Orang Tua dan Sekolah di Bandung Tak Mudah Mendapatkan Vaksin Covid-19
Capaian program vaksinasi Covid-19 remaja di Kota Bandung terbilang masih sangat rendah. Sementara masyarakat masih kesulitan mengakses program vaksinasi remaja.
Penulis Boy Firmansyah Fadzri24 Agustus 2021
BandungBergerak.id - Wacana pembelajaran tatap muka (PTM) bagi pelajar di Kota Bandung kembali menguat beberapa hari terakhir. Meski begitu, rencana ini bukannya tanpa persoalan. Pasalnya, capaian program vaksinasi remaja di Kota Bandung terbilang masih sangat rendah. Sementara masyarakat masih kesulitan mengakses program vaksinasi Covid-19 remaja.
Seperti kita ketahui, selama pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia sektor pendidikan menjadi salah satu yang terdampak hebat. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang saat ini menjadi strategi adaptasi dalam menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar nyatanya tidak bisa dijadikan solusi dari segala permasalahan yang muncul selama ini.
Ade, selaku orang tua siswa di Bandung, mengatakan PJJ tidak efektif. Ia menilai, kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan sepenuhnya melalui platform digital telah memberika disrupsi bagi pendidikan, terutama dalam hal penyampaian pengetahuan dan pengawasan.
“Sekarang semua siswa harus punya gadget, sedangkan pengawasannya minim. Padahal kita tau dengan gadget anak bisa ngelakuin apa saja, bahkan lebih banyak yang menyenangkan yang bisa dilakukan dengan gadget selain belajar,” keluh Ade, saat dijumpai di kantor RW 05, kelurahan Babakan Asih, Bojongloa Kaler, Senin (23/8/21).
Di sisi lain, rencana PTM saat ini dinilai bukanlah solusi yang tepat mengingat risiko penyebaran Covid-19 masih tinggi dan capaian vaksinasi remaja khususnya di Kota Bandung masih jauh dari target. Sebelumnya, Forum Orang Tua Siswa (Fortusis), menyatakan keberatan atas rencana Dinas Pendidikan Jawa Barat yang akan membuka pembelajaran tatap muka.
“Melihat perkembangan pandemi Covid-19 yang masih tinggi Mortality Rate per hari masih tinggi. Fortusis merasa keberatan, karena anak usia sekolah dan tenaga pendidik masih banyak yang belum mendapatkan vaksin,” kata siaran pers Fortusis, Minggu (22/8/2021).
Dilansir dari laman Bandung Command Center, Minggu (22/8/21), capaian vaksinasi remaja dengan rentang usia dua belas hingga tujuh belas tahun di Kota Bandung baru mencapai 4,5 persen atau setara 10.749 orang remaja yang mendapatkan vaksin dosis penuh. Sementara, sebanyak 28.846 remaja lainnya baru mendapatkan vaksin dosis pertama atau setara dengan 12 persen.
Ade juga menyoroti program vaksinasi remaja yang sejauh ini belum bisa diselenggarakan secara masif. Beberapa kali Ade berupaya mencarikan vaksin bagi anaknya yang tengah duduk di bangku sekolah menengah kejuruan, namun, hingga kini anaknya belum juga mendapatkan satupun dosis vaksin Covid-19.
Baca Juga: Masyarakat bisa Daftar Vaksinasi Covid-19 di Laman SiVaksin Itenas Bandung
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Lebih dari 5.000 Pasien Positif Aktif
Sekolah Tatap Muka di Bandung masih Penuh Risiko
“Saya juga kesulitan mengakses vaksin untuk remaja. Di puskesmas terdekat katanya belum tersedia untuk remaja. Sementara adapun lokasinya jauh, di Setiabudi,” keluh Ade.
Dirinya berharap pemerintah segera bisa memastikan penyelenggaraan vaksin bagi remaja, sehingga bisa mempercepat penyelenggaraan PTM.
Agus Setia Mulyadi, selaku kepala sekolah SMA Negeri 17, mengakui adanya gangguan dari proses pembelajaran jarak jauh yang selama ini digelar. Disinggung mengenai wacana PTM yang sedang digodok pemerintah daerah, Agus mengaku sangat mendukung dan siap berpartisipasi dalam rangka memutus penyebaran virus Covid-19 di Kota Bandung khususnya di lingkungan sekolah.
“Iya kami selaku praktisi pendidikan dan tenaga pengajar terus terang sudah sangat rindu kepada anak didik kami. Secara infrastruktur bisa dibilang kami sudah siap, mulai dari APD, hingga sarana cuci tangan dan disinfektan itu sejak awal sudah kami siapkan,” ujar Agus kepada BandungBergerak.id, Selasa (24/8/2021).
Meski sudah dikatakan siap dari segi sarana dan prasarana, Agus mengakui hingga saat ini masih terjadi kesulitan mengakses vaksin remaja yang dialami sebagian besar anak didiknya. Dirinya mengaku telah memberikan surat berupa laporan cakupan program vaksinasi remaja yang telah diterima sebagian kecil anak didiknya kepada Kantor Cabang Daerah (KCD) Dinas Pendidikan (Disdik) wilayah VII Provinsi Jawa Barat.
Saat ini, Agus tengah berupaya membantu percepatan vaksin remaja dengan membuka akses vaksinasi Covid-19 kepada instansi-instansi terkait. Namun, nyatanya usaha tersebut tidak semudah yang dibayangkan.
“Kami sedang berusaha untuk membuka akses vaksinasi terutama bagi anak-anak didik kami. Namun, rupanya tidak semudah itu. Rencananya kami akan segera membangun komunikasi dengan instansi terkait salah satunya TNI, kira-kira adakah pihak yang bisa memberikan kami stok vaksin untuk anak menggelar vaksinasi di sekolah kami,” tambah Agus.
Agus dan jajarannya juga telah menyiapkan strategi khusus bilamana di kemudian hari harus menggelar kegiatan belajar-mengajar dengan metode tatap muka. Rencananya, setiap tingkat hanya akan mendapat dua hari dalam satu minggu untuk belajar dengan metode tatap muka. Sisanya akan berlangsung secara daring. Sementara bagi orang tua murid yang keberatan, diperkenankan untuk memutuskan metode pembelajaran seperti apa yang dipilih.
“Menurut kami akan lebih efektif bila KBM dilaksanakan dengan cara demikian. Sehingga tidak terjadi pertemuan massa. Hal ini bisa membantu para siswa menerima materi pembelajaran dengan lebih optimal, terutama untuk pelajaran matematika dan mata pelajaran lainnya yang tidak mudah dipahami dengan cara daring. Tetapi kalaupun ada yang keberatan diperkenankan untuk memilih. Nantinya tugas kami dan dinas terkait untuk memastikan kegiatan belajar-mengajar berjalan dengan selaras baik daring maupun luring,” tambahnya.
Agus juga memastikan pihak sekolah selaku penyelenggara program pendidikan akan terus mengutamakan keselamatan bagi anak didik maupun seluruh warga sekolah umumnya. Untuk itu dirinya menghimbau kepada para orang tua murid untuk tidak terlalu khawatir.
“Kepada orang tua murid, kami telah siap menggelar PTM dengan standar protokol kesehatan sesuai rekomendasi pemerintah, kami selalu berupaya untuk mengutamakan kesehatan dan keselamatan para siswa dan tenaga pengajar,” tutup Agus.