• Cerita
  • DATA BICARA: Mewaspadai Hipertensi sebagai Penyakit Penyerta atau Komorbid Covid-19 Paling Mematikan

DATA BICARA: Mewaspadai Hipertensi sebagai Penyakit Penyerta atau Komorbid Covid-19 Paling Mematikan

Penyakit penyerta atau komorbid menjadi salah satu penyebab melambungnya jumlah kematian akibat Covid-19. Hipertensi ada di urutan pertama.

Penulis Sarah Ashilah28 Juli 2021


BandungBergerak.id - Jumlah terkonfirmasi meninggal dunia akibat Covid-19 di Kota Bandung saat ini sudah melampaui 1.000 kasus. Tepatnya, 1.191 kasus. Dalam satu bulan terakhir, terhitung sejak 26 Juni hingga 26 Juli 2021, sebanyak 771 orang kehilangan nyawa. Inilah salah satu imbas terburuk gelombang kedua pandemi yang menyapu Bandung, seperti juga daerah-daerah lain di Indonesia.

Banyak pakar kesehatan berpendapat bahwa sebagian besar dari kasus kematian tersebut disebabkan adanya penyakit penyerta (komorbid) yang diderita pasien sehingga membuat sistem imunitasnya menjadi teramat lemah ketika terserang Covid-19.

Data yang dihimpun Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di seluruh Indonesia per tanggal 13 Oktober 2020 lalu bisa jadi rujukan. Ketika itu tercatat sebanyak 1.488 pasien memiliki penyakit penyerta dengan penyakit hipertensi menyumbang porsi terbesar, mencapai 50,5 persen, diikuti diabetes melitus sebesar 34,5 persen, dan penyakit jantung 19,6 persen.

Bagaimana dengan Kota Bandung? Merujuk Profil Kesehatan Kota Bandung 2016, kita bisa menemukan kemiripan. Penyebab kematian terbesar warga, mencapai 20 persen, adalah hipertensi. Diabetes melitus ada di peringkat keempat dengan porsi sebesar 10 persen, sementara penyakit jantung akut menyumbang 3 persen.  

Mengambil pelajaran dari data, kita bisa mulai mempraktikkan pola hidup sehat demi mencegah munculnya penyakit-penyakit akut yang mematikan sebagai penyerta Covid-19. Hipertensi, secara khusus, patut diwaspadai.

Baca Juga: DATA BICARA: Mobilitas Warga Melonjak Mei 2021, Kasus Covid-19 Kota Bandung Meledak Juni 2021
Data 10 Penyebab Kematian Terbesar di Kota Bandung 2015-2016, Hipertensi di Urutan Pertama

Editor: Redaksi

COMMENTS

//