• Podcast
  • SUARA PINGGIRAN: Heri 'Ucok' Sutresna Bergelut di Akar Rumput

SUARA PINGGIRAN: Heri 'Ucok' Sutresna Bergelut di Akar Rumput

Heri Sutresna alias Ucok Homicide menyaksikan sekaligus pelaku musik underground)di Bandung sejak akhir 1980-an. Ia tetap menekuni musik dan komunitas.

Penulis Raihan Malik18 Januari 2024

BandungBergerak.id Heri 'Ucok' Sutresna mengalami perkembangan musikal sejak ledakan era breakdance pada akhir 1980-an hingga gelombang musik independen (indie) di Bandung pada era 1990-an. Pada era kedua inilah ia memuntahkan gagasan-gagasannya melalui lirik-lirik hiphop bersama band underground-nya Homicide (1994-2007).

Zaman sudah berubah. Masa keemasan band underground Bandung meredup. Begitu juga nyanyian-nyanyian cepat dengan lirik-lirik panjang ala Homicide. Namun, Ucok terus bergerak di jalur lain bersama akar rumput. Ia mendirikan Grimloc, label musik indie di Bandung, sembari aktif dalam berbagai gerakan di kampung kota.

Pertengahan pekan lalu, BandungBergerak.id mengunjungi Ucok di markas Grimloc. Kunjungan ini kami rekam di kanal Youtube BandungBergerak.id melalui podcast Suara Pinggiran, sebuah acara daring yang memberi tempat bagi orang-orang ‘biasa’, komunitas, dan kelompok marginal.

Dalam obrolan hampir satu jam, Ucok mengenang bagaimana di era 1990-an ia terlibat dalam kompetisi rap dan mengalami kesulitan menemukan teman dengan minat yang sama di Bandung. Gerakan musik independen di Bandung pada waktu itu masih dalam tahap perkembangan, dan Ucok menjadi bagian dari komunitas hardcore punk dan metal sebelum terlibat lebih dalam di komunitas hiphop. Keterlibatan Ucok di kompetisi rap menjadi semakin masif di tahun-tahun berikutnya.

Ujung Berung menjadi salah satu titik komunitas bawah tanah di Bandung. Wilayah di Bandung timur ini menjadi tempat bertemunya sesama musisi. Pengetahuan tentang musik lebih banyak beredar secara komunal atau melalui interaksi tatap muka langsung. Tak heran masa itu istilah nangkring (nongkrong) cukup populer. Di acara nangkring, para pegiat komunitas seperti Ucok saling bertukar informasi, misalnya mengenai tempat rekaman yang sulit ditemukan.

Homicide dan Politik

Ucok juga meyinggung bandnya Homicide. Pertemuan di kompetisi rap menjadi poin awal bagi band ini. Homicide mengalami masa produktifnya di tahun 2000-an. Pencarian alat rekaman membawa Homicide ke tingkat baru. Meskipun ada kendala finansial, pinjam-meminjam menjadi solusi.

Dari Homicide, Ucok berbicara soal politik. Baginya, isu sosial dan politik tak bisa terpisahkan dari kehidupan pribadi. Begitu juga dengan musik yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia. Semua berkelindan dalam solidaritas dan berjejaring. Hal inilah yang diteankan lirik-lirik yang disuarakan Homicide.

Meski Homicide tinggal nama, Ucok masih tetap menekuni ide-ide yang disuarakan band yang salah satu lagunya berjudul “Puritan” itu. Terlebih Bandung merupakan representasi dari kegelisahan yang disuarakan Homicide, bukan hanya tentang agraria, melainkan juga kehidupan sehari-hari dan perjuangan warganya.

Ucok terlibat dalam Festival Kampung Kota di Dago Elos. Festival ini sebagai respons terhadap kegelisahan tersebut, dengan mengamplifikasi isu ruang hidup, komunitas, kegiatan kreatif, dan jejaring sosial.

Bagi Ucok, saat ini warga memerlukan penguatan dan solidaritas. Pendekatan ini ditekankan sebagai langkah untuk menghadapi kebijakan-kebijakan yang dianggap merugikan setelah Pemilu atau Pilpres 2024.

*Kawan-kawan bisa menyaksikan Podcast Suara Pinggiran BandungBergerak.id dalam tautan ini

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//