• Kampus
  • Nasihat Nyoman Nuarta di ISBI Bandung: Janganlah Material dan Teknologi Menguasai Kita

Nasihat Nyoman Nuarta di ISBI Bandung: Janganlah Material dan Teknologi Menguasai Kita

Nyoman Nuarta menyampaikan bahwa seni harus memiliki identitas. Tanpa identitas, orang akan meragukan keaslian suatu karya.

Nyoman Nuarta mengisi kuliah umum di ISBI Bandung bertajuk Menemukan Identitas dan Kreativitas Generasi Muda Lewat Seni Budaya, Kamis (2/9/2021). (Dok. ISBI Bandung)

Penulis Iman Herdiana1 Oktober 2021


BandungBergerak.idSeniman patung Nyoman Nuarta mengisi kuliah umum (studium generale) di kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Ia bercerita tentang proses pembuatan karya-karyanya, dan memberi nasihat dalam berkarya. Antara lain, bagaimana menyikapi materi dan teknologi yang berkembang pesat saat ini.

“Janganlah material dan teknologi yang menguasai kita, akan tetapi kita manfaatkan teknologi tersebut untuk dapat menguasai material sehingga mendapatkan hasil yang maksimal,” kata seniman pembuat patung Garuda Wisnu Kencana tersebut, dalam kuliah umum virtual di ISBI Bandung bertajuk “Menemukan Identitas dan Kreativitas Generasi Muda Lewat Seni Budaya”, Kamis (2/9/2021), dikutip dari laman resmi ISBI Bandung, Jumat (10/1/2021).

Pada kesempatan tersebut, Nyoman Nuarta menyuguhkan video singkat teknik pembuatan patung yang mengundang decak kagum para peserta kuliah umum. Karya seniman lulusan ITB itu dinilai memiliki identitas sejati dan inspiratif.

Nyoman juga menyampaikan bahwa seni harus memiliki identitas. Tanpa identitas, orang akan meragukan keaslian suatu karya. Menurutnya, seniman harus mampu menjadi diriya sendiri. Begitu juga suatu bangsa yang harus mempunyai harga diri akan memiliki kedaulatan yang didasari oleh identitas bangsa tersebut melalui seni budaya yang dimilikinya.

Untuk melahirkan identitas tentu diperlukannya ide yang diawali dengan ketertarikan akan suatu hal seperti politik, lingkungan, sosial, atau kondisi yang kini dihadapi, yaitu pandemi Covid-19.

“Memang kalau kita tidak tertarik pada sesuatu, ya nggak mungkin ide itu ada,” tutur Nyoman.

Baca Juga: NGULIK BANDUNG: Riwayat Situ Cileunca, Jurang yang Kini Menjadi Tujuan Wisata Ternama
Jejak Islamisasi di Tatar Sunda dalam Pribahasa dan Mitos
Ingatan Masa Kecil 1965-1970 (26): Kegembiraan di Malam Purnama

Tanpa adanya ketertarikan akan suatu hal, mustahil ide itu akan muncul. Tanpa ide, tidak akan ada penciptaan karya. Hal ini menurutnya menjadi doktrin paling sakral dalam dunia kesenian. Artinya, tanpa ide, sia-sialah seorang seniman dalam menciptakan karya. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda yang harus diasah sekeras mungkin untuk mendapatkan penemuan-penemuan baru.

“Ide itu boleh saja ada, tapi bagaimana kita mengejawantahkan ide itu tanpa ada suatu experience, tanpa ada suatu pengalaman dalam mengolah material misalnya, menguasai teknologinya ya, ini penting. Mastering technology itu penting sekali. Misalnya di studio saya bagaimana cara kita mengelas patung itu sehingga bisa berbentuk dengan cara lasan, tidak dicetak tapi kita mengelas. Nah ini perlu keterampilan yang diasah terus-menerus, tiap hari,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa material dan teknologi harus digunakan untuk dengan ide dan keinginan yang ada. Di sinilah pentingnya untuk tidak dikuasai material dan teknologi. Sebaliknya, senimanlah yang harus menguasai materi dan teknologi untuk menghasilkan karya maksimal.

Identitas yang dihasilkan sesungguhnya tidak berhenti sekadar menjadi corak, tetapi mengekspresikan sesuatu yang lebih dalam yang sifatnya sangat personal. Dan itulah yang selalu membedakannya dengan karya seniman lainnya.

Dalam mewujudkan karyanya dari skala kecil menjadi skala besar, ia menemukan teknik pembesaran yang telah dipatenkan dengan nama “Teknik Pembuatan Patung Organis dengan Mempergunakan Pembesaran Skala dan Pola Segmentasi” sejak tahun 1993.

Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Arthur Supardan Nalan, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Nyoman Nuarta atas paparan dan sharing pengalaman khususnya bagi mahasiswa ISBI Bandung.

“Ini menjadi siraman kreativitas, saya selalu melihat bahwa ini contoh yang penting untuk menyadarkan kita bersama, sadar pada jati diri dari sumber-sumber inspirasi Pak Nyoman kali ini, mudah-mudahan mahasiswa kami ikut juga kena siraman kreativitasnya dan yang paling utama, Saya kira studium sekarang ini akan terus dikembangkan supaya selalu berbeda, meminta pakar-pakarnya terutama pengalaman-pengalaman estetiknya,” tuturnya, pada kesempatan yang sama.

Studium generale yang dihadiri kurang lebih 517 peserta itu dibuka Rektor ISBI Bandung Een Herdiani. Ia mengatakan, tTradisi positif yang sudah melekat dengan kehidupan kampus di perguruan tinggi di Indonesia yang dinamakan studium generale merupakan tradisi yang pertama muncul di kampus-kampus besar di Eropa dan Amerika yang keilmuannya sudah mapan kala itu.

Studium generale sering diterjemahkan dengan kuliah umum yang penting yang dilaksanakan perguruan tinggi untuk menambah wawasan baru bagi sivitas akademika. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai kegiatan pembuka dari pembelajaran tahun ajaran baru.

“Kehadiran Bapak Nyoman Nuarta di kuliah umum ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi adik-adik mahasiswa untuk mandiri dengan keahlian seni yang serius didalami, yang nantinya akan memiliki  dampak ekonomi dalam kehidupan adik-adik kelak,” ucap Een Herdiani.

Een juga mengajak para peserta untuk memegang teguh kekuatan identitas bangsa Indonesia, jangan tergoda dengan identitas bangsa lain dan terus percaya diri untuk menjujung budaya bangsa. Salah satu upayanya adalah dengan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi seni yakni di ISBI Bandung yang dapat menguatkan keilmuan dalam bidang seni budaya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//