• Berita
  • Warga Kebingungan dengan Pendataan Vaksinasi Covid-19

Warga Kebingungan dengan Pendataan Vaksinasi Covid-19

Vaksinasi Covid-19 yang melibatkan massa besar membutuhkan pasokan vaksin yang jelas. Selain itu, pendataan peserta vaksinasi tak bisa dianggap remeh.

Siswi SMP disuntik dosis 1 vaksin Covid-19 di aula SMPN 2 Bandung, 14 Juli 2021. Sebanyak 2.000 dosis vaksin Covid-19 diberikan pada pelajar SMP, SMA atau sederajat guna mempercepat target kekebalan komunal di Indonesia. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Bani Hakiki17 Juli 2021


BandungBergerak.idPemerintah melalui kanal resminya getol mengkampanyekan percepatan vaksinasi Covid-19. Begitu juga dengan pemerintah di daerah. Kenyataan di lapangan lain lagi. Pendataan vaksinasi dianggap membingungkan.

Mono, seorang peserta vaksin di bilangan Bandung timur mengaku mendapat permasalahan terkait data pribadinya. Namanya terancam tidak bisa menjalani vaksinasi dosis kedua.

“Kalau menurut aturan Kemenkes seharusnya setiap warga punya hak dapat vaksin dua kali. Untuk (segi) kesehatan, percuma kalau saya cuma bisa vaksin sekali,” tanggapnya ketika dihubungi melalui telepon pada Sabtu (17/7/2021) siang.

Mono menunjukkan serangkaian bukti surat dan pesan singkat dari petugas klinik yang melakukan vaksinasi. Dalam surat panggilan klinik tersebut, ia dinyatakan baru akan menjalani vaksinasi dosis tahap pertama.

Kasus ini berawal ketika Mono menyambangi Klinik Utama Medika Antapani pada Jumat (16/7/2021) lalu. Kedatanganya hari itu memenuhi panggilan vaksinasi dosis pertama sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ia mendapatkan kabar ini lewat aplikasi pesan singkat melalui nomor pribadinya setelah mendaftar dari jauh-jauh hari sebelum pemanggilan.

Ia dijadwalkan mendapat suntikan pukul 13.30-13.45 WIB. Saat sedang menunggu giliran, salah seorang petugas klinik menghampirinya dan mempertanyakan keikutsertaannya siang itu. Data petugas setempat menunjukkan bahwa peserta atas nama dan nomor induk kependudukan (NIK) milik Mono telah terdaftar pernah menjalani dosis tahap pertama vaksinasi.

Mono dengan tegas meyakinkan pihak petugas bahwa dirinya belum pernah divaksin. Setelah menunggu beberapa lama, ia dipersilakan menjalani penyuntikan vaksin. Namun, pihak petugas mengimbaunya untuk melakukan verifikasi dan segera menuntaskan kendala yang ditemuinya.

“Saya belum daftar di mana pun sebelumnya, ini baru pertama kali, ini bahaya. Kalau udah terdaftar dua kali, bisa jadi saya nanti gak bisa vaksin yang kedua,” tuturnya.

Sesuai menjalani imunisasi, Mono segera memeriksa data pribadinya melalui situs pedulilindungi.id yang menyediakan daftar masyarakat yang sudah divaksin. Nama lengkap beserta NIK ia cantumkan pada mesin pencari yang tersedia di situs. Hasilnya, atas nama Mono disebutkan telah menjalani vaksinasi dosis pertama di Rumah Sakit Al-Islam, Bandung.

Padahal selama ini ia belum pernah disuntik vaksin di Rumah Sakit Al-Islam. Mono pun berusaha melakukan klarifikasi dengan phak-pihak berwenang. Mono menghubungi Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) dan Dinkes Kota Bandung untuk melaporkan masalahnya. Namun, hingga kini laporan tersebut belum mendapat tanggapan.

Baca Juga: Mengenali Gejala Kekurangan Oksigen pada Pasien Covid-19
Bergelut Maut di TPU Cikadut

Komunikasi Lambat

Mono bukan satu-satunnya peserta yang menemukan kendala terkait pendataan vaksinasi Covid-19. Dylan Geraldie, seorang peserta imunisasi lainnya juga mengaku menemui kendala serupa.

Dylan tidak pernah dipanggil setelah mendaftarkan diri di pedulilindungi.id pada pertengahan Juni 2021. Justru seorang kawannya, Rio Nur Robi, lebih dulu mendapat panggilan vaksinasi di gor Futsal Dash, Sindanglaya setelah mendaftar kurang dari satu pekan sejak 4 Juli 2021.

“Waktu itu, saya liat pembukaan pendaftarannya lewat flyer di medsos, saya juga ikut ngabarin ke teman-teman. Tapi, saya gak pernah dipanggil. Seenggaknya sih diberi kabar tapi gak pernah ada juga,” tuturnya ketika dihubungi melalui telepon.

Tak ingin menunggu lebih lama, Dylan bergegas mendaftar vaksinasi di tempat lain dan berhasil menerima suntik vaksin.

Ada pula kabar peserta vaksinasi lainnya yang mengeluhkan soal ketidakjelasan komunikasi dari pihak penyelenggara. Dito Rachman, warga Panghegar, telah menjalani vaksin dosis pertama dan berniat menjalani dosis keduanya.

Ia mengikuti program vaksinasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) Kementerian Kesehatan. Tepat setelah menjalani vaksinasi pertamanya di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), ia langsung diberi arahan untuk menjalani vaksin Covid-19 dosis kedua pada 15 Juli 2021 di lokasi yang berbeda.

Pada hari yang ditentukan, ia mendatangi lokasi sesuai petunjuk di Pos Vaksin Kodam III Siliwangi. Namun, di sana namanya dinyatakan tidak terdaftar. Dito lantas mendaftarkan ulang namanya di tempat tersebut.

Ditu bingung dengan alur pendaftaran vaksinasi. Padahal sudah jelas ia membawa surat vaksin Covid-19 pertama.

"Katanya ada perubahan jadwal dadakan, waktunya ganti, tempatnya ganti, tapi gak ada info,” paparnya ketika dihubungi melalui telepon sambil menyertakan bukti suratnya via aplikasi pesan singkat.

Nama Dito pun akhirnya terdaftar kembali di program yang sama pada waktu dan tempat yang berbeda. Ia baru menjalani vaksinasi dosis tahap kedua pada Jumat (16/7/2021) di Sport Jabar Arcamanik.

Antara Percaya Diri dan Jumlah Vaksin Terbatas

Pemkot Bandung sebenarnya pede mencapai kekebalan komunal (herd immunity) dengan vaksinasi Covid-19, asalkan dipasok ketersediaan vaksin. Wakil Walikota Bandung Yana Mulyana mengklaim pihaknya telah memiliki 1.000 tenaga vaksinator tersertifikasi yang sanggup melakukan imunisasi 50.000 warga per hari.

Dalam waktu dua bulan, kata Yana Mulyana, tenaga vaksinator tersebut akan sanggup mencapai target sasaran. Namun hingga 9 Juli 2021, capaian vaksinasi Covid-19 Kota Bandung baru 600 ribu orang untuk dosis pertama, dan 330 ribu orang untuk dosis kedua. Sedangkan target vaksinasi Kota Bandung sebanyak 2 juta dari jumlah penduduk 2,5 juta.

Dengan kata lain, saat ini Bandung membutuhkan sedikitnya 3,1 juta dosis vaksin untuk menjangkau target kekebalan kelompok. Di samping itu, pendataan sasaran vaksinasi pun menjadi PR yang dihadapi Pemkot Bandung.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//