• Berita
  • Penjelasaan Pakar Kesehatan tentang Kasus Positif setelah Vaksinasi Covid-19

Penjelasaan Pakar Kesehatan tentang Kasus Positif setelah Vaksinasi Covid-19

Para pakar kesehatan telah mengingatkan bahwa vaksin bukan jaminan kebal dari virus corona, vaksin untuk meringankan penyakit jika terpapar Covid-19.

Ruang isolasi di balai pendidikan tuna netra Kementerian Sosial di Wyata guna, Bandung, 7 Juli 2021. Indonesia sempat menempati urutan ke 3 negara dengan penambahan kasus harian Covid-19 tertinggi sebesar 31.189 orang per hari. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Bani Hakiki10 Juli 2021


BandungBergerak.idSeiring berjalannya program vaksinasi Covid-19, masyarakat mulai mempertanyakan efektivitas kerja vaksin dalam melindungi tubuh dari infeksi virus corona. Pertanyaan yang sering muncul terutama menyangkut sejauh mana kemampuan vaksin dalam membangun sistem kekebalan tubuh.

Ada juga masyarakat yang menganggap vaksinasi sebagai jaminan untuk terhindar dari infeksi Covid-19. Isu vaksinasi ini semakin ramai dibicarakan sejak ditemukannya kasus penularan pada orang-orang yang justru telah menjalani vaksinasi Covid-19.

Dito Triadi, seorang warga Panghegar, Kota Bandung, menuturkan ayahnya terpapar Covid-19 dua bulan pasca-imunisasi. Sang ayah saat ini tengah menjalani isolasi mandiri di rumah. “Awalnya ayah saya demam beberapa hari dan ketika tes dinyatakan positif. Jarak dari vaksin ke sakit ada sekitar dua bulan. Sekarang, udah isoman selama sebelas hari,” tuturnya kepada Bandungbergerak.id, Sabtu (10/7/2021).

Dito sendiri mengaku belum pernah dinyatakan positif Covid-19 lewat tes antigen maupun PCR selama pagebluk. Ia merasa cukup ketat dalam menjalani protokol kesehatan (prokes) selama beraktivitas di luar maupun di dalam rumah.

Sebelumnya, Dito telah menerima vaksinasi dosis pertama pada pertengahan Juni 2021 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) dan tidak pernah merasakan efek samping atau gejala pasca-imunisasi. Tanggal 14 Juli 2021 nanti, ia akan menjalani vaksinasi dosis tahap kedua.

Dito menuturkan, ayahnya, Bambang Budi (62), menjalani vaksinasi dosis pertama pada Maret dan dosis kedua pada April 2021. Usai menjalani vaksinasi, Bambang tidak banyak beraktivitas di luar rumah mengingat ia sudah pensiun dari pekerjaannya. Bahkan selama pagebluk, Bambang lebih banyak di rumah saja.

Bambang dinyatakan positif pada 29 Juni 2021 dan sejak itu mulai menjalani isoman. Tak lama berselang, istri Bambang, Tati Rizkiani (58), juga terpapar Covid-19. Pasangan suami-istri ini mengalami gejala ringan berupa batuk kecil dan flu. Kakak kedua Dito, Didit Prasetyo (29) yang belum pernah vaksin, juga ikut menjalani isoman karena dinyatakan positif tanpa gejala.

Ketiganya telah mendapat penanganan dari pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) setempat, meski terlambat mendapatkan obat selama sekitar hampir satu pekan.

Dito merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang tinggal satu atap. Ia dan kakak pertamanya, Diki Ardiansyah (31) yang telah divaksin dosis pertama, sampai saat ini berhasil lolos dari penularan Covid-19. Mereka aktif membatasi interaksi langsung dengan keluarganya yang sedang isoman.

“Saya kira saya yang bakal mudah kena soalnya kegiatan saya banyak di luar rumah. Yang saya lihat banyak orang yang bebas keluyuran seberes vaksin karena dikira udah imun mungkin, ternyata tetap bisa kena,” cerita Dito.

Ia berharap pemerintah bisa menggemborkan sosialisasi dan edukasi mengenai efek vaksin kepada masyarakat. Informasi yang tidak tersampaikan secara utuh dianggapnya dapat membuat masyarakat—termasuk mereka yang telah menjalani vaksinasi Covid-19—abai terhadap protokol kesehatan.

Baca Juga: Dampak Bencana Perubahan Iklim Diperkirakan Lebih Dahsyat dari Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Kasus Didominasi Kota dan Kabupaten Bandung, Cimahi dan KBB Belum Mutakhirkan Data Terbaru

Vaksinasi Mengurangi Risiko Keparahan, Bukan Membuat Kebal

Edukasi mengenai kinerja vaksin Covid-19 pernah disampaikan Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Hindra Irawan, yang menjelaskan bahwa imun pada tubuh manusia baru akan terbentuk setelah 28 hari dari vaksin dosis tahap kedua. Kecil kemungkinan imun langsung terbentuk pascavaksinasi dosis pertama.

Hindra menegaskan bahwa tubuh manusia justru rentan terkena virus corona selama sekitar dua pekan setelah vaksin. Hal ini disebabkan setiap individu butuh proses mencerna vaksin yang dialirkan di dalam tubuh mereka.

Perlu diketahui, vaksin Covid-19 yang dipakai di Indonesia saat ini adalah vaksin Sinovac yang terbuat dari virus corona yang dilemahkan. Sebelumnya, vaksin Sinovac menjalani uji klinis yang cukup panjang oleh peneliti dari Bio Farma dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad).

Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 juga telah mewanti-wanti bahwa sebagian orang yang menerima vaksin akan mengalami efek samping ringan berupa reaksi lokal kemerahan di bagian yang telah disuntik, lemas, nyeri, atau gatal. Kepada orang yang telah menjalani suntik vaksin, tim mengingatkan mereka agar tetap menjalankan protokol kesehatan ketat, mengingat masih tingginya kasus infeksi virus di Indonesia.

Kepala Observasi Vaksinasi Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Kecamatan Dayeuhkolot, Gama Claudiana menjelaskan bahwa tubuh yang telah menjalani vaksin tetap bisa menjadi carrier (pembawa virus). Ia menegaskan, vaksinasi tidak akan menghentikan potensi penularan, melainkan mengurangi tingkat keparahan atau bahkan lethality (risiko kematian) ketika tubuh terjangkit Covid-19.

“Ketika divaksin dampak baiknya tidak akan langsung terasa, tetap harus mengikuti prokes untuk mencegah penularan,” tutur Gama Claudiana, melalui sambungan telepon.  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//