• Cerita
  • Cerita Orang Bandung (16): Kerelaan Rajan sebagai Pengawal Ambulans

Cerita Orang Bandung (16): Kerelaan Rajan sebagai Pengawal Ambulans

Najib Rajan (19) bergabung dengan kelompok relawan pengawal mobil ambulans sejak tahun lalu. Ketika kondisi pagebluk kian memburuk, tugasnya semakin berisiko.

Rajan (19), seorang relawan pengawal ambulans ketika ditemui di TPU Cikadut, Bandung, Senin (5/7/21). Di tengah pagebluk Covid-19 yang semakin memburuk, apa yang dia lakukan menjadi kian berisiko. (Foto: Boy Firmansyah Fadzri)

Penulis Boy Firmansyah Fadzri9 Juli 2021


BandungBergerak.idSejak sejak awal Juni 2021, situasi pandemi Covid-19 di Kota Bandung terus memburuk. Jumlah kasus melonjak, rumah sakit penuh pasien. Korban jiwa berjatuhan, peti-peti jenazah semakin sering dikirimkan ke TPU Cikadut.

Najib Rajan (19) ada di tengah semua hiruk-pikuk yang menguras air mata itu. Ia merupakan salah seorang relawan pengawal mobil ambulans. Kesibukan yang sudah dilakoni sejak bulan-bulan awal pagebluk setahun lalu.

Ketika gelombang wabah makin menjadi-jadi dalam beberapa 2-3 pekan terakhir, setidaknya sepuluh kali dalam sehari Rajan harus mengawal ambulans pengangkut jenazah Covid-19 ke TPU Cikadut.

“Sekarang makin sering ke sini. Kalau dihitung dari pertama (mengawal) jenazah Covid, udah nggak keitung (mengawal ambulans ke TPU Cikadut),” ujar Rajan ketika ditemui BandungBergerak.id, Senin (5/7/2021).

Ketika itu belum lagi tengah hari. Rajan baru saja tiba bersama ambulans dari RS Kebon Jati. Ambulans ketiga yang dia kawal dengan sepeda motornya.

Baca Juga: Cerita Orang Bandung (15): Endang dan Nasib Selebar Jalan Parakan Saat
Cerita Orang Bandung (14): Seorang Tukang Jahit di Trotoar Jalan Dewi Sartika
Cerita Orang Bandung (13): Ahmad Zaelani dan Kerasnya Hidup di Kota Kembang

Sejak SMP

Najib Rajan sudah sejak lama gemar mengawal iring-iringan mobil ambulans. Bukan hanya pengangkutan jenazah untuk disemayamkan, tapi juga pasien dalam kondisi kedaruratan yang harus segera sampai ke rumah sakit. Semua berawal dari kejadian yang menimpa tetangga rumahnya.

“Sejak SMP, ketika itu belum punya SIM (Surat Izin Mengemudi), saya suka anter tetangga yang hendak menyemayamkan jenazah anggota keluarganya. Sekarang saya sudah kenal banyak sopir ambulans. Biasanya saya diminta mereka untuk mengawal,” ujar Rajan.

Ketika bertugas, Rajan tidak jarang harus berurusan dengan pihak kepolisian. Penggunaan sirine dan rotator membuatnya dihentikan polisi lalu lintas dan ditilang. Rajan tahu beberapa aksinya tidak sesuai aturan, namun ia beralasan demi kemanusiaan.

Saya teh orangnya gak tegaan (Saya orangnya tidak tegaan). Suka kasihan kalau ada orang butuh penanganan,” ucap pemuda yang baru saja lulus dari bangku sekolah menengah atas (SMA) ini.

Sejak tahun lalu Rajan bergabung dengan komunitas relawan pengawal ambulans. Ketika itu kebutuhan pengawalan ambulans memang meningkat drastis seiring cepatnya laju penyebaran Covid-19.

Rajan biasanya menunggu mobil ambulans di pintu keluar Tol Pasteur. Dari sana, ambulans ia kawal menuju rumah sakit tujuan. Tahun lalu mayoritas ambulans yang ia kawal berisi pasien darurat dari luar kota menuju rumah sakit rujukan di Kota Bandung.

Sejak awal Juni 2021, Rajan tak lagi menunggu di gerbang keluar Tol Pasteur. Semakin banyak ambulans yang bisa dijumpainya di jalan protokol dalam kota. Selain itu, informasi permintaan tolong pengawalan ambulans juga semakin banyak masuk melalui ponsel Rajan. Informasi itu datang dari rekan sesama relawan, dari keluarga pasien, atau juga dari si sopir ambulans.

Rajan memberikan isyarat pada mobil rombongan keluarga jenazah Covid-19 di TPU Cikadut. Sejak tahun lalu ia bergabung dengan komunitas pengendara motor pengawal ambulans. (Foto: Boy Firmansyah Fadzri)
Rajan memberikan isyarat pada mobil rombongan keluarga jenazah Covid-19 di TPU Cikadut. Sejak tahun lalu ia bergabung dengan komunitas pengendara motor pengawal ambulans. (Foto: Boy Firmansyah Fadzri)

Kegiatan Berisiko

Menjadi pengawal mobil ambulans merupakan kegiatan berisiko. Salah satunya, ancaman kecelakaan di jalan raya. Di masa suram pandemi Covid-19, risiko menjadi berlipat karena adanya ancaman keterpaparan virus.

Najib Rajan pernah mengawal mobil ambulans hingga Kabupaten Cilacap. Dari Bandung, jarak tempuhnya lebih dari 500 kilometer untuk perjalanan pergi-pulang.  

Rajan melakukan tugasnya dengan sukarela. Sesekali ia menerima upah dari keluarga yang berduka atau keluarga pasien. Meski begitu, upah bukanlah tujuan utamanya melakoni peran berisiko ini.

Selain karena gemar motoran dan mengisi waktu luang, Rajan menjadi pengawal ambulans untuk mencari pengalaman. Berinteraksi dengan banyak orang menjadi cara baginya untuk bisa lebih memahami pengalaman hidup orang lain.

“Saya juga prihatin kalau liat ambulans yang terhambat karena dihalangi kendaraan lain,” katanya.

Rajan sangat menyadari tingginya risiko yang ia hadapi sebagai relawan pendamping pengawal ambulans. Ia mengkhawatirkan kalau orang tuanya, yang kian hari kian sepuh, akan terpapar covid-19. Itulah yang membuat Rajan berkomitmen untuk secara disiplin mematuhi protokol kesehatan selama bertugas.

“Saya suka kesel sama orang yang acuh prokes.  Saya khawatir karena orang tua di rumah sudah sepuh,” kata Rajan. “Kalau di luar, jangan lupa pakai masker!”

Editor: Redaksi

COMMENTS

//