De Expres dan Kaoem Moeda, Dua Sayap Pemberitaan Sarekat Islam Bandung
Pergerakan Sarekat Islam Bandung tidak luput dari pemberitaan De Expres dan Kaoem Moeda. Suryadi Suryaningrat dan Wignyadisastra ada di balik kemudi redaksi.
Hafidz Azhar
Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung
3 April 2021
BandungBergerak.id - Pergerakan Sarekat Islam afdeeling Bandung yang berdiri sejak Desember 1912 itu tidak terlepas dari dua media yang menopang perkembangannya: De Expres dan Kaoem Moeda. Dari keduanya, De Expres yang gencar menampilkan aktivitas Sarekat Islam Bandung, dari mulai vergadering-vergadering kecil hingga persoalan besar yang tercatat sebagai bagian dari sejarah Sarekat Islam. Di koran besutan Douwes Dekker tersebut, Suwardi Suryaningrat, ketua afdeeling Bandung, ikut berkontribusi menjadi redaktur bersama dengan kawan seperjuangannya, Tjipto Mangoenkoesoemo.
Pada edisi 31 Maret 1913, misalnya, De Expres menghadirkan judul “Sarekat Islam Afd. Bandoeng Fanatieken Contra Liberalen: Godsdient of Nationalisme?”, yang berisi perdebatan terkait tujuan pergerakan Sarekat Islam. Dalam pemberitaan tersebut, terjadi silang pendapat antara Soetan Muh. Zain, yang menganggap bahwa Sarekat Islam mencakup aspek agama dan nilai-nilai lainnya, dengan Haji Osman, yang mempertahankan argumennya dan berpandangan bahwa agama merupakan arah utama Sarekat Islam. Dari perdebatan ini, para hadirin banyak yang terbawa suasana. Riuh tepuk tangan terdengar kala satu pendapat disanggah oleh pendapat yang lain.
Sebagai voorzitter SI afdeeling Bandung, Suwardi tidak bisa tinggal diam. Ia lalu berdiri seraya mengucapkan kata-kata yang cukup moderat.
“Saudara. Sampai kapanpun perdebatan agama oleh seseorang tidak akan pernah berakhir. Saya menghargai pendapat dari dua pembicara yang yakin dan menutup debat dengan nasihat ini: anggota SI yang religius tidak boleh meremehkan saudara yang kurang taat, atau pada SI yang Muslim. Beginilah cara kami bekerja dalam keharmonisan bersama, karena sekali lagi saya katakan kepada saudara-saudara, SI adalah persatuan dari kaum Pribumi, bukan hanya dari kalangan Muslim saja.”
Selain menghadirkan pertumbuhan Sarekat Islam Bandung, surat kabar berbahasa Belanda itu pun menampilkan berita-berita aktivitas Sarekat Islam lainnya yang berada di kawasan Jawa Barat. Seperti informasi terkait Sarekat Islam Batavia, Sarekat Islam Purwakarta dan vergadering Sarekat Islam Majalaya, sebagaimana yang diberitakan melalui De Expres edisi 4 April 1913.
“Zondag a. s. zal op Madjalaja (onder Tjitjalengka) een propagandavergadering worden gehouden ten behoeve van Sarekat Islam. Men beweert, dat daar 5000 leden op bevestiging hunner afdeeling wachten. Met Afd. bestuur van Bandoeng zal de vergadering leiden (Pada hari Minggu akan diadakan pertemuan propaganda di Majalaya (di bawah Cicalengka) untuk mendukung pergerakan Sarekat Islam. Dikatakan bahwa, terdapat 5.000 anggota sedang menunggu konfirmasi divisi mereka. Yang akan memimpin rapat yakni, departemen dari pengurus Bandung).”
Baca Juga: Riwayat Awal Sarekat Islam Bandung
Suwardi Suryaningrat: Antara Sarekat Islam Bandung dan Comite Boemi Poetra
Cakupan Lebih Luas
Media kedua yang berkontribusi mempropagandakan pergerakan Sarekat Islam Bandung adalah Kaoem Moeda. Tidak mengherankan karena A.H. Wignyadisastra, yang waktu itu menjabat sekretaris Sarekat Islam Bandung, duduk di jajaran redakturnya. Tercatat sebagai Directeur Hoofd-Redacteur (Direktur Pimpinan Redaksi), ia memiliki kendali besar dalam mengeluarkan setiap tulisan atau berita-berita terkait. Hampir setiap hari berita-berita mengenai kondisi terbaru Sarekat Islam Bandung muncul di halaman tengah Kaom Moeda. Contohnya, pemberitaan pada edisi 12 Februari 1914, dengan judul Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandoeng.
“Hari Minggoe tanggal 22 Februari 1914 poekoel 8 pagi akan diadakan Vergadering Besar Sarekat Islam Bandoeng di Bandoeng dalam Loods komedi Stamboel di Goedang Oejah. Dimintai dengan segala hormat Toean toean jang soeka bikin lezing oentoek kaoem S.I. mengirimkan lima hari dimoeka hal jang maoe di lezingkan, kepada Secretaris S.I. p/a antoor “Kaoem Moeda” Bandoeng soepaja dipriksa lebih doeloe tentang jang maoe dibikin lazing.”
Sebagaimana De Expres, Kaoem Moeda yang dipimpin oleh Wignyadisastra ini meliput informasi perkembangan Sarekat Islam di luar afdeeling Bandung. Bahkan, cakupan yang dihadirkan koran tersebut cenderung lebih luas. Salah satu berita yang digambarkan secara jelas, yaitu tentang rapat besar pengurus Sarekat Islam Sukabumi yang digelar pada hari Minggu, 8 Februari 1914.
“Algemeene Vergadering Sarekat Islam di Soekaboemi hari minggoe ddo. 8-2-1914: 1. Padoeka Toean A.R. Soekaboemi 2. Kandjeng Boepati Tjiandjur 3. Padoeka Toean Controleur Landbouw, Padoeka Toean Aspirant Controoleur, dan banjak lagi toean toean ambtenaar Landbouw 4. Toean Adm. Afd Bank 5. Toean Daeng Ardiwinata, hoofd Redacteur Volkslecteur Betawi 6. Toean R. Goenawan Commiassaris Centraal Sarekat Islam Djawa Barat 7. Wedana kota, dan Assistent Assistent Wedana 8. Toean Adjt. Penghoeloe dan banjak lagi pegawai pegawai kaoem. Bersama beberapa bertuursleden S.I. Soekaboemi dan candidat candidat di district district. Jang berkoempoel kurang lebih 5000 orang (Kaoem Moeda 12 Februari 1914).”
Sementara itu, kabar mengenai perkembangan Sarekat Islam di luar Jawa pun menjadi perhatian Kaoem Moeda. Dalam laporan yang tercatat pada 13 Februari 1914, misalnya, media ini mengabarkan kronik Sarekat Islam di Palembang. Dalam laporan itu disebutkan:
“Salah satoe dari demang di Palembang ada sangat merintahja Sarekat Islam, jang sekarang Sarekat Islam sedang madjoenja. Ini chabar telah kami trima dari seorang jang boleh dipertjaja. Kalao benar ini chabar begitoe perboeatannja, maka kita tida pantas sekali. Perboeatannja jang demikian, ialah ada satoe pokok jang bakal menerbitkan bahaja. Boekankah hal ini soedah atjap kali terdjadi di poelau Djawa. Apakah seorang jang berpangkat seperti Demang, tida tahoe hal kedjadian itoe, itoelah tida patoet sekali.”
Surat kabar Kaoem Moeda juga menyediakan ruang bagi siapa saja yang ingin menampilkan saran, keluhan atau kritikan terhadap Sarekat Islam. Pada edisi 4 Februari 1914, seseorang bernama Achmad dari Pekalongan menuliskan kabar miring yang melibatkan Sarekat Islam. Pernyatan yang ditulis oleh Achmad tersebut berisi adu domba yang dilakukan oknum pembenci Sarekat Islam. Hal ini dipicu karena pembubaran kegiatan berjudi yang sedang marak ketika itu. Akibatnya, Sarekat Islam menjadi sasaran para penjudi itu dengan membuat beberapa anggota SI saling cekcok.
“Maka toemboehnja S.I. Pendjoedi pendjoedi memberintikan kesenangannja itoe; tiada semoea, tetapi kebanjakan bentjilah ia. Begitoe djoega jang mendjadikan ta amannja negeri, oleh daja oepajanja S.I. hampir lenjap…Maka terkedjutlah lain fihak laloe mentjomel seperti orang gila. Tjomelan itoe bergelarlah: Anti atau kaoem pembentji.”
Baik De Expres maupun Kaoem Moeda bukanlah sayap resmi Sarekat Islam Bandung. Pemberitaan tentang Sarekat Islam di kedua surat kabar itu boleh jadi karena keduanya mengarah pada asas yang sama demi kemajuan organ pergerakan kaum Pribumi. Memegang posisi penting dua koran terkemuka itu, Suwardi Suryaningrat dan A.H. Wignyadisastra telah berhasil menampilkan citra baik Sarekat Islam.