Pabrik Kina
Pabrik Kina di Jalan Pajajaran, Bandung menjadi bukti kejayaan industri era kolonial Belanda. Kini masa keemasan si heong tak senyaring dulu.
Pabrik Kina di Jalan Pajajaran, Bandung menjadi bukti kejayaan industri era kolonial Belanda. Kini masa keemasan si heong tak senyaring dulu.
BandungBergerak.id - Udara dingin merambat di lorong bawah tanah gedung produksi dan komplek gudang mesin pabrik kina Kimia Farma, Kota Bandung, 6 Maret 2025. Suasananya hening, semburat cahaya di ujung lorong menerangi kontur anak tangga menuju ke atas ruang produksi. Lorong bawah tanah ini berada tepat di bawah Jalan Pajajaran yang lalu lintasnya cukup padat pagi itu. Sirkulasi udara rancangan arsitek masa Hindia Belanda ini memang sangat ideal, sebaliknya temperatur udara di permukaan malah gerah kendati jam masih menunjukan pukul 9 pagi.
Saya cukup beruntung bisa kelayapan di salah satu area bekas pabrik kina tertua di Indonesia, bersama beberapa kawan jurnalis tanpa perlu mengurus segala macam birokrasi perizinan yang rumit. Itu cukup beralasan mengingat pabrik ini adalah salah satu aset milik PT Kimia Farma, sebuah industri farmasi pelat merah milik negara. Jika urusannya dengan aset negara memang biasanya tak mudah untuk dapat izin dadakan.
Selepas lorong, tangga naik mengarahkan kaki ke pabrik kina dengan ruangan maha luas. Aroma kayu lapuk dan bau pahit obat-obatan menusuk indra penciuman. Beberapa dinding roboh dan material berserakan di seluruh lantai. Botol-botol kaca sebesar galon air mineral teronggok di sudut ruangan.
Masuk ke ruang produksi obat yang satu lagi juga sangat luas, lantainya masih bagus dengan ruangan lebih terawat. Cahaya remang kekuningan menembus jendela-jendela kaca dari arah Jalan Cicendo. Mesin-mesin besar di kanan kiri gedung pabrik berdiri kokoh. Mesin-mesin ini berada di lantai bawah dan lantai atas.
Selasar antargedung pabrik di area produksi jadi akses keluar menuju komplek pergudangan dan rumah-rumah besar bergaya Eropa, semuanya masih di dalam area komplek pabrik kina. Area ini berada di sisi selatan Jalan Pajajaran, di sisi utara adalah area komplek gedung penyimpanan peralatan dan bengkel mesin pabrik kina.
Dulunya komplek pabrik kina ini bernama NV Bandoengsche Kininefabriek yang mulai berdiri tanggal 29 Juni 1896, namun pemerhati sejarah Atep Kurnia mengatakan pabrik ini berdiri dan beroperasi pada 6 September 1897 berdasarkan sejumlah dokumen tertulis.
Arsitek pabrik kina dengan cerobong asapnya yang ikonik ini adalah Gmelig Mijling. Pabrik kina di Jalan Pajajaran ini juga terkenal dengan peluitnya yang disebut si heong. Warga Bandung di masa lalu menyebut demikian karena saat berbunyi suara yang keluar terdengar seperti heong atau kata orang Sunda ngaheong.
Kini, salah satu gedung atau ruangan di kawasan gudang peralatan dan bengkel mesin pabrik kina ini disewa oleh Rooftop Coffee 1896, sebuah kafe yang menyulap salah satu ruangan jadi tempat ngopi dan nongkrong anak muda. Di bagian luar beberapa gedung lain tampak masih terawat. Dengan jendela dan pintu tinggi menjulang, tipikal bangunan-bangunan Eropa. Di salah satu sudut masih berdiri kokoh katrol dan rantai besarnya yang masih utuh.
Beberapa ruang kosong yang luas dijadikan garasi parkir dan sebagian lagi digunakan parkir kendaraan travel antarkota. Area ini bersebelahan dengan kedai kopi atau kafe tadi, beberapa bagian dindingnya mengelupas sengaja dibiarkan begitu saja, lebih artistik keliahatannya. Beberapa benda elektronik jadul, buku-buku dan majalah, termasuk buku-buku Pramoedya Ananta Toer tersedia di salah satu sudut ruang baca.
Lokasi pabrik kina amat strategis dengan seluas 6 hektare, memiliki area parkir yang luas. Pabrik kina berusia 127 tahun yang mulai tergerus masa ini diyakini bisa jadi ruang-ruang komersial yang menarik investor.
Menurut Direktur SDM PT Kimia Farma Disril Revolin Putra, sekitar 10 persen area pabrik sudah dimanfaatkan untuk ekonomi kreatif. "Di beberapa titik sudah boleh dibangun vertikal tentu dengan sudah sesuai perizinan dari pihak-pihak berwenang, mengingat ini adalah bangunan cagar budaya dan area kawasan terbang Bandara Husein Sastranegara," kata Disril.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengingatkan jangan sampai gedung heritage dirubah dan dihancurkan hingga di luar konteks sejarah. "Kita dorong untuk memanfaatkan gedung heritage (pabrik kina) untuk masyarakat, untuk literasi sejarah, dan dari sisi ekonomi harus ada manfaatnya".
Di masa lalu, Hindia Belanda adalah pemasok kina terbesar di dunia yang dihasilkan dari perkebunan-perkebunan kina di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bandung. Selanjutnya pengolahan obat malaria ini dikerjakan di pabrik kina NV Bandoengsche Kininefabriek (kini pabrik kina Kimia Farma). Kina tanah Priangan inilah yang waktu itu memasok lebih dari 90 persen kebutuhan kina dunia.
*Foto dan Teks: Prima Mulia
COMMENTS