• Berita
  • Persediaan Oksigen Medis di Bandung belum Aman

Persediaan Oksigen Medis di Bandung belum Aman

Kesulitan mencari isi ulang oksigen medis telah lama merembet ke luar rumah sakit, ke pasien-pasien isolasi mandiri yang tak kebagian ruangan rawat inap.

Tabung oksigen di agen Arcamanik, Kota Bandung, senin (05/07/2021). Akibat melonjaknya kasus Covid-19 di Kota Bandung, permintaan pengisian ulang tabung oksigen untuk kebutuhan medis rumahan dan rumah sakit mengalami peningkatan. (Foto: Acep Maulana)

Penulis Bani Hakiki21 Juli 2021


BandungBergerak.idPara tenaga kesehatan di fasilitas-fasilitas kesehatan hingga kini masih berjibaku dengan beban yang melebihi kapasitas mereka. Ledakan jumlah pasien masih terjadi di fasilitas-fasilitas kesehatan, yang berisiko terjadinya infeksi pada para nakes sendiri, ditambah ketersediaan oksigen medis yang masih menghantui.

Krisis oksigen medis juga melanda Kota Bandung, Ibukota Provinsi Jawa Barat. Kesulitan mencari isi ulang oksigen medis telah lama merembet ke luar rumah sakit, ke pasien-pasien isolasi mandiri yang tak kebagian ruangan rawat inap.

Hingga Selasa (20/7/2021), terdapat 119.000 kasus positif aktif di Jawa Barat, sebanyak 80 ribu di antaranyanya melakukan isolasi mandiri di rumah pribadi maupun di tempat-tempat isoman darurat yang disediakan aparat kewilayahan.

Oksigen medis terutama diperlukan pasien rumah sakit maupun pasien isoman dengan gejala sesak napas akibat infeksi virus corona. Sulitnya mencari oksigen medis dialami anggota Divisi Riset dan Kampanye Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung, Heri Pramono.

Hingga hingga Selasa (20/7/2021) siang, Heri masih belum berhasil mendapatkan oksigen medis untuk anggota LBH Bandung dan keluarga yang sedang melakukan isoman. Heri juga menemukan masalah serupa di masyarakat karena ia juga sedang melakukan pendataan terhadap warga yang melakukan isoman dan mengeluh sulitnya mengakses persediaan oksigen medis dengan peralatannya.

“Saya udah keliling mencari (oksigen medis) di agen, stok semuanya habis. Regulatornya juga gak ada yang nyediain, habis di mana-mana,” tutur Heri Pramono.

Sebelumnya, kabar memilukan datang dari Rumah Sakit Immanuel, Bandung, yang mengumumkan persediaan oksigen medisnya terancam habis dalam waktu 2-3 jam, Senin (19/7/2021). Rumah sakit ini meminta bantuan kepada pihak vendor melalui Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi.

Dalam surat tersebut juga disampaikan bahwa sejumlah rumah sakit menghadapi kendala serupa. Pengumuman ini sempat viral di media sosial dan mendapat beragam tanggapan dari warganet.

Pengumuman yang disampaikan Rumah Sakit Immanuel menegaskan bahwa salah satu rumah sakit besar di Bandung tersebut sedang dalam kondisi sangat terdesak oleh kebutuhan oksigen medis.

Setelah viral, selanjutnya bantuan mulai berdatangan. Dalam surat resmi berikutnya, Selasa (20/7/2021), Rumah Sakit Immanuel menyatakan bahwa rumah sakit yang berdiri di Kopo, Bandung, itu telah mendapatkan oksigen medis yang dibutuhkan.

“Saat ini bantuan oksigen sudah kami terima dari berbagai pihak,” demikian surat yang ditandatangani Direktur Utama Rumah Sakit Immanuel Ruly Sjambali.

Disebutkan pula pihak-pihak yang telah memberikan bantuan oksigen medis kepada Rumah Sakit Immanuel, antara lain, Staf Wakil Presiden RI, Kementerian Kesehatan, Kementerian Koordiantor Bidang Kemaritiman dan Investasi, Gubernur Jawa Barat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kota, dan banyak lagi.

Untuk jangka pendek, kekurangan oksigen medis di Rumah Sakit Immanuel sudah bisa teratasi dengan bantuan dari berbagai pihak. Namun melihat tren lonjakan pasien Covid-19 yang masih terjadi saat ini, kebutuhan oksigen medis diperkirakan masih akan terus meningkat, sehingga dibutuhkan strategi jangka panjang dalam memenuhi oksigen medis baik untuk rumah sakit maupun untuk pasien-pasien isoman.

Baca Juga: Pemkot Janjikan Relaksasi bila PPKM Darurat Diperpanjang
Wali Kota Bandung Kirim Surat Penolakan Warga terhadap Perpanjangan PPKM Darurat

Karena Pasien Melonjak 

Kepala Dinkes Kota Bandung Ahyani Raksanegara mengatakan, tingginya kebutuhan oksigen medis akhir-akhir ini karena terjadinya lonjakan pasien Covid-19. “Banyak faktor, pasien (Covid-19) meningkat, kasus yang memerlukan oksigen meningkat,” kata Ahyani, melalui keterangan tertulisnya, Selasa (20/7/2021).

Untuk mengatasi krisis oksigen medis di Kota Bandung, Dinas Kesehatan terus bekerja sama dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin), dan rumah sakit rujukan dalam kesatuan kelompok kerja (pokja).

Pihak Dinkes bertugas mendata pasien Covid-19 yang membutuhkan terapi oksigen medis. Sementara Disdagin memastikan segala hal yang berkaitan dengan proses produksi hingga distribusi pasokan yang tersedia. Sedangkan rumah sakit melakukan perencanaan dan penggunaan oksigen medis.

Data Oksigen Medis Kota Bandung

Di Kota Bandung terdapat 29 rumah sakit rujukan Covid-19 dengan 2.266 tempat tidur. Sebelumnya, Pemkot Bandung sempat menyatakan pasokan oksigen medis aman. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung (Disdagin), Elly Wasliah, mengatakan produksi oksigen di Kota Bandung mencapai 22.800-25.800 meter kubik per hari.

Jumlah agen oksigen medis Kota Bandung ada 28 agen oksigen untuk melayani warga membutuhkan. Selain itu, terdapat 3 perusahaan yang akan memberikan pasokan ke Kota Bandung. Ketiganya yaitu PT samator Cibitung Bekasi, PT linde Cilegon Banten dan PT Iwatani Industrial Gas Indonesia Karawang.

Sedangkan filing station oxygen di Kota Bandung ada 5 unit, yaitu PT Aneka Gas Industri (AGI) yang memproduksi 7.000-8.000 meter kubik setara 1.100 tabung medis yang isinya 6 meter kubik; PT Samator Gas Industri (SGI) jalan rumah sakit, PT Sari Angin, Jalan Sudirman mampu memproduksi 4.000-5.000 meter kubik; PT Trijaya Gesesindo, memproduksi 2.400 meter kubik dan PT Sarana Prima Gasindo, memproduksi 2.400 meter kubik.

"Total produksi 22.800-25.800 meter kubik per hari yang ada di Bandung. Sesuai arahan wali kota, filing station oxygen fokus ke rumah sakit dan puskesmas," tutur Elly, dalam siaran pers 8 Juli 2021.

Angka dari Disdaging itu sebenarnya bisa menjadi dasar kebijakan strategis untuk mengantisipasi defisit oksigen medis di Kota Bandung, untuk mengantisipasi kekurangan oksigen di rumah sakit maupun di masyarakat dalam jangka panjang. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//