• Nusantara
  • Catatan Setengah Jalan PPKM Darurat: Pergerakan Masyarakat di Jawa Barat masih Tinggi

Catatan Setengah Jalan PPKM Darurat: Pergerakan Masyarakat di Jawa Barat masih Tinggi

Jika dilihat per provinsi ternyata penurunan mobilitas sangat bervariasi. Penurunan mobilitas di luar rumah paling siginifikan terjadi di Jawa Timur.

Antrean pembeli obat di Apotek Kosambi, Bandung, 28 Juni 2021. Meningkatnya kasus Covid-19 membuat kebutuhan obat pun meningkat. Prima Mulia

Penulis Iman Herdiana16 Juli 2021


BandungBergerak.idPergerakan masyarakat Jawa Barat di luar rumah masih tinggi walau sudah sepekan diberlakukan PPKM Darurat. Temuan itu hasil riset yang dilakukan For Policy Development, Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (DMKP) Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) berjudul ‘Catatan Setengah Jalan PPKM Darurat’.

Cahyani Widi, salah seorang peneliti UGM, mengatakan secara umum PPKM Darurat Jawa Bali pada pekan pertama memang menunjukkan penurunan mobilitas masyarakat di luar rumah. Perlu diketahui, PPKM Darurat dimulai 2 Juli dan akan berlangsung sampai 20 Juli mendatang. PPKM Darurat dilakukan untuk mengerem laju penularan Covid-19 yang akhir-akhit ini memuncak.

Tetapi jika dilihat per provinsi ternyata penurunan tersebut sangat bervariasi, kata Widi. Penurunan mobilitas di luar rumah paling siginifikan terjadi di Jawa Timur. Dari sebelum PPKM Darurat dan setelah PPKM Darurat sepekan terakhir, penurunan mobilitas warga Jawa Timur meningkat hingga 2,71 persen.

Namun penurunan aktivitas masyarakat di area rumah di Jawa Barat hanya kurang dari 1 persen. “PPKM Darurat berjalan kurang efektif di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten,” kata Cahya Widi, dalam jumpa pers daring, Kamis (16/7/2021).

“Artinya data ini mengindikasikan banyak masyarakat Jateng, Jabar, dan Banten yang beraktivitas di luar rumah dibandingkan Jatim,” lanjutnya.

Riset tersebut menggunakan big data yang bersumber dari google mobility, google trend, serta dari machine learning: similarweb.

PPKM Darurat secara umum juga terlihat menurunkan aktivitas masyarakat di tempat kerja. Tetapi jika fokus pada masing-masing provinsi, ternyata tidak semua provinsi mengalami penurunan aktivitas di tempat kerja, sebagaimana halnya yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Aktivitas masyarakat Jawa Tengah di tempat kerja justru mengalami peningkatan sebesar 0,57 persen.

Di Yogyakarta, penurunan mobilitas masyarakat di area retail dan rekreasi memang cukup signifikan. Namun, mobilitas masyarakat di area taman justru mengalami peningkatan. Peningkatan mobilitas masyarakat di area taman ini diketahui terjadi juga di wilayah DKI Jakarta. 

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Belum Terlihat Tanda Penurunan Jumlah Kasus
Bansos PPKM Darurat Kota Bandung Harus Tepat Sasaran

Perilaku Masyarakat dalam Mengakses Transportasi

Tim peneliti UGM kemudian menganalisa indeks transportasi publik Jawa Bali yang memang terjadi penurunan saat PPKM Darurat, yakni 18,6 persen. Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat mencari informasi transportasi publik agak berkurang setelah diberlakukan PPKM Darurat. Ini diduga karena ketatnya sejumlah persyaratan perjalanan ke luar kota.

Trafik penerbangan juga turun 7,78 persen, walaupun pada beberapa hari setelah diberlakukan PPKM Darurat terjadi tren kenaikan.

Pada moda transportasi kereta api, antusiasme masyarakat terlihat menurun. Kereta api dinilai mensyaratkan dokumen perjalanan yang detil, seperti hasil tes PCR, dan lain-lain. Masalah muncul di sarana transportasi bus.

“Setelah PPKM Darurat (berlaku) antusiasme masyarakat megejar informasi bus meningkat. Artinya atensi masyarakat untuk menggunakan transportasi publik masih ada walau PPKM Darurat sudah diberlakukan. Pada moda bus justru meningkat,” papar Widi.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//