Pembangunan Kolam Retensi Kota Bandung Habiskan Dana Puluhan Miliar Rupiah, Warga masih Khawatir Banjir
Pemkot Bandung membangun kolam retensi di titik-titik banjir. Proyek yang berjalan hampir satu windu ini dinilai belum signifikan kurangi banjir.
Penulis Bani Hakiki29 September 2021
BandungBergerak.id - Musim hujan yang segera menyergap Kota Bandung Oktober 2021 mendatang diperkirakan bakal diikuti cuaca ekstrem. Sejumlah lembaga telah memperingatkan Pemkot Bandung dan warganya agar siaga menghadapi banjir yang sudah jadi langganan setiap tahunnya.
Menghadapi potensi bencana itu, Pemkot Bandung telah membangunan sejumlah kolam retensi atau retarding basin di beberapa titik krusial di Kota Bandung. Pembangunannya telah memakan waktu hampir satu windu dengan dana miliaran Rupiah.
Merujuk lama situs Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Rabu (29/9/2021), Pemkot Bandung telah menggelontorkan dana sebesar lebih dari 43 miliar Rupiah untuk keseluruhan proyek pembangunan kolam retensi. Namun, warga menilai pembangunan kolam retensi belum efektif mengatasi bencana banjir di wilayahnya masing-masing.
Sekretaris Jendral Bandung Mitigasi Hub (BMH), Firmansyah menyatakan bahwa pembangunan kolam retensi tidak bisa menjadi strategi utama untuk mengantisipasi dan menangangi permasalahan banjir Kota Bandung. Sebab, pembangunan kolam retensi sendiri bertentangan dengan kondisi tanah Kota Bandung yang mengalami penurunan (land subsidence) setiap waktunya.
“Penurunan tanah ini kita sebut land subsidence. Ya, kita gak bisa maksain (memperbanyak) pembangunan (kolam retensi) itu karena harus memperhatikan kondisi tanahnya. (Banjir) ini kan dampak dari pembangunan infrastruktur juga yang abai terhadap lingkungan sekitar,” tuturnya ketika dihubungi, Selasa (28/9/2021).
Meski demikian, Pemkot Bandung bersiteguh meneruskan pembangunan kolam retensi di titik-titik baru hingga tahun 2021 ini. Teranyar, kolam retensi di Jalan Bima, Kecamatan Cicendo, yang telah direncanakan dan dibangun sejak awal tahun tahun pagebluk Covid-19 pada 2020 kemarin.
Pembangunan kolam retensi Cicendo hingga kini masih dalam proses. Situs LPSE mencatat ada dua tender yang berkaitan dengan proyek 11 Juni 2021 yang dikerjakan di bawah satuan kerja Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung itu .
Tender pertama berjudul “Pengawasan Teknik Pembangunan Kolam Retensi Jl. Bima Kec. CIcendo” dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) senilai 215,4 juta Rupiah. Proyek ini dimenangkan oleh PT. Dutagraha Cipta Enjinering yang beralamat di Jalan Raden Singalodra, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu dengan harga terkoreksi sebesar 200,5 juta Rupiah.
Ada pula tender berjudul “Kolam Retensi Jalan Bima Kecamatan Cicendo” yang menorehkan nilai HPS mencapai 4,9 miliar Rupiah. Lelang proyek tersebut dinyatakan telah selesai dengan harga terkoreksi sebesar 3,7 miliar Rupiah. Pemenang tender ini CV. Cahaya Mandiri Utama, Jalan Mohamad Toha No. 367A, Bandung.
Menurut Suyono, salah seorang petugas teknis kolam retensi Cicendo, kolam retensi tersebut berukuran 1,2 kilometer persegi dengan kedalaman sekitar 3,5 meter. Kolam buatan ini diperkirakan bisa menampung volume air hujan lebih dari 4.000 meter kubik. Namun, Suyono menolak memberi keterangan lebih lanjut.
“Rencananya ini (kolam retensi) selesai dan bisa beroperasi sebelum tahun baru (2022). Sabar saja,” singkat Suyono, kepada Bandungbergerak.id, Rabu (29/9/2021).
Sejumlah warga di sekitar Jalan Bima tidak mengetahui persis informasi terkait pembangunan kolam retensi. Yang jelas, banjir masih terus mengintai wilayah CIcendo setiap hujan deras mengguyur.
Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Pemkot Bandung Siapkan 43 Miliar Rupiah untuk Melanjutkan Proyek Rumah Deret Tamansari
Lagi, Miliaran Rupiah APBD Kota Bandung untuk Pembangunan Gedung Gelanggang Generasi Muda (GGM)
Di Masa Sulit Pagebluk, Pemkot Bandung Survei Potensi Pajak dengan Biaya Miliaran Rupiah
Kolam retensi berfungsi sebagai penyimpan dan penampung air hujan yang tak tertampung sungaim tanah, dan menimbulkan banjir ke permukiman. Sayangnya, kolam retensi di Kota Bandung yang pembangunannya memakan dana miliaran Rupiah itu belum menjawab permasalahan banjir, seperti diakui warga Kompleks Sarimas, Kelurahan Sukamiskin.
Diketahui, pembangunan kolam retensi di sekitar Sarimas diresmikan oleh Dinas Pekerjaan Umum pada 2017. Nilai HPS untuk proyek pembangunan kolam seluas 60 meter persegi ini mencapai lebih dari 8 miliar Rupiah.
Faldy Rahadian (27), seorang warga Sarimas mengungkapkan tidak banyak dampak positif dari pembangunan kolam retensi. Padahal sebelumnya Pemkot Bandung menjanjikan sejumlah program dan dan rencana kalau kolam retensi telah jadi.
“Sebelumnya (kawasan) ini rawa biasa, tempat biasa warga mancing. Pas dibangun dulu, rencananya jadi penampungan air dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih. Tapi, gak ada lagi kejelasan,” ungkapnya ketika ditemui di kediamannya, Rabu (29/9/2021).
Dewasa ini, kawasan kolam retensi di Sarimas dimanfaatkan warga untuk menjadi tempat pemancingan dan budidaya ikan. Sedangkan banjir masih tetap membayangi wilayah tersebut ketika hujan deras datang.
Beralih ke wilayah lainnya di Rancabolang, ancaman banjir pun masih menjadi pemandangan umum bagi warga sekitar. Menurut Galih Su, seorang musikus folks yang tinggal diwilayah Jalan Ciganitri, kolam retensi Rancabolang tidak berdampak banyak karena kurang mendapat dukungan dari resapan-resapan lainnya, termasuk drainase.
Kenyataannya, semakin banyak jalan yang dibeton dan permukaan tanah yang tertutup tembok. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembanguan kolam retensi di Rancabolang tidak seefektif yang diharapkan. Banjir juga masih sering kali terjadi di sepanjang Jalan Ciwastra dari tahun ke tahun.
“Gimana banjirnya bisa hilang? Itu jalan-jalan dibeton tapi selokan, aliran airnya gak diperhatiin, malah ketutupan. Itu komplek-komplek pada kebanjiran setiap hujan gede (deras),” ujar Galih kepada Bandungbergerak.id, Rabu (29/9/2021).
Tak jauh dari Rancabolang, Pemkot Bandung juga telah meresmikan beroperasinya kolam retensi di Pasar Gedebage. Kawasan tersebut memiliki luas sebesar 2,8 kilometer persegi dengan tingkat kedalaman 3 meter. Daya tampungnya mencapai sekitar 4,3 ribu meter kubik.
Agung (33), seorang pedagang di Pasar Gedebage mengungkapkan bahwa masalah banjir di wilayah tersebut belum pernah tuntas. Padahal selain kolam retensi, di sana terjadi perombakan gorong-gorong sebagai drainase.
“Kalau hujannya deres di sini mah udah pasti banjir kayak biasanya aja. Jangankan hujan deres, hujan biasa aja kadang tetep weh ada genangan tuh sampai ke Jalan Panghegar. Ini ge (juga) kolam gak tahu tah dibangun untuk apa,” ungkap Agung, ketika ditemui di Pasar Gedebage, Rabu (29/9/2021).
Lelang Kolam Retensi dari Tahun ke Tahun
Merujuk data LPSE, pembangunan proyek kolam retensi Kota Bandung berjalan secara masif pada kurun waktu 2017-2018. Salah satunya pembangunan di Kompleks Sarimas, Keurahan Sukamiskin pada Agustus 2017.
Proyek pengawasan teknis pembangunan ini memiliki nilai sebesar 229,9 juta Rupiah dan dimenangkan PT. Syapril Janizar yang bermarkas di Kompleks Grita Winaya B-19, Pasirwangi, Bandung.
Tender selanjutnya terjadi pada bulan yang sama dengan HPS senilai 7,7 miliar Rupiah. Pemenang lelangnya jatuh kepada PT. Prasarana Tinular, Jalan Andes No. 82, Kompleks Pinus Regensi, Soekarno-Hatta, Bandung. Tidak ada keterangan harga terkoreksi yang tertera, hanya terlampir harga penawaran senilai 5,7 miliar Rupiah.
Setahun kemudian, Pemkot Bandung kembali meneruskan pembangunan yang menghabiskan dana APBD miliaran Rupiah tersebut. Pada bulan April-Mei 2018, tender pembangunan kolam retensi Sirnaraga dimulai.
Proyek pertama kolam retensi Sirnaraga dilelang dengan nilai HPS sebesar 251,9 juta Rupiah yang dimenangkan oleh perusahaan yang sama dengan pembangunan sebelumnya di Kompleks Sarimas. Namun data tender ini kurang lengkap, yang tertera hanya harga penawaran sebesar 244,2 juta Rupiah.
Tender pembangunan kolam retensi Sirnarga selanjutnya dengan nilai HPS mencapai 6,5 miliar Rupiah. Tender kali ini berhasil dimenangkan PT. Murni, Jalan Letjen. Suprapto No. 119/F, Kabupaten Indramayu. Nilai harga penawarannya sebesar 5,4 miliar Rupiah.
Kolam retensi Sirnaraga memiliki ukuran luas sekitar 1 kilometer persegi dengan kedalaman 4 meter dari luas lahan mencapai 1,9 kilometer persegi. Kapasitas daya tampung airnya mencapai sekitar 3,3 ribu meter kubik.
Masih pada tahun 2018, Pemkot Bandung kembali menjalankan proyek pembangunan kolam retensi lainnya di Pasar Gedebage pada bulan Juni-Juli. Tender perencanaannya memiliki nilai HPS hingga 286,5 juta Rupiah. Pemenangnya PT. Muara Consult, Kompleks Bumi Pasundan No.28, Bandung, dengan nilai penawaran sebesar 277,8 juta Rupiah.
Pembangunan kolam retensi di Gedebage berlanjut ke proyek kedua dengan nilai HPS hingga 6,59 milar rupiah. Tender tersebut dimenangkan PT. Areabangun Putra Sejati yang bermarkas di Cipaganti Dream Land A-1, Jalan A.H. Nasution, Ujung Berung. Nilai harga negosiasinya sekitar 5,1 miliar Rupiah.
Sebelum ketiga proyek tersebut, pembangunan kolam retensi telah berjalan sejak tahun 2013. Beberapa proyek itu diketahui dibangun di Taman Lansia, Rancabolang, Andir, dan Cieunteung dengan dana APBD sebesar 4,3 milar Rupiah.
Kolam Retensi Komitmen Pemkot
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna mengungkapkan, pembangunan kolam retensi di Kota Bandung sebagai bentuk komitmen kuat demi membangun Bandung untuk mengatasi banjir. Pemkot melalui DPU Kota Bandung telah membuat kolam retensi di beberapa titik.
"Di Gedebage, Rancabolang, dan sekarang berproses di Jalan Bima, dan di Sukawarna itu 2019 terbangun," papar Ema Sumarna, dalam siaran pers, Senin 27 September 2021.
Tak hanya itu, antisipasi banjir juga dilakukan dengan pembuatan drumpori dan konservasi seperti yang dilakukan di Mandalajati, kemudian kerja sama dengan pemerintah pusat dalam menangani banjir di Jalan Pasteur.
Tapi hal yang paling utama dalam mengatasi banjir, kata Ema, yakni perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah dan menjaga lingkungan.