• Berita
  • Satu RT Patungan Beli Rapid Test untuk Testing dan Tracing Mandiri

Satu RT Patungan Beli Rapid Test untuk Testing dan Tracing Mandiri

Harga pengetesan jadi lebih murah. Dalam satu box terdapat 25 pack yang kalau dirata-ratakan satu pack-nya Rp 40 ribu. Di laboratorium, sekali tes Rp 200 - 250 ribu.

Alat rapid test untuk melakukan testing Covid-19. Rapid test saat ini dijual di situs-situs online, memudahkan untuk melakukan pelacakan kontak. (Dok. Muhammad Sufyan Abdurahman, 2021)

Penulis Iman Herdiana7 Juli 2021


BandungBergerak.idMeningkatkan jumlah pelacakan kontak dan testing di tengah kecamuk pagebluk, tampaknya masih sulit dilakukan pemerintah pusat maupun daerah. Pelacakan ini diperlukan untuk membendung penularan virus corona yang sebulan terakhir terus menanjak di Indonesia.

Lonjakan kasus harian juga terjadi di Kota Bandung, Jawa Barat. Virus corona menjangkit di lingkup-lingkup terkecil, mulai tingkat RT sampai keluarga. Ketika pemerintah dan petugas kesehatan disibukkan dengan lonjakan kasus, masyarakat pun—selain berharap bantuan pemerintah—dituntut ikut berperan.

Bahkan inisiatif warga sangat penting dalam mencegah penularan corona di masa pagebluk yang berkepanjangan. Inisiatif ini misalnya muncul dari RT 05 RW 2 Sukawarna, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Petugas RT dan warga di sana patungan membeli alat rapid test antigen untuk melakukan tracing dan testing secara mandiri. Saat ini di RT 05 ada 3 pasien Covid-19.

Muhammad Sufyan Abdurahman, Ketua RT 05, menuturkan dalam kondisi kenaikan kasus sekarang ini, cukup sulit meminta bantuan tracing dan testing kepada petugas kesehatan. Pada sebelum lonjakan sebulan lalu, biasanya jika ada warga yang melaporkan gejala, petugas dari Puskesmas cepat tanggap mendatangi untuk melakukan testing.

Namun di masa lonjakan kasus kali ini, laporan warga cukup direspons melalui telepon. Sufyan paham para tenaga kesehatan saat ini menghadapi ujian berat menghadapi gelombang pasien Covid-19 yang terus meningkat. Di antara para nakes pun banyak yang terpapar Covid-19.

Sehingga pihaknya dan warga berinisiatif membeli alat testing mandiri merek Lungene Rapid Test. Alat buatan Tiongkok yang bertebaran di situs jual beli online tersebut dibanderol Rp 1 juta berisi 25 pack. Pembelian alat ini dilatarbelakangi adanya warga yang meninggal karena Covid-19 dua pekan lalu. Dengan alat tersebut, RT 05 melakukan tracing dan testing mandiri kepada keluarga korban.

“Karena makin ganas, kami di RT putuskan beli alat swab antigen. Rp 1 juta isi 25 pack, diberi gratis ke warga yang bergejala karena berasal dari urunan warga juga,” tulis Sufyan di akun Facebooknya.

Saat dikonfirmasi, Selasa (6/7/2021) sore, Sufyan menjelaskan pembelian alat rapid test antigen mandiri dilakukan karena masih mahalnya rapid test di laboratorium. Sufyan mengaku sebelumnya sering melakukan tes untuk kepentingkan pekerjaannya sebagai pengajar di Telkom University.

“Saya kalau ke laboratorium kan sering perhatikan alatnya, sekali tes bisa Rp 200-250 ribu per tes. Dengan beli sendiri jadi lebih murah dan saya sarankan RT dan RW juga melakukannya,” katanya.

Alat tersebut sudah tersertifikasi dan teregistrasi oleh Kemenkes dan BPOM, sehingga ia yakin dengan akurasian. “Kalau tidak akurat, kenapa ada sertifikasi dan registrasinya kan,” ujarnya.

Untuk lebih meyakinkan kinerja alat, ia dan timnya di RT terus melakukan pemantauan kepada orang yang dites. Setelah beberapa waktu berjalan, orang-orang yang dites di RT-nya tidak menunjukkan gejala.

“Sejauh ini efektif. Kemarin setelah ada satu keluarga positif, terus 4 anggota keluarganya negatif, selanjutnya mereka tidak ada gejala Covid apa-apa,” katanya.

Selanjutnya timnya melakukan pengetesan ke orang-orang rentan, seperti DKM maupun ibu-ibu PKK. Penggunaan swab antigen tersebut cukup mudah. Apalagi sekarang banyak sekali video tutorialnya.

Di dalam setiap pack terdapat cairan kimia dan alat tes pemeriksaan sampel yang dicolokkan ke hidung, seperti yang biasa dilakukan para nakes saat melakukan testing. Hasil pengambilan sampel tinggal disatukan dengan cairan kimia, kemudian diteteskan ke alat indikator. Di alat indikator tersebut akan terlihat jika terdapat strip 2 strip warna merah artinya positif, dan kalau 1 strip artinya negatif.

Dengan membeli alat sendiri, harga pengetesan menjadi lebih murah. Dalam satu box terdapat 25 pack yang kalau dirata-ratakan harganya menjadi Rp 40 ribu. Harga ini 6 kali lipat lebih murah dibandingkan tes ke laboratorium atau klinik.  

Baca Juga: Data Ketersediaan Tempat Tidur Covid-19 di Rumah Sakit Kabupaten Bandung per 7 Juli 2021
Jabar masih Defisit 76 Ton Oksigen Medis

Muhammad Sufyan Abdurahman (kiri) bersama donatur dari PT Len, berpose di depan Roda Amal, program gotongroyong RT 05 RW 2 Sukawarna, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. (Dok. Muhammad Sufyan Abdurahman, 2021)
Muhammad Sufyan Abdurahman (kiri) bersama donatur dari PT Len, berpose di depan Roda Amal, program gotongroyong RT 05 RW 2 Sukawarna, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. (Dok. Muhammad Sufyan Abdurahman, 2021)

Solidaritas masih Ada

Pembelian rapid test antigen di RT 05 Sukawarna merupakan satu dari sekian program gotongroyong warga untuk menghadapi pandemi. Sumber dana berasal dari warga sendiri yang dikumpulkan seminggu sekali di kas RT dengan jumlah warga 150 orang atau 44 KK itu.

Program rutin lain di RT 05 ialah Roda Amal, yakni penyediaan makanan untuk warga yang membutuhkan. Roda Amal berjalan setiap Jumat, dan kini sudah 52 kali Jumat melayani warga yang membutuhkan.  

Sebagaimana namanya, Roda Amal berupa roda yang menampung nasi bungkus, aneka roti atau kue, mie instat, dan sembako. Makanan tersebut di tata di dalam roda etalase. Beberapa sudut etalase terdapat tulisan “Roda Amal RT 5 RW 2 (beas, nasi dan lauk, minuman, kue, bacaan). Silakan ambil seperlunya/silakan isi seikhlasnya”.

Pada sudut lain terdapat tulisan bahsa Sunda, “ Ambil Satu! Emut nu Sanes (ambi seperlunya, sisakan buat orang lain yang juga membutuhkan)”.

Roda Amal berfungsi menyalurkan sumbangan berupa makanan sekaligus menampung makanan (atau bahan makanan) untuk disumbangkan. Program dari warga untuk warga ini menurut Sufyan cocok dijalankan di masa pandemi yang serba susah.

Sebagaimana antigen, sumber pendanaan Roda Amal berasal dari patungan warga, dan ada juga sumbangan dari perusahaan-perusahaan, yang terbaru RT ini mendapat sumbangan dari PT Len.

Program gotongroyong RT 05 mulai digulirkan pada awal pagebluk Maret 2020. Awalnya, tutur Sufyan, program hanya mengandalkan kas RT yang tak seberapa, ditambah dengan uang pribadi RT sendiri. Penyumbang pun baru sedikit.

Lama-kelamaan, penyumbang semakin konsisten seiring rutinnya program. Dalam seminggu, hasil sumbangan dana gotong royong beragam, mulai ratusan ribu hingga jutaan. “Pernah bulan puasa kemarin pernah dapat Rp 2,5 juta (dalam seminggu),” kata Sufyan.  

Hasil sumbangan juga dipakai untuk menyumbang warga yang menjalani isolasi mandiri, sumbangan kematian, dan bentuk amal lainnya.

Di saat pandemi sudah berjalan memasuki tahun kedua ini, Sufyan yakin rasa kepedulian, solidaritas, atau gotongroyong warga masih ada dan akan terus tumbuh. Tinggal kepemimpinan di tingkat lokalnya yang harus kreatif dan mengajak dengan keteladanan yang konsisten.  

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//