• Buku
  • BUKU BANDUNG (12): Kibaran Merah Putih di Gedung DENIS

BUKU BANDUNG (12): Kibaran Merah Putih di Gedung DENIS

Banyak kejadian penting yang mendahului peristiwa Bandung Lautan Api (BLA). Salah satunya, aksi heroik di Gedung DENIS yang belum banyak diketahui orang.

Sampul buku Merah Putih di Gedung Denis (2015) karangan Enton Supriyatna Sind dan Efrie Christianto. Buku ini mengungkap peristiwa heroik yang mendahului Bandung Lautan Api (BLA), yang belum banyak diketahui orang. (Foto repro: Hernadi Tanzil)

Penulis Hernadi Tanzil17 Agustus 2021


BandungBergerak.id - Setiap kota memiliki kisahnya sendiri dalam album besar perjuangan bangsa ini. Kota Bandung pun memiliki banyak kisah heroik dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Yang paling dikenal dan diingat orang hingga kini adalah peristiwa Bandung Lautan Api (BLA). Ketika itu rakyat dan para pejuang Bandung memilih untuk membumihanguskan kota daripada harus menyerahkannya kepada pihak Sekutu sesuai dengan kesepakatan yang diambil pemerintah pusat.

Di balik kejadian besar terserbut, ada peristiwa-peristiwa lain yang mendahului. Salah satunya, pengibaran bendera merah putih dan perobekan bendera Belanda di menara Gedung DENIS (De Eerste Nederlandsch-Indische Spaarkas atau PT. Bank Tabungan Hindia Belanda Pertama) di jalan Braga sekitar September-Oktober 1946. Pelakunya adalah Bari Lukman, Endang Karmas, dan Mulyono.

Sayangnya, peristiwa tersebut jarang diungkapkan secara memadai. Bahkan nyaris dilupakan orang. Kalaupun ada, catatan tentang peristwia tersebut hanya berupa kutipan pendek dari sebuah tulisan atau buku-buku yang membahas perjuangan rakyat Bandung.

Bersyukur, telah terbit sebuah buku yang secara khusus membahas peristiwa heroik di Gedung DENIS Bandung yang serupa dengan peristiwa pengibaran bendera merah putih di hotel Oranje Surabaya itu. Judulnya Merah Putih di Gedung Denis: Catatan Tercecer di Awal Kemerdekaan (2015). Dilengkapi dengan puluhan foto, buku karangan dua wartawan senior Enton Supriyatna Sind dan Efrie Christianto ini dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu  Hikayat Gedung DENIS, Merah Putih di Gedung DENIS, dan Bukan Kabar Bohong.

Di bagian pertama, dideskripsikan sejarah berdirinya Gedung DENIS, kini kantor Bank BJB, yang merupakan karya pertama arsitek terkenal kelahiran Belanda A. F. Aalbers pada tahun 1936. Gedung yang berada di persimpangan Jalan Braga dan Naripan tersebut hingga kini masih berdiri megah dan tetap dalam bentuk aslinya berupa "corak ombak samudera" yang serupa dengan corak bangunan Hotel Homan yang memang sedang tren saat itu.

NV DENIS sendiri didirikan oleh orang-orang Boer berkebangsaan Belanda yang memberontak melawan penguasa Inggris di Afrika Selatan. Setelah mereka bebas dari penjara, orang-orang Boer itu memilih tinggal di Hindia daripada pulang ke Afrika Selatan. Mereka tinggal dan mendirikan berbagai perusahaan di Bandung, antara lain BMC (Bandung Melk Centrale), koperasi susu pertama di Hindia, dan NV DENIS. Selain sejarah gedung DENNIS, bagian pertama buku ini menyinggung juga riwayat jalan Braga, karya-karya Aalbers lainnya di Bandung, dan kota Bandung sebagai museum arsitektur di mana banyak bangunan-bangunan cagar budaya karya arsitek-arsitek terkenal Belanda.

Pengibaran dan Perobekan Bendera

Di bagian kedua, barulah buku ini secara khusus mengupas peristiwa heroik pengibaran bendera merah putih dan perobekan warna biru bendera Belanda. Pengibaran bendera merah putih di gedung DENIS yang saat itu menjadi tempat favorit bagi warga Bandung untuk mempertahankan harga diri bangsa dilakukan oleh Bari Lukman pada tanggal 18 Agustus 1945 pkl. 13.00 WIB. Itulah pengibaran bendera merah putih untuk pertama kalinya di Bandung setelah proklamasi dibacakan.

Sementara itu, insiden perobekan bendera Belanda terjadi sekitar bulan September-Oktober 1945, dilakukan oleh Endang Karmas dibantu beberapa temannya di tengah desingan muntahan peluru yang ditembakkan tentara Belanda dari Hotel Homan. Berikut kesaksian Endang Karmas sebagaimana termuat di dalam buku Merah Putih di Gedung Denis:

“Sampai di atas itu, lalu megang tiang bendera sampai ke atas... Lalu  terjadi tembakan. "Awas dari Hotel Homan," katanya. Wah panik, akhirnya tidak keburu apa-apa. Jangankan untuk membuka bendera, untuk membawa apa-apa pun tidak ada kesempatan. Untung saja bendera itu terkulai. Saya pegang ujungnya. 'Mul coba ambil nih..pegang..pegang! Nah saya buka bayonet Belanda, disobek-sobek aja gitu. Disobek-sobek hingga jadi warna merah putih lagi, tapi masih banyak birunya. Rusak gitu. (kain warna birunya tercabik-cabik,pen)” (halaman 86)

Selain kisah dan kesaksian tentang pengibaran dan perobekan bendera, bagian kedua buku ini membahas juga asal mula ejekan "Peuyeum Bol" terhadap pejuang Bandung. Ejekan yang menyakitkan karena peuyeum dimaknai sebagai yang lembek, tidak bersemangat, dan tidak memiliki daya juang. Ejekan tersebut awalnya dilontarkan oleh Radio Pemberontak Surabaya yang identik dengan Bung Tomo, sehingga para pejuang Bandung saat itu menduga  kalau ejekan tersebut datang dari Bung Tomo. Benarkah? Buku ini menyajikan klarifikasi dari Bung Tomo yang menjelaskan dari mana dan siapa yang mencetuskan istilah yang sebenarnya dimaksudkan untuk membangkitkan semangat para pejuang Bandung tersebut. 

Masih di bagian kedua, terdapat bab khusus tentang kronologi terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api. Terdapat juga informasi tentang sejumlah koran yang memberitakan perkembangan keadaan di Bandung masa itu. Ada koran yang berpihak kepada Republik, tapi ada pula koran-koran yang memuji keberhasilan tentara Belanda dan menyebut para pejuang sebagai perusuh atau ekstrimis. 

Baca Juga: BUKU BANDUNG (11): Proklamasi, Sebulan kemudian di Bandung Anarki
BUKU BANDUNG (10): Ketika Wabah Mengubah Budaya Masyarakat Priangan
BUKU BANDUNG (9): Seorang Petapa dan 10 Malamnya di Kota Bandung

Pelaku dan Saksi

Buku Merah Putih di Gedung Denis ditutup dengan bagian "Bukan Kabar Bohong" yang menyajikan pernyataan para pelaku dan mereka yang pernah menyaksikan insiden perobekan bendera Belanda. Bagian ini ditutup oleh pendapat sejarawan Nina Herlina Lubis yang menyimpulkan bahwa walau terdapat berbagai versi dari para pelaku sejarah dan tidak adanya sumber tertulis atau dokumen resmi yang mencatat secara rinci peristiwa tersebut, bukan berarti peristiwa pengibaran dan perobekan bendera di Gedung DENIS adalah kabar bohong belaka.

Menyajikan sebuah peristiwa heroik yang jarang diungkap, buku Merah Putih di Gedung Denis sangat layak untuk diapresiasi oleh pembaca di masa kini. Secara lengkap dan komprehensif penulis membeberkan peristiwa-peristiwa sejarah sebelum dan sesudah aksi di Gedung DENIS sehingga pembaca bisa memperoleh gambaran utuh bagaimana keadaan Bandung di masa revolusi kemerdekaan saat ini.

Wawancara saksi-saksi sejarah yang masih hidup dan pengungkapan sumber-sumber tertulis baik yang pro maupun kontra terhadap peristiwa ini juga tersaji secara berimbang dan apa adanya. Pembaca bisa menyimpulkan sendiri apakah peristiwa tersebut memang benar terjadi atau hanya isapan jempol belaka.

Dengan mengetahui peristiwa sejarah yang pernah terjadi, diharapkan warga Bandung akan semakin mencintai dan memelihara kotanya.

Informasi Buku

Judul : Merah Putih di Gedung Denis: Catatan Tercecer di Awal Kemerdekaan
Penulis : Enton Supriyatna Sind & Efrie Christianto
Penerbit : Tatali
Cetakan : I, 2015
Tebal : 164 hlm
ISBN : 978-60-96971-4-8

Editor: Redaksi

COMMENTS

//