Data Lengkap Perubahan Suhu Rata-rata Kota Bandung 1975-2020, Bertambah 3 Derajat Celcius dalam 46 Tahun!
Dari 22,6 derajat Celcius pada 1975, suhu rata-rata Kota Bandung menjadi 25,69 derajat Celcius pada 2020. Aktivitas lokal dan pemanasan global menjadi penyebab.
Penulis Sarah Ashilah3 Agustus 2021
BandungBergerak.id - Bandung tumbuh dan berkembang sebagai kota modern yang dianugerahi keindahan alam tiada dua di sekelilingnya. Pemandangannya yang elok dan udaranya yang sejuk memikat siapa saja. Warga dibuat betah, pengunjung menagih untuk kembali datang.
Us Tiarsa dalam pengantar bukunya Basa Bandung Halimunan (2011) mengenang bagaimana nyamannya hidup di Bandung ketika menghabiskan masa kecil di tahun-tahun 1950-an hingga 1960-an. Berjalan kaki dari ujung satu ke ujung lainnya tidak membuat lelah.
“Udaranya segar dan teduh oleh pepohonan. Kendaraan tidak semrawut. Setiap pagi kota diselimuti kabut,” tulisnya.
Namun, seperti kota-kota lain di Indonesia, dan juga dunia, Bandung mengalami tren kenaikan suhu dalam laju signifikan. Pembangunan yang tidak terkendali, yang disertai alih fungsi lahan, berdampak pada makin panasnya udara. Bandung bukan lagi kota yang sama yang ditinggali Us Tiarsa di masa kecilnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Bandung memiliki catatan lengkap perubahan suhu sejak tahun 1975. Ketika itu, suhu rata-rata Kota Bandung ada di angka 22,6 derajat Celcius. Suhu ini sekaligus suhu paling rendah di kurun tersebut.
Suhu rata-rata tertinggi tercatat di tahun 2020, yakni 25,69 derajat Celcius. Artinya, dalam kurun ‘hanya’ 46 tahun terjadi kenaikan suhu rata-rata di Kota Bandung hingga 3 derajat. Bisa dibayangkan bila tren ini terus berlangsung tanpa tindakan ekstra. Seabad mendatang suhu rata-rata Kota Bandung bakal ada di angka 31 derajat Celcius!
“Seperti terjadinya anomali di tahun 2020. Gangguan global berupa El-Nino skala kuat menyebabkan musim kemarau yang panjang, atau cuaca ekstrem di Kota Bandung dengan suhu mencapai 36 derajat Celcius di bulan April 2020,” tutur Iid Mujtahiddin, peneliti cuaca dan iklim sekaligus prakirawan BMKG Kota Bandung, Kamis (29/7/2021).
Ada tiga parameter suhu untuk mengetahui temperatur rata-rata di suatu tempat, yakni termometer bola kering untuk mengukur suhu rata-rata, termometer maksimum untuk mengetahui suhu tertinggi, dan termometer minimum untuk mengukur suhu terendah. Ketiga parameter tersebut pun selalu menunjukkan kenaikan suhu di atas permukaan bumi.
Iid membenarkan fenomena kenaikan suhu rata-rata di Kota Bandung. Tren pemanasan global juga bisa diamati dari pergeseran musim, kejadian ekstrem cuaca, dan tinggi permukaan laut.
Baca Juga: Data Suhu Rata-rata Kota Bandung 2014-2020, Memanas dalam Dua Tahun Terakhir
Data Kelembaban Udara Rata-rata di Kota Bandung 2014-2020, Terendah di Tahun 2019
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat Meiki W. Paendong menyebut dua aspek yang mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata per tahun di Kota Bandung. Yang pertama aspek makro, yakni pemanasan global. Kedua, aspek mikro yang bersumber aktivitas manusia di Kota Bandung. Keduanya saling terkait. Akumulasi dari aspek mikro turut berkontribusi terhadap aspek makro.
Selain polusi udara bersumber asap kendaraan bermotor yang memproduksi gas emisi rumah kaca, Meiki juga menyebut kawasan-kawasan industri di sekitar Kota Bandung, seperti di daerah Rancaekek, Cicalengka, dan Baleendah, turut berperan pada peningkatan suhu rata-rata dan pencemaran udara di Kota Bandung.
“Itu baru bicara gas emisi rumah kaca yang berasal dari dua faktor besar, yakni kendaraan bermotor dan industri. Belum lagi kawasan komersial seperti hotel dan pusat perbelanjaan,” ujarnya, Jumat (30/7/2021) siang.