Pasien Isoman Bandung Membutuhkan Oksigen Medis
Warga membeli oksigen medis untuk menolong keluarganya yang isoman. Konsumsi oksigen medis RSHS naik 3 kali lipat.
Penulis Bani Hakiki5 Juli 2021
BandungBergerak.id - Keterisian kapasitas 29 rumah sakit rujukan Covid-19 Kota Bandung masih di atas 90 persen, yang artinya ribuan pasien telah memenuhi ruang-ruang isolasi. Jumlah kebutuhan oksigen medis pun terus bertambah seiring lonjakan kasus hari demi hari.
Di tengah menipisnya oksigen medis, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah meminta pemerintah pusat dan provinsi untuk meningkatkan pasokan. Dalam siaran pers Pemkot Bandung pada (5/7/2021), Wakil Walikota Yana Mulyana mengatakan produksi oksigen mendis telah ditingkatkan hingga 90 persen.
Yana menyebut salah satu faktor pemicu krisis oksigen medis di Kota Bandung adalah banyaknya warga yang melakukan aksi borong karena panik.
Meski demikian, aksi warga membeli oksigen medis tak bisa disalahkan sepenuhnya. Warga yang berinisiatif membeli oksigen medis justru demi menjalani isolasi mandiri di tengah semakin susahnya mecari ruang-ruang isolasi rumah sakit yang penuh karena kebanjiran pasien Covid-19.
Rof Wildan, salah seorang petugas agen oksigen medis resmi, Restu Fadhil Gas (RFG), menuturkan banyak keluarga pasien yang membutuhkan oksigen medis, terutama mereka yang menjalani isolasi mandiri (Isoman) di rumah.
Mereka melakukan isoman meskipun penyakit Covid-19 yang mereka derita memiliki gejala. Karena itu mereka sangat membutuhkan oksigen medis. Sejatinya, pasien Covid-19 dengan gejala, apalagi berupa gejala sesak, memerlukan ruang isolasi di rumah sakit.
Rof Wildan mengaku oksigen medis di tempatnya selalu habis terjual. Selama sepekan terakhir persediaan oksigen medisnya sangat sedikit dan selalu ludes sejak pagi hari. Bahkan, gerai oksigen medis di Arcamanik ini sudah tidak memiliki stok sejak Sabtu (3/7/2021) lalu.
“Udah tiga mingguan persediaan gak banyak, setiap hari ada aja antrean panjang. Rata-rata yang beli itu yang isoman, malah tabung kosong sama regulator juga sering abis,” tutur Rof Wildan, di lokasi.
Pada hari-hari biasa sebelum lonjakan kasus Covid-19 terjadi, RFG bisa menerima 40 kubik tabung gas setiap hari dari distributor. Jumlah pasokan tersebut berkurang, paling banyak 5 kubik saja per hari, catatan kiriman paling sedikit selama pagebluk. Kini, agen tersebut telah berganti beberapa distributor dari luar Bandung demi memenuhi permintaan pelanggan.
Bahkan jika gerai sudah tutup, para pelanggan tak pernah berhenti berdatangan mencari oksigen medis untuk keperluan keluarganya yang sakit. Windi Dharmawan, salah seorang petugas agen oksigen medis lainnya, mengaku prihatin dengan kondisi tersebut.
Namun Windi tidak bisa berbuat banyak selain berharap pasokan oksigen dari distributor segera datang. Agennya kini mengandalkan distributor dari Cirebon. Sebelumnya, ia menerima pasokan dari distributor Kota Bandung. Tetapi kini distributor Kota Bandung tak bisa lagi memasok karena kelangkaan barang.
“Sekarang kita coba ambil (distributor) dari Cirebon, di Bandung udah gak ada. Sebisa mungkin hari ini datang, tapi itu juga belum pasti,” kata Windi Dharmawan.
Baca Juga: Oksigen Medis di Bandung Langka, IGD RSUD Majalaya Tutup
Berjatuhan di TPU Cikadut, Antrean di Krematorium
Antrean Pembeli Oksigen Medis Picu Kerumunan
Padatnya antrean pembeli oksigen medis setiap harinya di RFG menimbulkan kekhawatiran penularan Covid-19. Kerumunan itu cukup meresahkan warga sekitar di wilayah RW 02 Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik.
Jauh sebelum kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarkat (PPKM) Darurat berlaku, warga telah lebih dulu menyadari harus ada tindakan mengurangi risiko peningkatan kasus di lingkungannya. Komunitas gabungan warga sekitar pun berinisiatif membatu RFG mengurai antrean yang semakin menumpuk.
Komunitas sukarelawan dari warga ini terbentuk dari karang taruna setempat dan bekerjasama dengan Pecinta Alam Barabhinaya. Para pemuda lokal sengaja tidak banyak melibatkan orang tua dalam pembatasan antrean pembelian oksigen medis itu. Mereka mengaku membantu sambil mengisi waktu luang selama menempuh pendidikan daring.
“Sebelumnya, Polsek (Arcamanik) sempat menegur soal antrean. (Sejak) seminggu ini, kita (warga) ikut bantu jagain biar antreannya rapi dan gak terlalu numpuk,” tutur Windi.
Para relawan tetap menjaga dan melayani para pelanggan selama gerai oksigen medis tersebut tutup empat hari terakhir. Masing-masing anggota komunitas relawan ini dengan sigap menjelaskan kondisi persediaan dan kapan prediksi pasokan kembali terisi.
RSHS Minta Jadi Prioritas Pasokan Oksigen Medis
Kelangkaan oksigen medis di Kota Bandung diakui Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Meski demikian, sejauh ini pasokan oksigen medis untuk kebutuhan pasien Covid-19 di pusat rumah sakit rujukan Covid-19 se-Jawa Barat ini masih aman.
Plt Direktur Utama RSHS, Irayanti, mengungkap konsumsi oksigen medis RSHS akhir-akhir ini memang melonjak tajam seiring dengan tingginya keterisian BOR rumah sakit yang mencapai 92,5 persen. Belum lagi dengan adanya antrean pasien Covid-19 di IGD.
“Memang betul okigen langka, kenyataanya karena penuhnya rumah sakit dan khususnya untuk pasien Covid-19 sangat membutuhkan oksigen,” kata Irayanti, dalam keterangan resmi di RSHS.
Menurutnya, konsumsi oksigen medis RSHS meningkat sampai lebih dari 3 kali lipat dibandingkan hari biasanya. Untuk mendapat oksigen medis, RSHS biasa dipasok tiga hari sekali. Namun kali ini, pasokan sudah harus ditambah setiap 24 jam sekali.
Selain itu, biasnaya pemasok mengantarkan pesanan tabung oksigen ke RSHS. Tetapi kali ini, pemasok mengaku kewalahan menerima pesanan dan keterbatasan SDM. Sehingga pihak RSHS sendiri yang harus mengambil tabung pesanan oksigen medis.
Irayanti telah mewanti-wanti kepada pemasok agar memprioritaskan kebutuhan oksigen medis RSHS, mengingat rumah sakit ini pusat rujukan Covid-19 yang banyak merawat pasien. “Sampai sekarang masih terpenuhi, mudah-mudahan, kita tahu RSHS adalah rumah sakit rujukan tertinggi di Jabar jadi kita berharap dipasok (diprioritaskan),” ujarnya.