Berjatuhan di TPU Cikadut, Antrean di Krematorium
Banyak petugas penggali kubur sakit dan terpapar Covid-19. Antrean jenazah terjadi di TPU Cikadut dan ruang krematorium.
Penulis Bani Hakiki5 Juli 2021
BandungBergerak.id - Prosesi permakaman jenazah Covid-19 di TPU Cikadut terus bertambah setiap harinya. Total penguburan jenazah Covid-19 sudah mencapai 600 kali dalam sebulan terakhir. Jumlah ini menggambarkan kondisi penularan Covid-19 di zona merah Kota Kembang.
Namun ada pemandangan berbeda pada Senin (5/7/2021) di TPU khusus Covid-19 Kota Bandung itu. Tidak terlihat tim penggali di lapangan area pekuburan. Koordinator Pemangku Jenazah Tim C, Herdi (35) mengungkapkan hari itu para penggali sengaja diliburkan karena banyak dari mereka yang sakit. Bahkan, beberapa di antaranya harus melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing karena terpapar Covid-19, termasuk koordinatornya Sony Santoso.
Herdi bercerita, situasi TPU Cikadut semakin hari kian mencekam dan melelahkan bagi seluruh tim petugas lapangan. Di TPU Cikadut sendiri hanya terdapat 20 penggali saja dan satu persatu berjatuhan sakit dan kelelahan setelah sebelumnya marathon melakukang penguburan jenazah kiriman dari rumah sakit-rumah sakit.
“Lihat, tuh! Gak ada penggali hari ini, semuanya memang libur. Semua (petugas lapangan) di sini udah banyak yang terpapar, termasuk saya sendiri sempat kena (Covid-19),” tutur Herdi, di lokasi pemakaman.
Dalam pekan terakhir, per harinya petugas TPU Cikadut menguburkan lebih dari 70 jenazah. Sementara tim penggali yang sedang diliburkan digantikan oleh relawan dari warga sekitar. Para relawan ini tidak memiliki penghasilan pasti, bergantung dari sedekah yang diberikan keluarga jenazah.
Sejak matahari terbenam pada Minggu (4/7/2021) kemarin, tercatat 35 jenazah dimakamkan. Sementara pada hari ini, terdapat sekitar 30 jenazah sudah dipusarakan dan beberapa di antaranya masih mengantre giliran hingga pukul 3 sore.
Pemandangan memprihatinkan di tengah kesibukan prosesi penguburan adalah adanya beberapa ahli waris yang menekan para petugas agar keluarganya didahulukan dikubur. Namun, petugas Pemangku Jenazah Tim C yang beroperasi siang itu tidak mau pilih kasih. Mereka cukup tegas mengatur pola kerja, siapa yang datang lebih dulu akan didahulukan.
Banyak petugas lapangan yang lunglai karena bekerja sejak pagi. Pekerjaan paling berat terjadi di saat matahari sedang terik-teriknya menyorot. Jeda waktu istirahat yang tidak lebih dari 10 menit mereka pakai istirahat semaksimal mungkin.
Menurut mereka, intensitas kedatang jenazah belum ada apa-apanya dibanding hari-hari sebelumnya. Tim pemangku jenazah dibagi ke dalam 3 tim dengan jumlah anggota sebanyak 35 orang yang dibagi ke dalam 3 sif kerja.
“Kita mau gimana lagi, gak mungkin kita berhenti dalam keadaan (genting) kayak gini. Penghasilan kita mah gak seberapa, untungnya banyak keluarga yang suka ngasih sedekah,” ujar Herdi.
Lonjakan kasus penularan Covid-19 di Bandung masih terus meningkat setiap hari, belum ada ‘hilal’ kapan puncaknya bakal terjadi. Data Pusat Informasi Covid-19 termutakhir, total kasus terkonfirmasi menyentuh angka 25.976 dengan jumlah kematian hingga 617. Namun, data tersebut belum bisa disinkronisasikan dengan jumlah pemakaman per hari di pemakaman khusus Covid-19 di Bandung.
Baca Juga: Data Pemanfaatan Lahan Permakaman Jenazah Covid-19 TPU Cikadut per 24 Juni 2021
Penggali Kubur dan Pengusung Jenazah TPU Cikadut Butuh Dukungan Moral
Antrean di Krematorium
Antrean padat jenazah tidak hanya terjadi di TPU Cikadut saja yang menggunakan metode liang lahat. Tingkat kematian akibat Covid-19 juga membuat layanan kremasi di Yayasan Krematorium Bandung sibuk. Tempat kremasi ini tak jauh dari TPU Cikadut.
Krematorium tersebut memiliki tiga mesin insinerator atau tungku kremasi, tetapi salah satunya sedang rusak sejak beberapa hari yang lalu. Kerusakan intensitas itu disinyalir karena terus-terusan menyalak tanpa henti dalam tiga pekan terkahir. Belum ada waktu bagi para petugas untuk melakukan reparasi, meskipun telah diajukan ke pihak yayasan.
Seandainya jika reparasi dilakukan, kemungkinan besar layanan kremasi tersebut harus ditutup sementara. Di saat yang sama, lalu linta pengiriman jenazah diprediksi masih bakal terus sibuk. Belum lagi, mereka harus menerima keluhan dari pihak keluarga jenazah. Sama seperti para petugas pemangku jenazah di TPU Cikadut, mereka tegas dalam giliran proses kremasi.
“Biasanya antrean itu menumpuk justru karena koordinasi dari rumah sakit atau rumah dukanya para korban. Kita di sini gak bisa mendahulukan yang datang lebih akhir, semuanya sama,” tutur Andri (33), salah seorang petugas Yayasan Krematorium Bandung.
Sejak terjadi lonjakan kasus, setiap hari minimal 5 sampai 10 proses kremasi dilakukan di crematorium tersebut. Rekor tertinggi ada pada angka 30 kremasi dalam sehari. Insineratornya sampai harus kerja 24 jam. Pada hari-hari biasa, yayasan ini paling banyak melakukan 3 proses kremasi saja dalam sehari.
Satu jenazah bisa memakan waktu 3 sampai 4 jam dalam satu proses kremasi. Sejak lonjakan Covid-19, jenazah terus keluara-masuk bergantian tanpa henti. Kecekatan penggantian jenazah ini juga dilakukan demi kenyamanan para keluarga.
Dedi (52), seorang petugas krematorium lainnya baru menjadi relawan petugas kremasi sejak awal pagebluk terjadi pada 2020 lalu. Ia menjadi relawan karena mengikuti tetangganya yang sudah lebih dulu membantu di krematorium. “Ini sekarang, banyak warga yang bantuin soalnya banyak banget jenazah yang dikirim ke sini. Malah banyak juga yang dari Jakarta,” ujarnya.