agen minyak tanah, membawahi daerah Cileunyi, Rancaekek, Cicalengka, dan Sumedang. Sejak itulah, usaha Ma’soem maju pesat dan berkembang di seluruh Kota Bandung dan sekitarnya. Kini, Ma’soem bukan hanya memiliki SPBU, tetapi juga memiliki Yayasan, lembaga pendidikan, apotik, poliklinik, dan sebagainya.
Tahun 2001, Ma’soem meninggalkan dunia ini. Spirit Ma’seom dalam memberi dan sedekah telah merubah kondisi dirinya, keluarganya dan masyarakat sekitarnya. Walau Ma’soem telah tiada, namun namanya akan selalu dikenang sebagai orang yang dermawan dan ahli sedekah, baik oleh anak-anaknya, cucu-cucunya, maupun masyarakat sekitarnya. (Amirulloh Syarbini, 2012:133-136).
Pelopor Masjid SPBU
Dalam buku Api Sejarah 2 ditegaskan semangat membangun masjid dan musala dengan dana umat, meledak luar biasa, dapat dilihat partisipasi dari masyarakat mulai RT, RW, terminal, kompleks perumahan, perkantoran dan swasta, rumah makan, kampus universitas, bandara di pom bensi (SPBU).
"Di Bandung, SPBU Al-Ma'soem memelopori pembangunan masjid atau musala dan tidak buka pada waktu salat Jumat. Haji Ma'soem sebagai wirausahawan Muslim tidak hanya bertumpu pada aktivitas pengembangan bisnis perniagaannya semata. Namun juga, aktif mendirikan dan mendanai sekolah dari Taman Kanak-kanak hingga AMIKA Al-Ma’soem dan Pesantren. Tak lupa mengadakan Peringatah Hari Besar Islam dengan dakwah terbuka. Semua kegiatan ini sampai sekarang semakin meningkat, diteruskan oleh putranya Nanang Iskandar Masoem, SE, M.Si (Ahmad Mansur Suryanegara, 2017:498).”
Sampai-sampai terdapat rumor di kalangan masyarakat: Apa bahasa Arabnya SPBU atau pom bensin? Jawabannya Al Ma'soem.
Kini, SPBU Al Ma'soem memiliki 36 cabang yang tersebar di Jawa Barat. Daftar SPBU 1 dengan kode SPBU 344.0909 berada di SPBU Alamendah; dan no 36 dengan kode SPBU 344.5305 yang berlokasi di SPBU Tomo.
Inilah jejak keberadaan masjid (musala) SPBU yang dipelopori oleh Ma'soem dengan prinsip mengurangi takaran bukan hanya dibenci Allah SWT, melainkan akan membuat perusahaan bangkrut, pasalnya konsumen tidak akan menaruh kepercayaannya.