• Foto
  • Membuat Damar Kurung, Memelihara Lingkungan Cibogo

Membuat Damar Kurung, Memelihara Lingkungan Cibogo

Seni diyakini dapat memediasi manusia dengan lingkungan. Pembuatan damar kurung di Cibogo sebagai upaya memberdayakan masyarakat dan mengenalkan lingkungan.

Fotografer Virliya Putricantika9 April 2022

BandungBergerak.idSejumlah ibu-ibu dan anak-anak asyik mengikuti lokakarya pembuatan damar kurung, lentera khas Kabupaten Gresik yang termasuk warisan budaya tak benda, di Jalan Cibogo Atas, Sukajadi, Kota Bandung, Selasa (5/4/2022). Iis Sukaesih mewarnai gambar bunga yang nantinya dipasang pada damar kurung karyanya. Ibu rumah tangga yang juga aktif di Komunitas Masagi (Masyarakat Bersinergi) ini terlihat sangat antusias.

“Ini gambarnya hasil searching di Google, supaya bagus pas dipasangnya,” ungkap Iis sambil mewarnai gambarnya yang bercorak batik dan dihiasi bunga.

Canda tawa ibu-ibu dan anak-anak di kegiatan lokakarya yang diinisiasi oleh seniman asal Gresik, Novan Effendy dan Rakarsa Foundation ini merupakan kegiatan untuk mengisi waktu luang di bulan Ramadan tahun ini. Gambar karya anak-anak untuk menghiasi damar kurung pun tak kalah menarik. Sebagian di antaranya menggambarkan pohon dan bumi.

Novan Effendy meyakini bahwa seni dapat memediasi manusia dengan lingkungan. Kesadaran yang sama pun terbangun oleh Komunitas Masagi. Dian (44), Ketua Komunitas Masagi yang juga Ketua Rukun Tangga (RT) di kawasan tersebut mengaku senang dengan kerja sama yang dilakukan untuk mengisi kegiatan puasa kali ini.

“Kerja sama dengan seniman Novan melalui Rakarsa ini untuk memberdayakan masyarakat di sini, juga untuk memicu warga untuk membangun wilayah terutama dari sisi lingkungan,” ujar Dian di halaman Buruan Sae, Rabu (6/4/2022).

Predikat permasalahan lingkungan yang disematkan pada negeri ini menjadi titik berangkat Dian bersama dengan masyarakat lainnya untuk menjaga lingkungan. Belum lagi luapan Sungai Cibeureum yang mengakibatkan banjir di kawasan Cibogo semakin menguatkan tekad komunitas ini untuk menata lingkungan tempat tinggalnya. 

Sejumlah program kerap diselenggarakan komunitas ini, seperti program Buruan Sae yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Bandung. Buruan Sae merupakan program urban farming berupa penanaman sayuran dan buah-buahan di lahan yang tersedia. Ada pula kegiatan Jumsih atau Jumat Bersih-Bersih yang biasanya dilanjutkan dengan perelek sampah, yaitu kegiatan mengumpulkan sampah yang telah dipilah oleh warga.

“Kita ini warga lokal jadi kita bergerak di skala lokal dengan upaya mengurangi permasalahan yang ada di Indonesia, yang kita lakukan itu dari warga untuk warga” tambah Dian siang hari itu.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//