• Kolom
  • Pembuat Roti J. A. Valkenet

Pembuat Roti J. A. Valkenet

Jejak bisnis roti di Bandung bisa ditengok jauh ke belakang. Seabad lalu, pembuat roti legendaris J. A. Valkenet memulai bisnisnya di Kota Kembang.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Potret Johannes Antonius Valkenet (kiri) dan tampilan salah satu iklan Bakkerij Valkenet. (Sumber: Gedenkboek Middenstandsvereeniging Bandoeng, 1921-1931, dan De Koerier, 1 Juli 1929)

4 April 2021


BandungBergerak.idKuncen Bandung Haryoto Kunto dalam karya monumentalnya, Semerbak Bunga di Bandung Raya (1986), tidak menyertakan riwayat hidup pembuat roti legendaris, J. A. Valkenet. Di dalam karya tersebut antara lain sang kuncen menyatakan bahwa Bakkerij Valkenet pernah mengikuti pasar tahunan di Bandung, Jaarbeurs (1986: 337). Ia juga menyebutkan “rumah tangga di Bandung dapat berlangganan roti hangat ‘hot from the oven’, yang diantar tiap subuh oleh pabrik roti ‘Valkenet’ di Kebon Kawung dan ‘Grafhorst’ di Jl. Merdeka” (1986: 528).  Dari buku yang sama, saya baru tahu, Valkenet dijadikan nama jalan, yakni Valkenetlaan yang setelah Indonesia merdeka diganti jadi Gg. Rais (1986: 1081).

Dalam buku khusus mengenai kuliner di Bandung tempo doeloe, Produsen Ontbijt Walanda Bandoeng (2012), Sudarsono Katam lebih rinci menerangkan Valkenet. Katanya (2012: 42), perusahaan Valkenet didirikan pada 1920-an di Pasirkalikiweg oleh J. A. Valkenet dan termasuk pabrik roti paling modern di Hindia Belanda. Produksinya berupa roti, biskuit, kue kering, roti kering, ontbijtkoek, dan taart. Kemudian pabriknya dipindahkan ke Halimoenlaan pada pertengahan 1930-an.

Disebut paling modern karena pabrik roti Valkenet telah menggunakan pemanggang bertenaga listrik dengan sistem rantai berjalan dengan kapasitas produksi sangat besar. Produknya dibungkus dengan kantung kertas berlabel menggunakan label listrik. Produknya dikirim ke pelbagai daerah di Hindia Belanda. Cabangnya dibuka di Den Haag. Bagi yang ada di Bandung, roti Valkenet diantarkan pagi-pagi hampir bersamaan dengan yang mengantarkan susu. Produknya juga jadi langganan pesanan instansi pemerintah, swasta, dan militer waktu itu. Dengan jaminan mutu dan kebersihannya, Valkenet sering dianugerahi penghargaan atau menjadi juara pertama di pekan raya atau perlombaan. Sebelum berhenti beroperasi pada 1960-an, pabrik rotinya pernah pindah ke Jalan Cihampelas (2012: 44-48). Tetapi sama dengan Haryoto, Sudarsono pun tidak menyertakan riwayat hidup pendirinya.

Bagaimana dengan keterangan sezaman? Dalam iklan mengenai Valkenet dalam Preangerbode (1 April 1931), yang uraiannya secara umum sama dengan rincian dari Sudarsono. Antara lain disebutkan peralatan produksinya menggunakan mesin canggih, penggunaan gas dan oven listrik untuk memastikan higienitasnya, pendistribusian ke seantero Hindia dengan roti yang paling terkenalnya adalah beschuit dan ontbijtkoek karena sangat segar, serta pembukaan cabang di Den Haag dengan alamat Laan van Meedervoort 624.

Tapi siapa J. A. Valkenet? Dalam genealogieonline.nl yang diakses pada 21 Maret 2021, saya mendapati nama lengkapnya adalah Johannes Antonius “Joh” Valkenet (1891-1962). Ia lahir di Den Haag atau 's-Gravenhage, Zuid-Holland, pada 6 Oktober 1891. Ayah-ibunya adalah Wilhelmus Valkenet dan AE Diehle Heilbron. Joh berprofesi sebagai  pembuat roti dan pemilik pabrik roti di Bandung (“[banket-] bakker, eigenar broodfabriek Bandoeng”). Ia beroleh kehormatan dari gubernur jenderal Hindia Belanda dan Ratu Belanda dengan anugerah untuk menggunakan “het Hoogstderzelver Wapen” dengan gelar “Hofleverancier” atau leverensir untuk keluarga Kerajaan Belanda. Joh meninggal di Den Haag pada 9 September 1962, dan dimakamkan di kota yagn sama pada 13 September 1962.

Joh menikahi Gerarda Johanna Markus pada 14 Desember 1933 di Bandung. Gerarda sendiri lahir pada 27 Juli 1901 di Hatert, Gelderland, Belanda. Pekerjaannya adalah perancang mode (costuumnaaister) pada 1921. Sebelum menikah dengan Joh, Gerarda pernah menikah dengan Eldert Bakker di Nijmegen (Gelderland) pada 1921 dan dengan Alfred Bruins pada 1930 di Yogyakarta.

Soalnya kemudian, sejak kapan Joh membuka usahanya di Bandung? 

Baca Juga: Pendiri Toko dan Hotel Thiem
Paman dan Keponakan de Vries

Membuka dan Mengembangkan Pabrik Roti

Dalam De Preanger Bode edisi 8 Mei 1921 tertulis Valkenet membuka usaha baru pembikinan roti (“Nieuwe Broodbakkerij”) di daerah Kebon Kawung (“Op Kebon Kawoeng heeft de heer een nieuwe broodbakkerij geopend”) pada hari sebelumnya, yang berarti 7 Mei 1921. Namun, sebelumnya, Valkenet sudah mengumumkan sekaligus memuatkan iklan usahanya dalam De Preanger Bode edisi 28 April 1921. Usahanya yang diberi nama De Brood-, Koek-, en Beschuitbakkerij ‘Valkenet’ dan beralamat di Kebon Kawoengweg 60 itu akan dibuka pada 1 Mei 1921 (“opent per 1 Mei a.s”) oleh wali kota Bandung. Ia menjual roti seharga 8, 16, dan 32 sen. Jenis-jenisnya antara lain berupa cadetjes, luxe broodjes, Fijn krentebrood, krentebollen, kaneelbeschuitjes, dan ronde Hollandsche tafelbeschuit. Namun, kenyataannya pembukaan pabrik roti milik Joh ini baru terjadi seminggu kemudian dari waktu yang direncanakan, yakni 7 Mei 1921.

Dalam perkembangannya kemudian, sejak 1921 itu Joh terus-menerus mengiklankan usahanya dalam koran De Preangerbode yang memang terbitan Bandung. Dalam edisi 6 April 1923 upamanya ia menyertakan harga masing-masing dagangannya: honing onbijtkoek (95 sen), krenten brood (75 sen, 1-1,5 gulden), allerhanden theegebak (2,5 gulden per pon), boter St. Nocholaas (1,75 gulden per pon), dan diverse taarten sebesar 3 gulden.

Selanjutnya Joh mendukung upaya organisasi yang bergerak di bidang peternakan ayam di Priangan (Preanger Pluimvee Vereeniging). Ini nampak dari dukungannya kepada upaya organisasi tersebut yang bersama-sama dengan anggota dan calon anggotanya hendak mengadakan kunjungan ke model peternakan ayam Hamilton of Silverton Hill di Pangalengan pada 22 Mei 1927 (De Koerier, 18 Mei 1927). Keterlibatannya pada pekan raya tahunan di Bandung, Jaarbeurs, antara lain nampak dari 9e Jaarbeurs (1928). Selain Valkenet, saat itu antara lain ada Vendukantoor Wijs (yang mengiklankan gramofon Odeon dengan piringan hitamnya), Gaasmaatschappij (yang mengiklankan gas untuk memasak), Firma Hazes (untuk bonbon), Toko Braga (yang mengiklankan Goenoeng Rosa Thee), Firma Dunlop (yang menjual Gold Bottle Bier), Het Hollandsche Paviljoen (untuk Pare Suikerwerken), A.I.D., dan Au Bon Marche (untuk perkakas olahraga). Sebagian besar dari perusahaan itu dari Bandung (De Koerier, 29 Juni 1928).

Pada banyak edisi khusus Jaarbeurs (“Onze Jaarbeurs Pagina”) dalam De Koerier, saya menemukan banyak jejak Joh antara 1928-1930. Bahkan pada De Koerier (1 Juli 1929) disebut-sebut iklan roti beroda dari Bakkerij Valkenet menjadi kian termasyhur (“en het zoo langzamerhand alom beroemd geworden rijdende brood van de broodbakkerij Valkenet”). Selain aktif di Jaarbeurs, Bakkerij Valkenet turut pula membuka gerai pada pasar raya tahunan di Batavia, Pasar Gambir. Valkenet menampilkan hasil produksinya dan untuk menggaet para pengunjung ia menyelenggarakan teka-teki, dengan hadiah menarik berupa tiga sepeda dan produk roti yang dihasilkannya (De Koerier, 26 Agustus 1930).

Adapun penghargaan yang pernah diraih Valkenet dapat disimak dalam Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie (15 Juli 1927). Di situ antara lain dinyatakan Bakkerij Valkenet mendapat medali perak bersepuh (“Een verguld zilveren médaille”) dari Comité der E.H.T. I. N.I atas kondisi higienis perusahaannya serta karena mengikuti kegiatan pameran yang diselenggarakan E.H.T.I.N.I. Bakkerij van Bogerijen dari Bandung pun mendapatkan medali perak dari E.H.T. I. N.I.

Dalam tulisan Chr. C. Lindenaar (Gedenkboek Middenstandsvereeniging Bandoeng, 1921-1931: 13-14), saya juga jadi tahu Joh Valkenet terlibat dalam Middenstandsvereeniging Bandoeng, terutama sebagai anggota “De Incasso-Commissie” bersama dengan J. Lutteken, J. A. Th. Pieneman, H. J. M. Koch, E. F. A. Rosberger, dan H. van Erven. Menurut Lindenaar, pada 1920 di Bandung didirikan asosiasi para pedagang (Winkeliersvereniging). Karena tidak berkembang dan punya saingan organisasi yang sama di Surabaya, asosiasi pedagang di Bandung tersebut kemudian berubah nama menjadi Middenstandsvereeniging Bandoeng atau asosiasi kelas menengah Bandung berdasarkan rapat 5 April 1921. Saat itu, yang terpilih menjadi ketuanya adalah Schlahmilch, Haccou (sekretaris), Croon (bendahara), Visser dan Hagelsteens sebagai komisaris.

Terkait kepindahannya ke Jalan Pasirkaliki, saya mendapatinya dalam Telefoongids Bandoeng (Preanger) - Januari 1936. Dalam buku panduan nomor telepon tersebut disebutkan bahwa nama lengkap usahanya adalah Brood-, beschuit-, ontbijtkoek- en banketfabriek, kantoor en fabriek di Pasirkalikiweg 45 dengan nomor telepon Bd 1185, sementara itu Joh sendiri tinggal di Pasirkalikiweg 43 dengan nomor telepon Bd 1888.

Dari penelusuran saya di atas, informasi terkait pembuat roti tersohor di Bandung tempo doeloe itu jadi bertambah. Saya dapat melengkapi keterangan baik dari Haryoto Kunto maupun Sudarsono Katam, termasuk unsur biografisnya yang absen dalam keterangan keduanya. 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//