Pendiri Toko dan Hotel Thiem
Johan Friedrich Ferdinand Thiem atau F. Thiem selama 30 tahun menjalankan usaha di Bandung. Dialah pendiri Toko dan Hotel Thiem, atau kini Grand Hotel Preanger.
Atep Kurnia
Peminat literasi dan budaya Sunda
28 Maret 2021
BandungBergerak.id - Koran De Preanger-Bode edisi 11 April 1901 mengabarkan kematian Johan Friedrich Ferdinand (J.F.F.) Thiem pada 8 April 1901 di Bandung. Dalam kabar yang disusun pada 10 April 1901 di Bandung oleh istrinya M. Thiem, dan keluarga lainnya yaitu Robert Thiem, Max Thiem, E. Wijnmalen (Thiem), dan R.W. Wijnmalen, disebutkan bahwa J.F.F. Thiem meninggal dalam usia 70 tahun. Koran-koran lainnya, seperti Soerabaijasch Handelsblad (13 April 1901), Algemeen Handelsblad (11 Mei 1901), dan Haagsche Courant (14 Mei 1901) sama-sama menyebutkan usia 70 tahun.
Selang tiga tahun kemudian, dalam Bataviaasch Nieuwsblad (14 Mei 1904) dikabarkan bahwa M.P. Thiem, yang tidak lain adalah janda dari J.F.F. Thiem, meninggal dunia. Berita ini dibuat pada 13 Mei 1904 atas nama R. Thiem, C. Thiem, M. Thiem, E. Wijnmalen-Thiem, dan R.W. Wijnmalen yang berdomisili di Batavia, Bandung, dan Buleleng.
Siapakah J.F.F. Thiem? Dalam keterangan dari Bupati Bandung R.A.A. Martanagara (1923: 37), Thiem termasuk salah seorang pemilik toko Eropa yang pertama di Bandung, selain J.R. de Vries. Selain itu, menurut keterangan Klaas de Vries, Thiem inilah yang mendirikan toko yang terkenal di seantero Priangan dan yang menjadi manajer Hotel Thiem atau Grand Hotel Preanger (“Bandoeng's oudste midden stander” dalam Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 15 April 1936).
Baca Juga: Paman dan Keponakan de Vries
Riwayat singkat asal-usul J.F.F. Thiem saya peroleh dari situs genealogieonline.nl (diakses pada 29 Desember 2020). Di situ antara lain disebutkan bahwa J.F.F. Thiem (1831-1901) dilahirkan pada 24 Mei 1831 di Gefell (Saksen). Pekerjaannya sebagai saudagar atau pedagang (koopman). Ia meninggal di Bandung pada 8 April 1901 dalam usia 69. Sementara istrinya adalah Margaretha Pieternella Bastiaans (1836-1904) alias M.P. Thiem. Ia lahir pada 11 November 1836 di Semarang dan meninggal di Bandung pada 6 Mei 1904, dalam usia 67 tahun.
Keterangan paling lama diperoleh dari Java-Bode (10 Februari 1872). Di situ ada kabar bahwa F. Thiem menyewakan sebuah rumah di Gang Scott (sekarang Jalan Budi Kemuliaan), di Weltevreden, Batavia, yang semula dihuni oleh Haighton (“Een ruim huis, in Gang Scott, bewoond door den heer Haighton”). Dengan pernyataan ini, saya kira, kemungkinan besar, Thiem waktu itu masih berdomisili di Batavia, belum pindah ke Bandung. Soalnya kemudian kapan dia pindah ke Kota Kembang?
Dari telusuran koran-koran lama, titimangsa paling lama yang menyebutkan Thiem tinggal di Bandung adalah Java-Bode (4 Desember 1876). Di situ dimuat sebuah pengumuman berupa peringatan kepada para pengutang antara tahun 1872 hingga 1876 untuk memperbaruinya kepada F. Thiem di Bandung pada akhir November (“Laatste directe herinnering debiteuren over 1872 t/m 1876 aan F. THIEM, BANDONG, worden verzocht, hunne rekeningen tot uiterlijk ultimo November aans”). Dari pernyataan tersebut, saya jadi menduga bahwa tahun 1876 adalah tahun pertama Thiem tinggal di Bandung sehingga ia memohon kepada para pengutangnya untuk memperbaharui atau membayar hutang-hutang mereka setelah F. Thiem meninggalkan Batavia.
Setahun kemudian ada kabar F. Thiem menjual “pretentien” bersama-sama antara lain dengan W. Voonthuijnen (Bandung), G. Link (Manonjaya), J. Latumahina (Cicalengka), dan lain-lain (Java-Bode, 16 Februari 1877). Apakah ini bisa menjadi pertanda awal perdagangan atau toko yang diupayakan oleh F. Thiem di Bandung? Bisa jadi, karena untuk tahun 1876 barangkali ia masih membereskan hal-ihwal terkait kepindahannya dari Batavia, dan baru awal tahun baru selanjutnya ia dapat membuka usahanya di Bandung.
Selanjutnya pada berita Bataviaasch Handelsblad (17 September 1878) ada kabar duka dari Thiem. Saat itu dikabarkan bahwa anak lelaki sulungnya yang bernama Franz dan berumur 18 tahun meninggal dunia. Pemberitahuan tersebut dibuat suami-istri F. Thiem dan M. Thiem (geb. Bastiaans) di Bandung pada 15 September 1878.
Barangkali Thiem terus mengusahakan tokonya hingga suatu saat terbetik dalam benaknya untuk membuka sebuah hotel di dekat tokonya. Itulah yang sering disebut sebagai Hotel Thiem atau Hotel Preanger. Hotel tersebut mulai dibuka pada 1 Juli 1887 dengan nama Hotel Preanger, dengan manajer yang dipercayai untuk mengurusnya adalah J.H. Bernard. Dalam berita Bataviaasch Nieuwsblad (7 Juli 1887) disebutkan bahwa hotel tersebut berada di pusat Kota Bandung, seberang kantor residen Priangan, dengan semua hal baru (“Geopend op 1 Juli 1887. HÖTEL PREANGER TE BANDONG. Best gelegen in het CENTRUM DER STAD, tegenover het Residentie Kantoor. Nieuw COMFORTABEL GEBOUWD, geheel NIEUW GEMEUBILEERD, met RUIME NETTE KAMERS en ALLE GEMAKKEN”).
Dengan guntingan koran ini, gugur sudah apa yang tertulis oleh Sudarsono Katam (Bandung Kilas Peristiwa di Mata Filatelis: Sebuah Wisata Sejarah, 2006: 237) yang menyebutkan bahwa “Tahun 1856 di halaman depan herberg, di tepi Grote Postweg (Jl. Asia-Afrika) berdiri Toko dan Hotel Thiem yang dikelola C.P.E. Loheyde yang banyak dikunjungi oleh Preangerplanters”. Karena jelas, Hotel Thiem atau Hotel Preanger baru dibuka pada 1 Juli 1887 sebagaimana yang dilaporkan koran Bataviaasch Nieuwsblad di atas. Adapun kecenderungan yang menyamakan Hotel Thiem atau Hotel Preanger dapat dilihat dari iklan Dr. Rethy yang membuka praktik di hotel tersebut antara 10-31 Oktober 1890 (“Van 10-31 October te Bandong te consulteeren, in het Hotel Preanger [Thiem]” dalam Bataviaasch Handelsblad, 20 Oktober 1890)
Kembali ke manajer Hotel Preanger J.H. Bernard. Ia ternyata hanya setahun kurang bekerja di sana. Karena dalam Java-bode (22 Maret 1888) disebutkan bahwa dia mengundurkan diri. Juga disebutkan, untuk para pelamar posisi kosong tersebut dipersilakan mengirimkan lamaran kepada pemilik hotel (“Brieven voortaan te richten aan den eigenaar van het hotel”) F. Thiem.
Apakah dengan bisnis barunya tersebut usaha Toko Thiem terus berlanjut? Bahkan setelah kematian F. Thiem, tokonya masih terus beroperasi. Misalnya, dalam De Preanger-bode (19 Agustus 1903), disebutkan bahwa Toko Thiem antara lain menjual perbekalan dari Tieleman dan Dros, daging babi dari Gelderland, perbekalan dari Prancis, acar Belanda, Prancis, dan Jerman, kopi bubuk dalam blek, kapur tulis, kertas, lilin untuk stempel, pensil, tongkat untuk berjalan, topi, cerutu dari Reijnvaan dan Best, karpet dan alketip, serta berbagai minuman keras, seperti bir, anggur, sopi, konyak, dan sampanye.
Barangkali antara 1901 hingga 1904, Hotel dan Toko Thiem diurus oleh istrinya, Margaretha Thiem, beserta kerabat lainnya. Namun, setelah istrinya tersebut meninggal dunia pada 6 Mei 1904, nampaknya kedua usaha tersebut mengalami kemunduran. Ini terbukti dari kabar-kabar di sekitar penyewaan dan penjualan aset perusahaannya. Ini kentara sekali dari pemberitaan pada tahun 1907.
Dalam De Preanger-bode (31 Mei 1907) dikabarkan bahwa pada Sabtu, 1 Juni 1907 akan diadakan lelang 3 persil lahan milik mendiang F. Thiem yakni berupa tanah di Bandung, Kadjaksan-Girang, dan Kadjaksan-Hilir. Dalam De Preanger-bode (27 Juli 1907) dimuat iklan mengenai Hotel Thiem yang akan menyewakan toko dan gudang di dekat Hotel Thiem, dengan harga sewa per bulannya sebesar f. 100. Apakah toko yang akan disewakan bersama gudangnya tersebut sama dengan Toko Thiem? Saya pikir sama, mengingat lokasinya yang berdekatan dengan Hotel Thiem, bahkan yang menyewakannya pun pihak hotel tersebut.
Kabar lainnya yang saya pikir merupakan pukulan terakhir bagi usaha yang dirintis oleh F. Thiem adalah beralihnya kepemilikan Hotel Thiem atau Hotel Preanger ke tangan D. De Roever sejak 1 Oktober 1907. Di dalam De Preanger-bode (1 Oktober 1907) disebutkan bahwa D. De Roever yang menjadi pachter (penyewa) hotel pemerintah di Maos, dan mantan pachter sanatorium Selabatu di Sukabumi dan mantan direktur Hotel des Indes menjadi pemilik baru Preanger Hotel milik F. Thiem.
Demikianlah akhir dari riwayat kerja sekitar 30-an tahun F. Thiem di Bandung itu. Tinggallah sekarang Grand Hotel Preanger yang sudah berganti beberapa kali kepemilikan, sementara bekas Toko Thiem tidak dapat kita saksikan sekarang ini.