• Berita
  • Kronologi Kaos Penutupan Jalan di Dago Elos, Gas Air Mata Melukai Warga

Kronologi Kaos Penutupan Jalan di Dago Elos, Gas Air Mata Melukai Warga

Mak Ipah, warga Dago Elos yang tinggal bersama anak cucu, menceritakan malam jahanam tersebut. Dia beserta warga lainnya hanya mencoba mempertahan tanah mereka.

Situasi mencekam di Dago Elos, Bandung, Senin (14/8/2023) malam. Warga memblokir jalan. (Foto: Dini Putri/BandungBergerak.id)

Penulis Tim Penulis BandungBergerak.id15 Agustus 2023


BandungBergerak.idDago Elos, Bandung, kaos, Senin (14/8/2023) malam. Massa melakukan penutupan jalan depan terminal Dago dengan menyalakan api unggun. Mereka kecewa laporan dugaan penipuan dokumen oleh ahli waris perihal kepemilikan tanah Dago Elos ditolak oleh kepolisian. Belakangan polisi membantah dengan menyebut bahwa pihaknya tidak menolak laporan itu.

Berdasarkan pantauan langsung di lapangan, berikut ini kronologi kaos yang diberengi dengan penembakan gas air dan aksi kekerasan oleh aparat kepolisian:

Pukul  09.00 WIB warga Dago Elos berukumpul untuk bersama-sama berangkat ke Polrestabes Bandung, melaporkan dugaan tindak pidana oleh keluarga Muller. Kronologi kasus sengketa lahan Dago Elos yang sudah terjadi bertahun-tahun ini dapat dibaca di sini dan di tautan ini.

Pukul 09.48 wIB warga berangkat menuju Polrestabes Bandung. Laki-laki, perempuan, anak, dan dewasa turut mengawal pelaporan ini. Dago Elos yang diklaim ahli waris keluarga Muller merupakan kampung dengan luas 6,9 hektare. Ada sekitar 2.000 jiwa, termasuk orang tua dan anak-anak, yang bermukim di dua RW (Rukun Warga) dan empat RT (Rukun Tetangga).

Pukul 10.48 WIB warga tiba di Polrestabes Bandung, Jalan Jawa. Pukul pukul 13.30 WIB ada empat orang warga pelapor bersama tujuh orang kuasa hukum memasuki ruangan SPKT untuk mendaftarkan pelaporan.

Pukul 12.00 WIB, warga pelapor bersama kuasa hukum diarahkan menuju aula Reskrim Polrestabes Bandung, disambut oleh Kasat Reskrim, Kanit Ekonomi, dan penyidik.

Pukul 12.00 - 13.18 WIB warga bersama kuasa hukum menjelaskan duduk perkara beserta bukti lengkap dan keterangan lengkap dalam pelaporan itu. Warga pelapor beserta kuasa hukum meminta agar langsung dibuatkan Berita Acara Penyelidikan (BAP). Namun permintaan ini direspons dengan dibuatkan Berita Acara Wawancara (BAW). BAW sendiri bukan dokumen pro justicia.

Pukul 17.00 - 19.00 WIB kepolisian melakukan rapat untuk memutuskan penerimaan laporan warga dan kuasa hukum

Pukul 19.00 - 19.30 WIB kepolisian memanggil warga pelapor dan kuasa hukum ke Aula Reskrim Polrestabes. Di sinilah keluar pernyataan bahwa pihak kepolisian enggan menerima laporan warga, dengan alasan warga yang melapor tidak memiliki sertifikat tanah. Warga yang berhak melapor, menurut aparat, adalah yang memiliki sertifikat tanah.

Warga dan kuasa hukum lalu meminta kepolisian untuk menyampaikan alasan penolakan langsung di depan warga yang menunggu di luar. Namun permintaan ini ditolak. Warga dan kuasa hukum kemudian memutuskan walk out dari kantor polisi.

Pukul 19.30 - 19.45 WIB Rizky Ramdhani, salah satu kuasa hukum warga, menyampaikan hasil akhir bahwa laporan warga tidak diterima oleh polisi.

Pukul 19.45 - 20.00 WIB salah seorang warga yang merasa kecewa dengan hasil pelaporan memasuki ruang Kasat Reskrim dan melakukan protes agar Kasat Reskrim menjelaskan langsung hasil pelaporan kepada warga yang hadir di luar.

Pendamping hukum menjemput warga yang melakukan protes agar segera kembali ke barisan warga. Tepat setelah keluar gerbang Polrestabes, warga yang didampingi kuasa hukum menerima tindakan kekerasan verbal oleh salah satu anggota polisi.

Seorang warga lainnya juga merasa kecewa dan melakukan protes di depan pagar Polrestabes Bandung, lalu menerima pemukulan dari salah satu anggota kepolisian. Salah seorang kuasa hukum yang berusaha menjemput warga yang masuk ke kantor Polrestabes Bandung, mengalami kekerasan fisik berupa pencekikan leher oleh salah satu anggota polisi.

Pukul 20.00 WIB rombongan warga memutuskan untuk meninggalkan Polrestabes Bandung dengan perasaan kecewa.

Pukul 20.58 WIB rombongan warga tiba di wilayah terminal Dago. Warga melakukan koordinasi dan meluapkan perasaan kecewa dan tetap ingin menuntut agar laporan diterima oleh Polrestabes Bandung. Mereka memutuskan memblokade jalan.

Pukul 21.45 WIB aparat kepolisian dengan unit antihuru-hara tiba di sekitar lokasi pemukiman warga. Warga mencoba untuk melakukan negosiasi dengan aparat kepolisian. Niat baik warga diterima oleh anggota polisi.

Pukul 22.40 WIB proses negosiasi menghasilkan kesepakatan bahwa proses pelaporan akan dilakukan dan dipastikan laporan warga diterima dengan cara mendatangkan pelapor dan kuasa hukum ke Polrestabes Bandung, dengan syarat warga membuka blokade jalan secara bertahap.

Pukul 22.45 WIB warga pelapor bersama tim kuasa hukum sedang bersiap untuk berangkat ke Polrestabes Bandung.

Pukul 22.50 WIB terjadi penembakan gas air mata yang dilontarkan dari arah utara ruas jalan Dago atau tepat di belakang barisan warga oleh aparat kepolisian yang menggunakan motor.

Pukul 23.05 WIB bentrokan besar terjadi dan meluas dari belakang hingga barisan depan. Pada saat bentrokan, warga mencoba untuk megamankan diri karena banyak massa ibu-ibu dan anak kecil. Pada saat proses warga melakukan evakuasi, aparat kepolisian merangsek masuk disertai lemparan gas air mata secara beruntun.

Pukul 23.20 WIB aparat kepolisian mengerahkan mobil water cannon untuk membubarkan warga yang masih tercecer.

Pukul 23.30 WIB warga melakukan pembelaan diri dengan mencoba memblokade akses masuk pemukiman warga. Namun, aparat kepolisian tetap merangsek masuk hingga ke tengah-tengah pemukiman warga dengan melakukan tindakan represif menerobos masuk ke gang-gang permukiman.

Gas air mata didapati masuk ke wilayah permukiman warga, berdampak kepada balita yang mendiami salah satu rumah. Aparat mencoba mendobrak rumah-rumah warga dan melancarkan sweeping.

Dalam kejadian bentrokan yang tidak bisa dihindari tersebut, terjadi pemukulan-pemukulan, intimidasi verbal, hingga tindakan-tindakan yang serba provokatif dari aparat kepolisian sekalipun warga mundur dan semakin mendekat ke rumah masing-masing. Korban kekerasan dari pihak warga berjatuhan hingga terjadi penangkapan warga secara acak.

Salah seorang kuasa hukum ditangkap dengan tuduhan provokator. Pada bentrokan ini, jurnalis mendapatkan represivitas dari aparat kepolisian. Salah satunya jurnalis BandungBergerak.id yang dipukul dan ditendang.

Pukul 00.00 - 03.00 WIB polisi masih melakukan penyisiran dan penangkapan secara acak ke rumah-rumah warga. Akibat kejadian ini, Pasar Dago urung beroperasi. Warga baru dapat beraktivitas secara normal pada pukul 05.00.

Rentetan Ledakan Gas Air Mata

Tim BandungBergerak.id melaporkan, setelah negosiasi antara warga dan kepolisian mencapai kesepakatan, dari arah utara, terdengar bunyi ledakan gas air mata. Seluruh massa yang sedang berkumpul panik sebab baru saja tim kuasa hukum bersiap berangkat ke Polrestabes untuk menindaklanjuti kesepakatan. Selang satu menit setelah ledakan, ledakan lain kembali terdengar. Satu menit setelahnya, gas air mata meledak, tepat di tengah-tengah kerumuman.

Warga berhamburan berlari ke arah terminal. Jurnalis, warga, dan anggota aliansi batuk-batuk, air mata turun deras. Beberapa warga perempuan terlihat tumbang karena parahnya dampak yang dihasilkan. Kelompok rentan lain seperti orang tua dan anak-anak tidak luput dari dampak.

Di tengah situasi kaos, kerumunan mulai terpisah. Sebagian masuk ke rumah warga, sebagian berkumpul di Bale RW Dago Elos, dan sebagian lainnya masih luntang-lantung di jalan gang. Di beberapa sudut, terlihat warga membagikan air minum untuk membasuh wajah massa aksi yang terkena gas air mata.

Ketika massa sedang mengobati diri masing-masing, dari arah terminal seorang warga mengabari aparat mulai merangsek masuk ke dalam gang. Ledakan dan teriakan kembali terdengar. Warga dan kelompok aliansi kembali berlari menjauhi aparat. Semua orang yang berada di lokasi ketakutan karena aparat menyerang dengan membabi-buta sambil melemparkan kata-kata kasar.

Baca Juga: Duduk Perkara Dugaan Penipuan Dokumen Klaim Tanah Dago Elos
Terminal Dago Ada di Pusaran Sengketa Lahan Dago Elos, Kenapa Pemkot Bandung Selama Ini Diam?
Dago Elos Never Lose: Menghidupkan Ruang, Menolak Penggusuran

Situasi mencekam di Dago Elos, Bandung, Senin (14/8/2023) malam. Warga memblokir jalan. (Foto: Dini Putri/BandungBergerak.id)
Situasi mencekam di Dago Elos, Bandung, Senin (14/8/2023) malam. Warga memblokir jalan. (Foto: Dini Putri/BandungBergerak.id)

Kesaksian Mak Ipah

Diserbu polisi, sebagian massa aksi berlindung di rumah-rumah warga. Mak Ipah, salah seorang warga Dago Elos, menceritakan ulang kejadian malam jahanam tersebut. Sambil terus menerus melantunkan zikir dan menyebut nama Tuhan, dia bercerita kalau dirinya beserta warga lain hanya mencoba untuk mempertahankan tanah miliknya. Namun, aparat justru melakukan tindakan-tindakan represif.

Sambil terus mengecek ponselnya, Mak Ipah menunjukkan beberapa video kejadian di rumah warga yang lain. Dalam video tersebut, polisi terlihat mendobrak pintu salah satu rumah warga. Mak Ipah kemudian khawatir rumahnya ikut menjadi korban. Gorden ditutup, pintu dikunci, engsel digeser, dirinya kemudian berjaga di depan pintu, bersiap kalau-kalau polisi memaksa masuk ke dalam rumahnya.

Di rumah sederhana tersebut, Mak Ipah tidak sendiri, ada anak, cucu, dan warga lain. Meski jumlahnya hanya delapan orang, pengungsi di rumah Mak Ipah sudah berdesak-desakan. Untuk menghindari kecurigaan aparat, aliran listrik di rumah Mak Ipah dimatikan. Suara-suara obrolan dipelankan.

Dalam keadaan gelap gulita, wajah dua orang bocah yang masih belajar di kelas lima Sekolah Dasar, samar-samar menampakkan ketakutan. Sebelumnya dua orang anak itu sudah beristirahat. Namun, karena suara keributan dari luar, mereka terbangun.

Sambil memeluk lutut dan mengenggam erat selimut yang dikenakan, kedua bocah ini cemas dengan nasib yang akan dialami ke depannya. Keduanya khawatir, polisi sewaktu-waktu akan kembali datang dan menghancurkan rumah mereka.

Sekitar pukul 01.00 WIB, ketika di luar sudah tidak terlalu terdengar gaduh, listrik kembali dialirkan, lampu dinyalakan. Kini ekspresi kekhawatiran dari semua orang yang ada di rumah ini terlihat jelas. Meski kondisi di luar belum aman karena aparat masih banyak yang berkeliling dan menyisir, beberapa warga yang mengungsi di kediaman Mak Ipah memberanikan diri untuk pulang.

Detik demi detik berlalu, beruntung dua bocah yang ketakutan tadi kini sudah bisa tertidur. Mak Ipah bercerita, hari ini, dirinya sudah merencanakan meliburkan sekolah dua bocah tersebut. Mak Ipah ingin memberikan waktu anak dan cucunya untuk menenangkan diri dari kejadian malam nahas yang traumatis.

Bantahan dari Kepolisian

Kapolrestabes Bandung Budi Sartono menyatakan pihaknya tidak menolak laporan yang dilayangkan warga Dago Elos. Menurutnya, pelaporan memerlukan kelengkapan alat bukti. Warga atau pelapor diharapkan melengkapi alat bukti tersebut dan kembali melakukan pelaporan setelah alat buktinya ada.

“Mereka (warga) komplen tadinya ada laporan menurut versi masyarakat ditolak Polrestabes. Kami sudah menjelaskan tidak menolak. Pada saat datang (melapor), ditermia langsung Kasat Reskrim dan dilakukan berita acara. Di ruang Kasat Reskrim disampaikan (laporan) akan diterima dengan alat bukti yang dibutuhkan,” papar Budi Sartono, dalam jumpa pers, Selasa (15/8/2023).

Budi membenarkan ada penembakan gas air mata dalam kaos di Dago Elos. Aksi dilakukan oleh jajaran Polda Jabar untuk membuka jalan yang diblokir. Namun ia membantah ada penembakan gas air mata ke permukiman warga. Mengenai sweeping atau penyisiran ke rumah-rumah warga, polisi masih mendalaminya.

*Laporan jurnalistik ini mendapatkan sokongan data reportase dari reporter BandungBergerak.id Tofan Aditya  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//