Banyak Nakes Terpapar Covid-19, Dosis Vaksin akan Ditambah
Pagebluk berkepanjangan memengaruhi daya tahan tubuh, tak terkecuali bagi masyarakat yang telah menjalani vaksinasi. Protokol kesehatan perlu ekstra ketat.
Penulis Bani Hakiki12 Juli 2021
BandungBergerak.id - Pagebluk berkepanjangan membuat para tenaga kesehatan (naskes) yang telah divaksin Covid-19 pada gelombang pertama mengalami penurunan sistem pertahanan tubuh (imun). Sehingga tidak sedikit jumlah nakes yang terpapar Covid-19. Tim uji klinis pun kembali akan memberikan suntik vaksin kepada para nakes.
“Pandemi ini ‘kan sudah berangsur cukup lama ya. Dari hasil uji klinis, titer kekebalan atau titer antibody mengalami penurunan. Makanya, perlu tambahan (tahap vaksin) rencananya sampai dosis keempat,” tutur juru bicara Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac, Rodman Tarigan, kepada Bandungbergak.id melalui telepon, Minggu (11/7/2021).
Perlu diketahui, vaksin Sinovac diberikan dalam dua kali dosis penyuntikan (injeksi intramuscular). Jenis penyuntikkan pada jaringan otot besar ini mempermudah kinerja obat untuk menyebar dalam pembuluh darah, serta menghindari tusukan pada saraf. Dosis yang diberikan dalam satu tahap suntikkan rata-rata sebesar 0,5 cc.
Zat atau obat yang terkandung dalam vaksin akan bekerja dalam jaringan tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap virus. Tahapan dosisnya dilakukan secara berkala karena tubuh manusia membutuhkan proses adaptasi terhadap vaksin yang dibuat dari unit virus yang dilemahkan tersebut. Sebelumnya, vaksin telah melalui berbagai tahapan uji klinis, mulai dari percobaan terhadap reaksi organ pada hewan hingga mencapai tingkat efikasi atau kemanjuran yang ditentukan.
Rodman Tarigan menegaskan bahwa reaksi vaksin pada dosis tahap pertama tidak akan langsung bekerja membentuk imun. Reaksi efektifnya baru akan bekerja minimal sekitar 14 hari pascaimunisasi tahap kedua. Sementara itu, daya ketahanan atau jangka waktu manfaat vaksin Covid-19 masih dalam tahap penelitian.
Ia juga menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat yang belum teredukasi mengenai cara kerja vaksin, termasuk efek utama dan efek sampingnya. Disinformasi ini membuat banyak penyintas yang justru terpapar setelah vaksin karena tidak mejaga protokol kesehatan (prokes) dan merasa telah aman. “Banyak yang gak tahu, jadi banyak yang merasa bebas setelah vaksin. Begitulah yang terjadi di kita,” ujarnya.
Ada tiga tujuan sekaligus fungsi utama dalam proses imunisasi, di antaranya membuat masyakarat terhindar dari penyakit, menghilangkan penularan, dan herd immunity atau kekebalan kelompok. Artinya, vaksinasi dilakukan bukan untuk kepentingan individu, melainkan kepentingan kelompok besar di suatu lingkungan masyarakat.
Saat mencapai herd immunity, setiap individu yang telah divaksin bisa melindungi individu lainnya yang belum tervaksin. Untuk mencapai herd immunity minimal perlu 70-80 persen penduduk di suatu daerah tervaksin.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan paham mengenai efek samping biasanya muncul setelah proses injeksi dilakukan. Paling umum yang muncul adalah efek lokal, seperti gatal, ruam, dan perih ringan di bagian tubuh yang disuntik. Ada pula efek sistemik, mulai dari rasa pegal pada tubuh, timbulnya demam, hingga muntah. Namun, efek ini tergantung kepada individu masing-masing dan tidak semua orang akan mengalami gejala tersebut.
Baca Juga: Data Ketersediaan Tempat Tidur Covid-19 di Rumah Sakit Kota Bandung per 11 Juli 2021
Pungli di TPU Cikadut, Kenapa Berulang?
Rodman juga mengimbau masyarakat untuk tidak lengah menjalankan protokol kesehatan, bahkan setelah menjalani vaksin. Ia menuturkan disinformasi mengenai tahapan vaksinasi yang seringkali jadi buah bibir di masyarakat sangatlah berbahaya. Keabaian yang muncul setelah vaksin justru memberi jalan lebar bagi penularan virus infeksius itu sendiri.
“Yang sudah mendapat panggilan vaksin segera lakukan karena mengurangi risiko kematian. (Setelahnya) jangan berpergian atau berkerumun dan tetap menjalankan prokes,” tegasnya.
Sebelumnya, para nakes di Indonesia menjalani suntik vaksin Sinovac sejak gelombang pertama 14 Januari 2021. Dalam perkembangan selanjutnya seiring meledaknya kasus-kasus Covid-19 di rumah sakit antara Juni-Juli 2021, para nakes berjatuhan terpapar Covid-19.
Hingga 1 Juli 2021, sekitar 240 tenaga kesehatan di Kota Bandung terkonfirmasi positif Covid-19. Para nakes yang terpapar terurama yang bertugas di rumah sakit pusat rujukan Covid-19. Misalnya, hingga 3 Juli 2021, terdapat 50 hingga 60 tenaga kesehatan di RSKIA terpapar Covid-19.
Hal serupa juga terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung di mana jumlah nakes terpapar mencapai 200 orang pada Juni-Juli. Sebagian nakes menjalani rawat inap, dan yang lainnya isolasi mandiri.