• Foto
  • Epos untuk Dago Elos

Epos untuk Dago Elos

Perjuangan warga Dago Elos melawan penggusuran oleh keluarga Muller kerap menemukan aral melintang, antara lain tragedi 14 Agustus setahun lalu.

Fotografer Virliya Putricantika17 Agustus 2024

BandungBergerak.idSatu tahun lalu, 14 Agustus 2023, bangunan di Kampung Dago Elos dan sekitarnya menjadi saksi bisu perjuangan warga mendapatkan tanah yang justru dijawab tindakan represif aparat kepolisian. Kampung kota di Bandung utara ini diserbu, gas air mata meledak, pintu-pintu didobrak.

Perjuangan rakyat Dago Elos dilakukan untuk mempertahankan hak-hak mereka atas tanah yang terancam direbut keluarga Muller. Sejak 2016 warga Dago Elos memperjuangkan tanah yang sudah mereka tempati berpuluh-puluh tahun.

Tragedi 14 Agustus menjadi ironi karena warga negara yang mestinya menikmati kemerdekaan termasuk mendapatkan hak-hak hidup dengan tinggal di tanah air sendiri, justru mendapat perlakuan tidak adil. 

Di saat yang sama, mereka sedang melawan penggusuran oleh keluarga Muller yang mengklaim tanah Dago Elos berdasarkan bukti kepemilikan tanah di zaman kolonial yang sejatinya tak berlaku lagi jika negeri ini benar telah merdeka.

Dago Elos tidak sendirian. Banyak warga negara lainnya yang kini masih berjuang mempertahankan ruang-ruang hidup mereka. Syair-syair M. Akmal Firmansyah menggambarkan situasi yang dihadapi rakyat di tanah air sendiri untuk meraih kemerdekaan di kampung halaman:

Gaza, Kemudian Dago Elos dan Rempang #1

sebab segala penindasan

berawal dari petatang-petenteng.

pejuang

dicap keletih

Gaza

Kemudian Dago Elos

Rempang

ketika bertahan

dianggap arogan

padahal bukan menumpang

hanya mempertahankan ruang

(2023).

Gaza, Kemudian Dago Elos dan Rempang #2

rumahmu Mariah

jadi bumi hangus di Ramallah

rumahmu Mak Ipah

ditembaki gas air mata

kita pun berduka

atas represifitas durga

kemudian

berlanjut darah

hanya mempertahankan tuah

seratus tahun di kampung halaman

Di Rempang, Mak Amlah

diminta pindah.

karena mempertahankan tanah

adalah sesuatu yang tak boleh sudah

(2023).

*Foto dan Teks: Virliya Putricantika dan M. Akmal Firmansyah

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//