• Kolom
  • MEMORABILIA BUKU (10): Keakraban Pasar Buku Sabuga 2006

MEMORABILIA BUKU (10): Keakraban Pasar Buku Sabuga 2006

Pasar Buku Sabuga, yang digelar pada 2006 dan 2007, berlangsung dalam suasana egaliter. Selain harga bukunya terjangkau, ada keakraban di antara semua yang terlibat.

Deni Rachman

Pemilik Lawang Buku, pegiat perbukuan, dan penulis buku Pohon Buku di Bandung.

Lapak LawangBuku di Pasar Buku Sabuga 2006 yang berlangsung tanggal 7–14 Oktober 2006 di Sabuga, Kota Bandung. (Foto: Deni Rachman).

19 September 2021


BandungBergerak.idSepanjang ingatan mengenai kronik perbukuan di Bandung antara tahun 2006-2007, pernah diadakan satu bursa buku bernama Pasar Buku Sabuga dengan sajian musik keroncong. Penyelenggaranya adalah Bacabaca Bookmart. Selain ada gelaran buku bak di pasar, hadir juga para penulis seperti Sudarsono Katam, Hermawan Aksan, J. J. Kusni, Mamat Sasmita, Hawe Setiawan, Alfathri Adlin, Sophan Adji, Dewi Sartika, dan Deden Himawan sebagai pengisi acara.

Berdasarkan sumber informasi berupa dokumen poster, flyer, foto kegiatan, jejak digital, dan wawancara via telepon dengan Andry Haryanto, salah seorang pendiri Bacabaca Bookmart, diketahui bahwa Pasar Buku Sabuga ini pernah terselenggara dua kali yaitu tanggal 7–14 Oktober 2006 dan 29 September–3 Oktober 2007.

Poster Pasar Buku Sabuga ke-1 tahun 2006. Ajang buku ini mencoba menghadirkan konsep pasar dikolaborasikan dengan acara diskusi buku, film, dan musik (Sumber: dokumentasi Deni Rachman)
Poster Pasar Buku Sabuga ke-1 tahun 2006. Ajang buku ini mencoba menghadirkan konsep pasar dikolaborasikan dengan acara diskusi buku, film, dan musik (Sumber: dokumentasi Deni Rachman)

Berawal dari Dago Festival 2004 dan Wisata Buku

Sore itu di tahun 2005 saya duduk ngobrol bersama Adjo, Andry yang sering dipanggil Ateul, Meb, Sugeng, dan seorang pengunjung toko di depan Bacabaca Bookmart. Andry adalah pengelola Bacabaca selain Nanang. Kemudian hari Adjo dan Soleh bergabung mengelola toko. Entah apa topik obrolan ringan kami saat itu, yang jelas pagar duduk di selasar depan Sabuga itu menjadi tempat favorit sembari mengaso dari penat dan panasnya Bandung.

Sesaat sebelum pulang, saya masuk menelisik buku-buku dan membelinya. Buku-buku di toko itu sebagian dipasok LawangBuku. Sebagian besar adalah buku-buku terbitan KPG. Buku Kesastraan Melayu Tionghoa yang berjilid-jilid dan Anna Karenina karya Leo Tolstoy tampak terpajang.

Dari penuturan Andry, pendirian Bacabaca Bookmart bermula dari Dago Festival 2004 yang diselenggarakan oleh Republik Entertainment besutan Kang Wawan Djuanda (wafat tahun 2010). Di tangan Kang Wawan, komunitas dan warga dilibatkan dalam sebuah festival yang menjadi ikoni kota Bandung. Dafest 2004 berjalan meriah dan sukses, tapi sekaligus menjadi penyelenggarakan yang terakhir karena berikutnya beralih menjadi Braga Festival. Andry yang terlibat di dalamnya sering bertukar pikiran dengan Kang Wawan untuk mendirikan satu perpustakaan berbasis komunitas. 

Setahun setelah Dafest, rintisan mendirikan perpustakaan itu mulai diwujudkan di Sabuga. Republik Entertainment mendapat kesempatan mengelola salah satu ruangan di sana. Namun karena tiadanya orang yang piawai mengelola, rintisan perpustakaan di Sabuga itu berubah menjadi toko buku. Berdirilah Bacabaca Bookmart.

Sebelum Pasar Buku Sabuga, di tahun awal pendirian berhasil diselenggarakan Wisata Buku Sabuga. Para pengunjung Bacabaca makin bertambah. Setahun kemudian, lahir dari ide bersama para pengelola Bacabaca, diselenggarakan Pasar Buku Sabuga.

Konsep Pasar Buku Sabuga sederhana, yakni mengundang siapa saja yang memiliki perhatian terhadap dunia literasi, termasuk buku, film, dan musik. Para peserta, baik yang melapak buku maupun yang mengisi acara, tak dikenakan biaya standar Sabuga. Hanya iuran dengan menyisihkan 10 persen dari hasil penjualan bagi para pekerja kebersihan dan keamanan di Sabuga. Menurut Andry, karena konsepnya berupa pasar, diharapkan para penjual buku menjual buku dengan harga yang murah atau terjangkau, disertai interaksi antara penjual, pembeli, dan pengisi acara.

LawangBuku turut serta dalam kedua ajang Pasar Buku Sabuga itu. Termasuk membantu menghubungkan Oom J. J. Kusni, salah seorang eksil penyair Lekra yang pernah tinggal dan mengelola Restoran Indonesia di Paris. Oom J. J. Kusni saat itu sedang berada di Kota Bandung dan ia bersedia mengisi salah satu mata acara diskusi di Pasar Buku Sabuga ke-2. Yang menjadi moderator diskusinya adalah Sophan Adji, salah seorang penulis buku sejarah terbitan Gramedia.

Obrolan santai di depan Bacabaca Bookmart, Sabuga. Tampak di foto dari kanan ke kiri: Adjo, Meb, Andry, dan seorang pengunjung toko (Sumber foto: Deni Rachman)
Obrolan santai di depan Bacabaca Bookmart, Sabuga. Tampak di foto dari kanan ke kiri: Adjo, Meb, Andry, dan seorang pengunjung toko (Sumber foto: Deni Rachman)

Rangkaian Acara Pasar Buku Sabuga ke-1 Tahun 2006

Berikut ini rangkaian acara dan para penjual buku di Pasar Buku Sabuga 2006 yang berlangsung 7-14 Oktober 2006 dari pukul 09.30–18.00 WIB:

  1. Kerontjong oleh Klinik Kerontjong

               KERONTJONG SENDJA

               Pukul 15.00-18.00 wib

  1. Bincang Buku oleh Dipan Senja & Renjana

               "The Last Self Help Book"

               Selasa, 10 Oktober 2006. Pukul 16.00 - 18.00 wib

               Bersama: Alfatri alfadrin (Editor) & Deden Himawan (Penulis)

  1. Bincang Buku Dadaisme & Natsuka

               Rabu, 11 Oktober 2006, Pukul 16.00 - 18.00 wib

               Bersama: Dewi Sartika (Penulis, Juara 1 Lomba Sayembara Novel DKJ)

  1. Bincang Buku + Performing Art Dyah Pitaloka

               Kamis, 12 Oktober 2006, Pukul 13.00 - 14.30 wib

               Bersama: Hermawan Aksan (Penulis), Heru Hikayat (Moderator), Inisiatif Sastra Balitong

  1. Bincang Buku Kaca Mata Kuda

               Jumat, 13 Oktober 2006, Pukul 13.00-14.30 wib

               Bersama: Ardian Syam (Penulis)

  1. Bincang Buku Ana Al Haqq

               Jumat, 13 Oktober 2006, Pukul 16.00 - 17.30 wib

               Bersama: Norma Harsono (Pecinta Spiritualitas) & Maya Safira Mochtar (Penulis)

              Dian Martin (Moderator)

  1. Launching Buku Bandung Kilas Peristiwa Di Mata Filatelis, Sebuah Wisata Sejarah

               + Performing Art / Shoot Speed

               Sabtu, 14 Oktober 2006, Pukul 13.00 - 15.30 wib

  1. Katam Kartodiwiro (Penulis), M. Sasmita (Budayawan) & Hawe Setiawan (Moderator)

               & Kill Light / We Are Televisions

  1. Videokudeta #1 (Pemutaran & Diskusi Film-Film Documenter)

               Video & Bincang Karya

               "Local DIY Touring Is Not So Hard To Do"

               Minggu, 8 Oktober 2006. Pukul 16.00 - 17.30 wib

               Bersama: Reclaim The Stairs, Anak Muda Production, Never Seen Vision

               Video & Bincang Karya

               "Sosok Wanita Tangguh"

               Senin, 9 Oktober 2006. Pukul 16.00 - 17.30 wib

               Keluarga Mahasiswa Jurnalistik Unisba

               Video & Bincang Karya

               "10 Jam"

               Selasa, 10 Oktober 2006. Pukul 16.00 - 17.30 wib

               Bolling

               Video & Bincang Karya

               "Potret Transmigrasi Singkawang"

               Kamis, 12 Oktober 2006. Pukul 16.00 - 17.30 wib

               Bersama: Raflesia News Video

               Video Launching & Bincang Karya

               "Biru Darahku"

               Sabtu,14 Oktober 2006. Pukul 16.00 - 17.30 wib

               Bersama: Irfanamalee

Areal bursa buku diikuti oleh: Ommunium, Lawang Buku Distributor, Agro Media & Gagas Media, Jalasutra, Galang Press, Media Pressindo, Saku, Reading Lights, Ombak Penerbit, Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Nexx Media, Kompas Penerbit, Elex Media, National Geograhic Indonesia, Cakra Bookmart.

Baca Juga: MEMORABILIA BUKU (9): Pameran Buku di Landmark Bandung sejak 2003 sampai Dihentikan Pandemi
MEMORABILIA BUKU (8): Pertama Kali Ikut Pameran Buku, Ketemu Andrea Hirata dan Andy Rif
MEMORABILIA BUKU (7): Festival Buku Asia Afrika dan Komunitas Baca Asian African Reading Club

Pasar Buku Sabuga terasa mengesankan, selain karena suasana egaliter pasar buku, juga karena peran para punggawa Bacabaca Bookmart. Andry, Nanang, Soleh, dan Adjo merupakan empat sekawan pengelola Bacabaca yang selalu menyapa pengunjung dengan senyum dan membuka obrolan-obrolan ringan seputar perbukuan. Mungkin perlu satu artikel khusus untuk mengupas jejak Bacabaca Bookmart ini langsung dari penuturan para pengelolanya. Terima kasih kepada Andry ‘Ateul’ Haryanto yang sudah membukakan jalan.

Salambuku!

Editor: Redaksi

COMMENTS

//