Sekolah Tatap Muka di Bandung di Tengah Kekhawatiran Penularan Covid-19
Pemkot Bandung menyatakan siap membuka sekolah tatap muka, ketika sejumlah kasus baru penularan Covid-19 masih terjadi setiap hari.
Penulis Emi La Palau21 Mei 2021
BandungBergerak.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menggenjot vaksinasi Covid-19 bagi tenaga pendidik di Kota Bandung. Dari total 36 ribu tenaga pendidik tingkat SD dan SMP, sudah 101 persen penyuntikan dosis pertama dan 75,6 persen dosis kedua per Rabu (19/5/2021). Dengan angka cakupan vaksinasi ini, Pemkot Bandung menyatakan siap membuka sekolah atau pembelajaran tatap muka (PTM).
Meski demikian, banyak ahli menegaskan bahwa vaksin bukanlah jaminan untuk menghindari penularan Covid-19 di masa pandemi. Tidak sedikit kasus baru Covid-19 yang menjangkit orang yang telah divaksin. Juga orang yang sudah kebal secara alami karena pernah terjangkit, bisa tertular kembali.
Di sisi lain, pembukaan sekolah tatap muka menyangkut anak-anak sekolah yang tergolong kelompok rentan. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jabar, Eka Mulyana mengatakan, anak-anak usia sekolah masuk kategori kelompok rentan bersama lansia. Apalagi sekarang ini vaksinasi belum diberikan kepada anak-anak.
Selain itu, tingkat pemahaman setiap anak berbeda-beda terhadap Covid-19, sebagaimana berbedanya pemahaman masing-masing orang tua mereka pandemi. Sehingga penerapan protokol kesehatan selama PTM belum tentu bisa maksimal.
“Dikhawatirkan terjadi transmisi pada anak usia sekolah, apalagi anak-anak untuk tingkat kedisipilinan bagaimana, pemahannya, edukasi sosialisasi itu jadi bahan pemikiran, kalau terjadi pertemuan di lingkungan sekolah,” ungkap Eka.
Eka menyarankan pemerintah tidak mengambil kebijakan menjalankan sekolah tatap muka di tengah penularan yang masih terbilang tinggi. “Iya, untuk mencegah kemungkinan terjadi peningkatan transmisi di anak usia sekolah, karena masalahnya di luar usai sekolah masih tinggi penyebaran, kita masih tinggi di Jabar.”
Pemerintah tidak bisa hanya berpegangan pada tingginya angka cakupan vaksinasi Covid-19. Sebab vaksinasi bukan jaminan dan tolak ukur bisa atau tidaknya menggelar PTM. Daerah yang akan menyelenggarakan PTM harus melalui kajian ilmiah yang mendalam, termasuk meneliti tingkat penyebaran Covid-19 di masing-masing daerah.
Orang Tua Murid Khawatir
Kekhawatiran terhadap penularan Covid-19 dilontarkan salah seorang orang tua siswa, Rani. Ibu dua anak yang masing-masing masih duduk di bangku SD dan SMP ini tidak setuju dengan pelaksanaan sekolah tatap muka dalam waktu dekat. Menurutnya, penyebaran virus corona masih tinggi, belum lagi dengan adanya virus mutasi yang marak di luar negeri.
“Angka penularan Covid masih tinggi, dan malah virusnya bermutasi. Saya tetap tidak setuju belajar tatap muka saat ini,” kata Rani kepada BandungBergerak.id, Jumat (21/5/2021).
Rani meminta pemerintah justru melakukan evaluasi terhadap metode pembelajaran jarak jauh yang telah berlangsung setahun. Pemerintah mestinya membenahi sistem baru yang lahir di masa pandemi ini.
“Saya tetap memilih daring dengan inovasi dan evaluasi dari metode yang sudah dilakukan semester kemarin. Ini situasi luar biasa, sedang pandemi. Perang dengan virus, tentunya hal-hal lain harus menyesuaikan diri, termasuk pendidikan untuk siswa,” ungkapnya.
Kalaupun pemerintah keukeuh mau menggelar PTM, Rani menyarankan agar diberlakukan secara hybrid atau bauran antara online dan offline. “Mungkin kombinasi saja ya, untuk beberapa murid yang memerlukan bisa diupayakan tatap muka.”
Baca Juga: Rencana Sekolah Tatap Muka di Bandung Terkendala Cakupan Vaksinasi Covid
Pemkot Bandung Klaim Stok Vaksin Covid-19 Aman
Vaksinasi Covid-19 Lansia di Bandung Lambat
Sekolah Juga Khawatir
Sekolah di Bandung kini memang tengah sibuk mempersiapkan PTM. Salah satunya, SD Negeri 035 Soka yang tengah menyiapkan sarana prasarana protokol kesehatan. Kepala SD Negeri 035 Soka, Agustin Aisyah mengatakan salah satu sarana yang disiapkan ialah tempat cuci tangan. Saat ini ada 40 titik tempat cuci tangan yang telah dibikin. Sarana cuci tangan itu tersebar di lantai dasar dan lantai dua gedung sekolah.
SD Soka memiliki 67 total tenaga pendidik, penjaga dan Tata Usaha yang semuanya tengah menjalani proses vaksinasi dosis kedua. Jumlah siswa SDN 035 Soka sebanyak 1.080 siswa, dengan total ada 36 rombongan belajar. Sementara per kelas diisi 30 siswa.
Untuk memastikan kesiapan dan izin dari orang tua, pihak sekolah telah membagikan angket kepada seluruh orang tua. Hasil angket baru akan terkumpul pada Senin (24/5/2021) mendatang. Menurut Agustin, dari angket itu pihaknya akan melihat berapa orang tua siswa yang setuju dan berapa yang tidak terhadap pembelajaran tatap muka.
Agustin menerangkan pelaksanaan sekolah tatap muka jika sekolahnya dinyatakan layak menggelar PTM. Selain pemberlakuan protokol kesehatan, masing-masing kelas akan diawasi petugas yang memantau setiap jam. Setiap siswa juga akan dicek suhu tubuhnya secara rutin.
Sesuai dengan anjuran dari Dinas Pendidikan, pembelajran dimulai dengan percobaan selama empat minggu, dengan total 25 persen kapasitas. Misalnya, jika perkelas ada 30 siswa maka yang akan mengikuti PTM ada 9 atau 10 murid, sementara siswa lainnya akan mengikuti kelas secara daring.
Pelaksanaan PTM tidak dilakukan secara bersamaan, melainkan terjadwal. Contoh, kelas satu akan masuk pukul 07.00 selama dua jam, kelas dua akan masuk pukul 07.30 selama dua, dan begitu seterusnya. Penjadwalan dilakukan untuk meminimalisir adanya kerumunan.
“Insya Allah, kalau dari fisik dan lainnya sudah siap, tapi tergantung penilaian dari Satgas, apakah layak atau tidak sekolah kami,” kata Agustin, kepada BandungBergerak.id, ditemui di kantornya di SDN 035 Soka, Jumat, siang.
Kalaupun ada orang tua siswa yang tidak mengizinkan anaknya mengikuti PTM karena khawatir terhadap penularan Covid-19 di sekolah, kata Austin, pihak sekolah tidak akan memaksa. Menurutnya, dinas pendidikan juga sudah menekankan tidak boleh ada pemaksaan PTM. “Mungkin orang tua yang agak risih, kita tidak akan memaksa, bagi yang mau saja.”
Meski begitu, sebagai kepala sekolah, Agustin tidak menampik terhadap kekhawatiran digelarnya PTM. Meskipun tenaga pendidik di lingkuangan sekolahnya telah divaksin, ia khawatir karena murid-murid masih belum divaksin. Namun pihaknya memastikan akan mencegahnya dengan penguatan pada protokol kesehatan.
“Bayak sekali (kekhawatiran), pasti itu mah, soalnya kan ibu guru sudah divaksin kan belum tentu mereka semuanya sehat, atau belum tentu mereka tidak akan terjangkit. Makanya kami memberikan prokes, sarung tangan, face shield, dan lainnya, tapikan anak-anak dari masyarakat itu yang jadi kekhawatiran,” kata Austin.
Siap di antara Temuan Kasus
Banyak pihak yang khawatir dengan PTM di masa pandemi. Meski kekhawatiran itu berusaha ditepis Pemkot Bandung melalui pernyataan-pernyataan kesiapan menggelar PTM. Yang terbaru, Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menyatakan Pemkot Bandung telah melakukan berbagai hal untuk PTM.
Salah satunya, menjadikan vaksinasi sebagai syarat mutlak pembukaan sekolah. Beriktunya, Pemkot melalui Dinas Pendidikan sudah melakukan simulasi dan Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak terkait pendidikan.
"Jadi pada dasarnya Pemerintah Kota Bandung sudah siap. Meskipun kita tetap menunggu regulasi dari pemerintah pusat. Tapi di sekolah sekolah itu infrastruktur prokesnya sudah disiapkan," katanya.
Sementara dari sisi kasus penularan Covid-19, jumlah kasus baru Covid-19 terus bermunculan di Kota Bandung. Terbaru, Dinas Kesehatan merilis 36 kasus positif Covid-19 berdasarkan tes acak rapid antigen pada masa libur lebaran kemarin. Mereka ditemukan di titik-titik keramaian, seperti gerbang tol, Kebun Binatang Bandung, dan lokasi demonstrasi. Temuan ini menunjukkan bahwa penularan Covid-19 semakin acak, bisa di mana saja.