• Foto
  • Lindu Malam Tahun Baru

Lindu Malam Tahun Baru

Malam tahun baru Sumedang diguncang lindu. Kekuatan gempa relatif kecil tapi daya rusaknya dahsyat. Bangunan tahan gempa mendesak diperlukan.

Fotografer Prima Mulia6 Januari 2024

BandungBergerak.idJarum infus menembus lengan bayi dan balita yang berlindung di bawah naungan tenda darurat. Gempa bumi mengguncang Sumedang sejak malam tahun baru, Minggu, 31 Desember 2023 hingga Senin dini hari, 1 Januari 2024. Lebih dari 300 pasien dievakuasi RSUD Sumedang ke tenda darurat di halaman dan jalan raya, termasuk bayi-bayi dan balita.

Di tenda lain, jajaran tempat tidur dan selang-selang infus berderet panjang, perawat mondar mandir memeriksa untuk memastikan para pasien sudah tertangani dengan benar. Prosedur evakuasi sudah dilakukan dengan baik oleh pihak rumah sakit dan BPBD setempat.

"Pasien yang dirawat semua pindahan dari dalam rumah sakit. Saya di bagian rawat inap pasien dewasa, tidak ada warga korban gempa yang masuk ke bagian sini, entah kalau di tenda bagian IGD. Tapi informasi yang saya dengar ada 3 atau empat orang warga luka akibat gempa yang dibawa ke sini, kebanyakan luka ringan saja," kata salah seorang staf perawat RSUD Sumedang yang enggan disebut namanya.

Berdasarkan data dari BMKG, goncangan terbesar terjadi saat gempa susulan ke tiga pada pukul 20.34.24 WIB, lokasi pusat gempa berada di darat pada koordinat 107,94 BT dan 6,85 LS, berjarak sekitar 1,5 km timur Sumedang kota dengan magnitudo 4,8 pada kedalaman 5 Km. Di hari yang sama, Stasiun BMKG mencatat gempa bumi pada pukul 14.35.34 WIB dengan magnitudo 4,1, dan pukul 15.38.10 WIB dengan magnitudo 3,4.

Keesokan harinya, Senin 1 Januari 2024, suasana kota di Sumedang berlangsung normal seperti biasa, kecuali di sekitar RSUD Sumedang dan RS Pakuwon yang masih terlihat sibuk karena rawat inap pasien masih berlangsung di tenda darurat.

Saya berkendara menuju ke Kelurahan Kota Kaler karena menurut informasi di sana ada tenda pengungsian yang dihuni cukup banyak warga pascalindu mengguncang. Pos pengungsian itu ada di Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara.

Tidak terlihat seperti daerah yang habis terkena gempa karena sebagian besar rumah hanya mengalami kerusakan ringan seperti genting melorot dan pecah, plafon rontok, dan dinding retak. Beberapa rumah ada yang rusak sedang.

Warga beraktivitas seperti biasa, namun semua teras rumah dilengkapi dengan perlengkapan tidur dan perkakas lainnya. Riuh para ibu berbincang pengalaman mereka saat terjadi gempa. Gempa di malam pergantian tahun itu sangat membekas di benak warga.

"Belum berani tidur di rumah, saya sama anak-anak dan ibu saya tidur di tenda pengungsian," kata Rani Nurjanah (36 tahun).

Apa yang dirasakan Rani mewakili 264 warga lainnya yang sama-sama menempati tenda pengungsian. BPBD mencatat setidaknya 69 unit rumah terdampak gempa, 82 KK atau 264 jiwa memilih tinggal di tenda pengungsian karena masih khawatir gempa susulan. Saya tak melihat ada rambu-rambu evakuasi bencana di kampung ini.

Rabu, 3 Januari 2024, saya menuju Kampung Cipameungpeuk, Kecamatan Sumedang Selatan, yang katanya ada rumah-rumah roboh. Kampung ini berada di lembah, ada sungai mengalir membelah permukiman. Beberapa warga tengah berbincang di pinggir kolam ikan yang terawat dan bersih. Tak terlihat dampak gempa. Menurut warga ada satu rumah roboh berada di ujung kampung dekat kolam ikan dan sawah. Beberapa rumah lainnya rusak-rusak ringan. Tak ada rambu evakuasi bencana di sana.

Lanjut ke Kelurahan Kota Kaler, di sana Kementerian Sosial sudah mendirikan empat tenda pengungsian. Lokasinya di pinggir jalan raya, menempati area lapang pacuan kuda Pangeran Kornel. Tenda berwarna putih merah itu sangat mencolok dengan latar hamparan sawah menghijau.

Beberapa petugas sedang memasang instalasi panel listrik surya untuk kebutuhan para pengungsi. Di satu tenda anak-anak asyik mengikuti trauma healing dengan mendengar dongeng, bernyanyi, dan bagi-bagi hadiah. Di tenda lain kaum perempuan sibuk memeriksa data warga yang akan masuk tenda pengungsian. Di pondok pinggir sawah milik Kelompok Tani Pacuan Kuda, kaum perempuan dan relawan tak kalah sibuk mengolah bahan makanan. Pondok ini dijadikan dapur umum.

Selintas teringat saat meliput gempa Cianjur, dengan kekuatan magnitudo 5,6. Gempa dangkal yang mengguncang Cianjur itu meratakan puluhan ribu rumah dan bangunan. Seperti berdiri di tengah desa yang habis di bom, semua bangunan roboh dan rata dengan tanah.

Dari analisis geologi kejadian gempa bumi di Sumedang, PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM di Bandung merilis beberapa rekomendasi, yaitu bangunan di Kabupaten Sumedang harus dibangun dengan konstruksi tahan gempa bumi guna menghindari resiko kerusakan dan pembuatan jalur-jalur dan tempat evakuasi.

Sumedang tergolong rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi gempa bumi. Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan atau collateral damage seperti retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi.

Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas BPBD setempat, dan jangan terpancing isu yang tidak bertanggung jawab. Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman sesuai arahan petugas BPD setempat.

Mitigasi jadi salah satu pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi. Belajar dari pengalaman dan respons warga saat gempa bumi malam tahun baru kemarin. Warga berhamburan keluar rumah dan secara naluri mereka berkumpul di area terbuka. Mereka benar-benar ketakutan dengan kepala pening karena guncangan bumi.

Sampai hari ke tiga pascagempa bumi, warga masih merasa aman berkumpul di teras rumah masing-masing, saat malam menginap di tenda pengungsian. Seperti Dedi Supriadi (63 tahun) yang siang itu tengah bersantai dengan beberapa tetangga.

"Ada yang memilih tidur di teras rumah atau halaman rumah, banyak juga yang bermalam di tenda pengungsian, besoknya kembali lagi ke rumah masing-masing dan berkegiatan seperti biasa. Jadi ada yang masih trauma, ada juga yang terpaksa ngungsi sementara karena atap atau genting rumahnya belum diperbaiki," kata Dedi.

Dedi mengungsi ke tenda darurat yang baru didirikan bersama anak-anaknya. Pagi dan siang mereka biasa kembali ke rumah, mulai sore ke malam kembali ke tenda.

Ketakutan juga masih terpancar di wajah Ilah (47 tahun). Ia masih merasa ngeri membayangkan kejadian pada malam tahun.

“Lebih aman di sini dengan warga lain, suami saya dan kaum laki-laki lainnya tidur di teras rumah atau di tenda kecil kalau malam, sambil jaga kampung juga," kata Ilah yang mengungsi dan tidur di tenda bersama dua anaknya saat malam hari.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa gempa bumi Sumedang. Beberapa orang mengalami luka ringan. Jumlah rumah yang rusak akibat gempa lebih dari 1.000 unit, mayoritas rusak ringan. Yang harus ditekankan adalah edukasi bagi masyarakat agar mampu beradaptasi dengan kondisi alam dan potensi bencana di lingkungan mereka. Bukan hanya di Sumedang, tapi juga bagi masyarakat kota-kota lain di Jawa Barat.

Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Sumedang dan warga masyarakat meningkatan upaya mitigasi bencana, mulai dari membangun konstruksi tahan gempa pada bangunan, membuat rambu jalur-jalur evakuasi yang sifatnya struktural sampai yang nonstruktural seperti meningkatkan kapasitas masyarakat dan stakeholders dalam menghadapi bencana gempa bumi.

Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//