• Foto
  • Jenama Sampah Plastik di Sungai Cikapundung

Jenama Sampah Plastik di Sungai Cikapundung

Sejumlah organisasi lingkungan melakukan audit jenama alias merek yang tertera pada sampah plastik yang mencemari Sungai Cikapundung. Produsen harus tanggung jawab.

Fotografer Prima Mulia2 Desember 2023

BandungBergerak.idPuluhan aktivis dan pemerhati lingkungan hidup (Greenpeace, YBBG, AZWI, Komunitas Cikacika) dibantu juga beberapa petugas dari dinas terkait, berkutat membersihkan sampah plastik di sela-sela bebatuan aliran Sungai Cikapundung, Kota Bandung, 26 November 2023. Kerja bakti mereka berlokasi di lembah Kampung Cikalapa, Dago Pojok, Kecamatan Coblong, persis di bawah instalasi penampungan air baku PDAM dan rumah pemutar turbin PLTA Dago yang telah beroperasi sejak tahun 1923.

Mereka berkonsentrasi pada sampah plastik sekali pakai, seperti bungkus mi instan, kue kering, sampo, sabun mandi, sabun cuci, beragam merk kopi instan, dan masih banyak produk lainnya.

"Tolong ya kalau ada yang menemukan bungkus sabun merek (menyebutkan salah satu jenama sabun terkenal dari luar negeri) tolong di buat video dan fotonya dulu," kata Deby Natalia dari Greenpeace Indonesia.

Para aktivis lingkungan tersebut mengumpulkan semua sampah ke dalam karung. Setelah terkumpul satu karung mereka menariknya ke dataran yang lebih tinggi. Beberapa jam kemudian semua sampah telah diangkat ke pinggir sungai, lalu dikeluarkan dari karung, didata satu per satu. Semua didata mulai dari isi kemasan, merek, pabrik pembuat, dan ukuran. Proses pendataan ini disebut brand audit.

Hari itu total kemasan yang diaudit berjumlah 787 kemasan, terdiri dari 120 kemasan produk dari Wings, 107 kemasan produk dari Unilever, 94 kemasan produk dari Indofood, 80 kemasan dari Santos Jaya Abadi, 56 kemasan dari Mayora, dan 25 kemasan dari Garuda Food.

"Aksi  Greenpace ini bagian dari river clean up tapi nggak sekadar clean up aja. Kalau clean up biasa saja kan cuma angkat sampah dari sungai tanpa tahu isinya apa. Kita clean up sampai berkilo-kilo tapi nggak tahu isinya apa. Nah kita mengangkat sampah dari sungai lalu kita bersihkan kumpulkan, mereknya apa, produsennya siapa, kemasannya apa, jenis plastiknya apa, jumlahnya berapa," jelas Ibar Akbar (29 tahun), Project Leader Plastic Campaign Greenpeace Indonesia.

Dengan begitu, lanjut Ibar, pihaknya jadi kita tahu jumlah dari 1 ton sampah plastik berisi jenis dan merek apa saja, mulai dari sampo merek A merek B, dan seterusnya.

Clean up tapi juga ada kampanye bahwa dengan melihat merek yang mengotori sungai pantai, dengan brand audit kita bisa tahu merek A merek B merek-merek perusahaan manufaktur yang mendominasi dalam pencemaran sungai atau pantai,” urainya.

Selain di Sungai Cikapundung, aksi serupa juga dilakukan di pantai Tirang di Semarang, Jawa Tengah. Setelah di Bandung aksi ini akan dilaksanakan di Jakarta. Hasilnya kemasan sekali pakai berupa sachet, kemasan produk kebutuhan rumah tangga dan personal care seperti sampo atau sabun yang mendominasi.

Brand audit ini sebagai gerakan global sejak 5 tahun lalu. Kemasan plastik sachet jadi perhatian khusus di Indonesia, India, Filipina. Top 3 di Indonesia itu itu saja, kemasan plastik buatan Unilever, Mayora, Indofood, yang paling banyak mencemari sungai dan pantai. Brand audit ini jadi salah satu cara untuk menekan produsen menuju penghapusan sachet ukuran 50 ml atau 50 gram. 

"Tapi harapannya nggak yang 50 ml saja, tapi (ukuran) di atas itu juga. Selama itu sachet sekali pakai harus dihapus, ini karena ada Permen LHK nomor 75, waktunya sudah mepet, nyampe nggak mereka untuk mengimplementasikan Permen itu," kata Ibar lagi.

Kementerian Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Peraturan Menteri LHK nomor 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Jadi setiap produsen wajib membuat peta jalan pengurangan sampah dari 2020 hingga 2029.

Sampai akhir tahun 2023, baru ada sekitar 40-an produsen yang telah menyampaikan peta jalan pengurangan sampahnya ke KLHK, dari 5.000 manufaktur. Baru delapan perusahaan sudah mulai piloting atau implementasi.

Dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2022, brand audit dilaksanakan di 87 negara dengan total sampah yang didata berjumlah 2.124.414 kemasan plastik. Top 10 produsen pencemar adalah Coca Cola, Pepsi, Nestle, Unilever, Mondelez International, Mars Inc, Procter & Gamble, Phillip Morris International, Danone, dan Fererro Group.

Aksi brand audit dan kampanye darurat sampah plastik ini idealnya bisa menekan produsen untuk menghentikan penggunaan plastik kemasan sekali pakai, atau paling tidak bisa mendesain ulang kemasan sekali pakai jadi kemasan yang bisa dipakai untuk isi ulang atau guna pakai.

Ini sejalan dengan kampanye break free from plastic yang meminta pertanggungjawaban produsen untuk mengelola kembali sampah kemasan yang mereka hasilkan sebagai bagian dari komitmen produsen atas pengolahan atau pembuangan produk pascakonsumen serta mendorong produsen untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

*Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//