Epos untuk Dago Elos
Perjuangan warga Dago Elos melawan penggusuran oleh keluarga Muller kerap menemukan aral melintang, antara lain tragedi 14 Agustus setahun lalu.
Perjuangan warga Dago Elos melawan penggusuran oleh keluarga Muller kerap menemukan aral melintang, antara lain tragedi 14 Agustus setahun lalu.
BandungBergerak.id - Satu tahun lalu, 14 Agustus 2023, bangunan di Kampung Dago Elos dan sekitarnya menjadi saksi bisu perjuangan warga mendapatkan tanah yang justru dijawab tindakan represif aparat kepolisian. Kampung kota di Bandung utara ini diserbu, gas air mata meledak, pintu-pintu didobrak.
Perjuangan rakyat Dago Elos dilakukan untuk mempertahankan hak-hak mereka atas tanah yang terancam direbut keluarga Muller. Sejak 2016 warga Dago Elos memperjuangkan tanah yang sudah mereka tempati berpuluh-puluh tahun.
Tragedi 14 Agustus menjadi ironi karena warga negara yang mestinya menikmati kemerdekaan termasuk mendapatkan hak-hak hidup dengan tinggal di tanah air sendiri, justru mendapat perlakuan tidak adil.
Di saat yang sama, mereka sedang melawan penggusuran oleh keluarga Muller yang mengklaim tanah Dago Elos berdasarkan bukti kepemilikan tanah di zaman kolonial yang sejatinya tak berlaku lagi jika negeri ini benar telah merdeka.
Dago Elos tidak sendirian. Banyak warga negara lainnya yang kini masih berjuang mempertahankan ruang-ruang hidup mereka. Syair-syair M. Akmal Firmansyah menggambarkan situasi yang dihadapi rakyat di tanah air sendiri untuk meraih kemerdekaan di kampung halaman:
Gaza, Kemudian Dago Elos dan Rempang #1
sebab segala penindasan
berawal dari petatang-petenteng.
pejuang
dicap keletih
Gaza
Kemudian Dago Elos
Rempang
ketika bertahan
dianggap arogan
padahal bukan menumpang
hanya mempertahankan ruang
(2023).
Gaza, Kemudian Dago Elos dan Rempang #2
rumahmu Mariah
jadi bumi hangus di Ramallah
rumahmu Mak Ipah
ditembaki gas air mata
kita pun berduka
atas represifitas durga
kemudian
berlanjut darah
hanya mempertahankan tuah
seratus tahun di kampung halaman
Di Rempang, Mak Amlah
diminta pindah.
karena mempertahankan tanah
adalah sesuatu yang tak boleh sudah
(2023).
*Foto dan Teks: Virliya Putricantika dan M. Akmal Firmansyah
COMMENTS