• Berita
  • PTM Terbatas Kota Bandung: Dinas Kesehatan Didesak Perketat Pengawasan

PTM Terbatas Kota Bandung: Dinas Kesehatan Didesak Perketat Pengawasan

Satgas Covid-19 di sekolah berharap dinas terkait turut memantau langsung pelaksanaan PTM Terbatas Kota Bandung.

Guru mendampingi siswi SMP Pasundan 1 saat pelaksanaan ujian Penilaian Akhir Tahun hari pertama secara online sekaligus simulasi pelaksanaan belajar tatap muka di Bandung, 7 Juni 2021. Para siswa siswi harus melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat sejak awal masuk sampai pulang sekolah. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Bani Hakiki30 September 2021


BandungBergerak.idPembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di Kota Bandung tengah menjadi sorotan karena adanya sekolah yang melanggar protokol kesehatan (prokes). Selain itu, tidak ada data testing, tracing, dan treatmen (3T) yang mengawal pelaksanaan PTM Terbatas Kota Bandung.

Epidemolog menyatakan, 3T merupakan kunci pengendalian Covid-19, selain vaksinasi dan prokes ketat 5M. Perlu diketahui 3T ideal adalah 1 berbanding 30 orang. Artinya, satu orang kasus positif dialkukan pelacakan kontak pada 30 orang, menurut standar WHO.

Ada pula permintaan dari Satuan Petugas (Satgas) Covid-19 sekolah agar Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, serta Satgas di tingkat kewilayahan untuk memantau keberlangsungan PTM Terbatas Kota Bandung.

Permintaan tersebut karena sumber daya manusia (SDM) sekolah terbatas. Mereka harus membagi tugas antara keberlangsungan kegiatan belajar-mengajar (KBM) di lingkungan dalam sekolah dan penegakan prokes.

Aspirasi dari para tenaga pendidik itu perlu segera mendapat respons dari pihak-pihak berwenang di tingkat pemerintahan. Gunanya yakni untuk memperkecil kemungkinan pelanggaran prokes dan menekan potensi penularan Covid-19 di area sekolah sehingga murid senantiasa terjaga kesehatannya.

Pemantauan tersebut terutama diperlukan di level sekolah dasar (SD), di mana tingkat kesadarannya belum sebesar murid di jenjang yang lebih tinggi.

Ketua Satgas Covid-19 SD Negeri 035 Soka Kota Bandung, Dede Dianto mengimbau agar berbagai pihak bisa terjun langsung ke lapangan, yaitu sekolah. Anggota Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kota Bandung ini menyatakan, cara tersebut lebih efektif ketimbang hanya mengandalkan Satgas di sekolah.

“Harapan saya controlling ke sekolah itu betul-betul ketat. Jangan sampai ketat di dalam tapi di luar longgar. Tolonglah, Dinkes melalui puskesmas, controlling itu harus real, jangan sebatas administrasi. Kalau perlu bantuan kenapa tidak? Kerjasama saja,” ujar Dede Dianto saat ditemui di lokasi, Kamis (30/9/2021).

Di SDN 035 Soka prokes sudah berjalan, didukung infrastruktur dan fasilitas kesehatan lainnya, mulai dari jamban layak pakai sampai tempat cuci tangan. Pihak sekolah juga menerapkan mekanisme masuk sekolah yang ketat dengan hanya memperboleh 20 persen dari total murid yang bisa mengikuti PTM di setiap kelas.

Waktu kegiatan KBM dipatok maksimal dua jam untuk dua mata pelajaran dengan jeda waktu 30 menit di antaranya untuk mencuci tangan dan menjalankan prokes lainnya. Sebelum memasuki lingkungan sekolah, setiap peserta didik wajib menghadapi Satgas Covid-19 yang telah dibentuk pihak sekolah untuk pengecekan suhu tubuh. Satgas Covid-19 di sekolah ini juga menyediakan sejumlah alat prokes seperti masker medis dan hand sanitizer.

Menanggapi aspirasi yang disampaikan pihak Satgas Covid-19 sekolah, Dinkes Kota Bandung dikabarkan bakal segera melakukan evaluasi terhadap PTM Terbatas yang telah berjalan selama hampir satu bulan.

Kepala Dinkes Kota Bandung, Ahyani Raksanagara menuturkan pihaknya saat ini bakal segera menerjunkan sejumlah personelnya menuju wilayah-wilayah di sekitar sejumlah sekolah di Kota Bandung. Tujuannya taklain untuk memperketat peninjauan kondisi PTM Terbatas Kota Bandung.

“PTMT tanggung jawab bersama, mulai dari siswa, orang tua, pihak sekolah, dan masyarakat untuk disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Kami dalam persiapan melakukan random pemeriksaan lab (surveilans) untuk mengetahui kondisinya. Pengawasan pelaksanaan (PTM) menjadi perhatian,” tutur Ahyani Raksanagara ketika, dihubungi, Kamis (30/9/2021).

Namun Dinkes tidak membeberkan data 3T yang dilakukan selama sebulan PTM Terbatas Kota Bandung.

Baca Juga: Universitas-universitas di Bandung Tanggapi Rencana Kuliah Tatap Muka
Keputusan Pembelajaran Tatap Muka seharusnya Melibatkan Anak-anak
Sekolah Tatap Muka di Bandung di Tengah Kekhawatiran Penularan Covid-19

Hoaks di Kalangan Orang Tua Murid

Temuan pelanggaran prokes dan tidak jelasnya data 3T selama penyelenggaraan PTM Terbatas diperburuk dengan tersebarnya hoaks di kalangan orang tua peserta didik. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang tidak mengizinkan anaknya mengikuti PTM di sekolah.

Walaupun demikian, para tenaga pendidik di sejumlah sekolah mengaku tidak bisa memaksakan kondisi yang dihadapi tersebut. Sekolah tetap mengedepankan hak dan izin orang tua murid sesuai aturan yang berlaku. Namun, penolakan itu justru bertolak belakang dengan antusias para peserta didik untuk kembali ke sekolah.

Anggota Satgas Covid-19 SD Negeri 201 Sukaluyu, Igun Ardiansyah mengungkapkan, berita hoaks terkait Covid-19 seringkali menumbuhkan ketakutan berlebih dari pihak orang tua murid. Meskipun begitu, respons tersebut dianggap wajar sebagai bentuk kekhawatiran.

Alhamdulillah, banyak orang tua yang mengizinkan anaknya mengikuti PTMT karena anak-anaknya bersemangat bertemu teman-teman dan kami tetap ketat memperhatikan jangan sampai ada kerumunan. Tapi, tidak sedikit juga yang menolak. Kebanyakan karena membaca informasi yang sumbernya sulit diverifikasi,” ungkapnya, saat ditemui di sela-sela berlangsungnya PTMT, Kamis (30/9/2021).

Padahal Satgas Covid-19 di SDN 201 Sukaluyu telah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang prokes. Pembatasan peserta didik pun dijalankan sesuai aturan yang diwajibkan oleh Pemkot Bandung dan pemerintah pusat. Semua proses kemudian dikomunikasikan kepada para orang tua murid.

Salah satu orang tua murid di SDN 201 Sukaluyu, Tania (30), mengakui banyak kabar miring seputar PTM dan Covid-19 yang tersebar melalui grup-grup Whatsapp dan media sosial. Ia menyarankan, perlu ada sosialisasi mengenai PTM dan Covid-19 yang lebih intens. Apalagi kondisi penularan Covid-19 di Kota Bandung yang sudah menyurut justru membuat warganya semakin abai terhadap prokes.

“Masalah informasi ini sangat-sangat penting untuk orang tua, soalnya seharusnya mereka yang lebih mengerti daripada anaknya sendiri. Covid sekarang kan katanya sudah mulai turun kasusnya, kegiatan juga sudah hampir normal. Jadi, lebih baik pemerintah itu bisa lebihs seing juga menyosialisasikan informasi yang benar,” ujarnya kepada Bandungbergerak.id, Kamis (30/9/2021).

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//