• Cerita
  • Pentas Pantomim Anak-anak di Kebun Ummasa bersama Wanggi Hoed

Pentas Pantomim Anak-anak di Kebun Ummasa bersama Wanggi Hoed

Rumah Belajar Ummasa mengenalkan teknik berkebun kepada anak-anak sebagai bagian dari kurikulum mengenal lingkungan.

Wanggi Hoed dan siswa Ummasa memainkan pertunjukan pantomime di kebun yang dikelola Rumah Belajar Ummasa, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jumat (1/10/2021). (Foto: Ahmad Abdul Mugits Burhanudin/BandungBergerak.id)

Penulis Putra Wahyu Purnomo2 Oktober 2021


BandungBergerak.idBeralatarkan hamparan jutaan lampu Kota Bandung di kejauhan, sekelompok anak bermain di sebuah kebun milik Rumah Belajar Ummasa, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jumat (1/10/2021). Udara dingin tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bermain dan menikmati malam dalam pementasan bersama seniman pantomim Wanggi Hoed.

Anak-anak dengan usia 3 sampai 8 tahun itu bermain dan berkeliling di area kebun raya. Mereka senang dan ceria saat memerankan apa saja yang ada dalam benaknya. Ada yang jadi kupu-kupu, tumbuhan, atau kumbang. Meskipun mereka sedang bermain, tak sepatah pun kata keluar dari mulut mereka, mereka tampak bicara melalui kepolosan dan tingkah alaminya, lewat gerak gerik, dan ekspresi menirukan imajinasinya.

Gambaran di atas adalah bentuk sederhana dari sebuah pagelaran pantomim berjudul Panen Raya, hasil kolaborasi antara Rumah Belajar Ummasa dan Wanggi Hoed, seniman pantomim Bandung. Pagelaran ini dipentaskan bertepatan dengan masa panen kebun di lingkungan sekolah yang berdiri di perbatasan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung itu.

"Jadi kebetulan pas sekali di akhir bulan ada panen gitu, ada umbi-umbian, ada beberapa hasil kebun yang ada di Ummasa," ujar Wanggi Hoed, ketika dihubungi seusai pentas Panen Raya.

Wanggi mengaku pentas kolaborasi bersama anak-anak ini menjadi satu pengalaman yang menarik dan memberikan satu pembelajaran bagi dirinya maupun anak-anak.

Pada proses kali ini, Wanggi coba membangun kesadaran dan daya imajinasi si anak lewat latihan dan pendekatan yang mengacu pada kondisi anak. Anak-anak diharapkan dapat mengembangkan imajinasinya dan menyadari apa yang sedang dilakukan sebagai seorang penampil. Hingga pentas berlangsung anak sudah memahami bahwa dirinya berada di situasi pementasan dan harus mengartikulasikan apa yang didapatnya selama latihan.

"Jadi bagaimana kita menghidupkan imajinasi yang ada di isi kepala kita gitu ya, dan anak-anak itu mampu untuk mewujudkan itu, mampu bermain-main dan menjadi dirinya sendiri," terang seniman pantomim dengan nama asli Wanggi Hoediyatno tersebut.

Bagi Wanggi, proses penajaman imajinasi bagi anak adalah hal yang penting. Anak-anak adalah entitas yang masih memiliki kebebasan dan daya imajinasi maupun menampilkan ekspresinya. Sedangkan imajinasi akan terus hidup pada diri manusia.

"Bahwasanya imajinasi itu penting ya, dan imajinasi akan terus hidup di semua mahkluk hidup, terutama manusia ya, nah apalagi di anak-anak," ujarnya.

Proses persiapan dan latihan untuk pagelaran ini berlangsung selama empat kali pertemuan, yang dimulai pada minggu pertama bulan September. Dalam prosesnya, Wanggi yang dibantu oleh pengajar menghadapi sejumlah kendala seperti anak yang tiba-tiba tidak ingin berlatih, malas, bosan dan lain sebagainya. Namun, hal tersebut bukan menjadi halangan, melainkan sebagai upaya menemukan gaya pembelajaran yang tepat bagi anak dalam proses pagelaran.

"Kesulitan ada, tapi kita coba siasati ya, jadi kesulitan itu akhirnya bisa kita siasati. Misalnya ada satu anak yang ga mau ikut atau tiba-tiba mood-nya berubah gitu kan ya namanya anak-anak, itu kita ikutin juga," pungkas Wanggi.

Baca Juga: Bandung Hari Ini: Aksi Seniman Pantomim Wanggi Hoed Dihentikan Polisi
Wanggi Hoed, Melawan lewat Pantomim
Fesyen Ramah Lingkungan versus Baju Lebaran

Sekolah alam Ummasa berkolaborasi dengan seniman pantomim untuk menampilkan pertunjukan bersama anak-anak. (Foto: Ahmad Abdul Mugits Burhanudin/BandungBergerak.id)
Rumah Belajar Ummasa berkolaborasi dengan seniman pantomim untuk menampilkan pertunjukan bersama anak-anak. (Foto: Ahmad Abdul Mugits Burhanudin/BandungBergerak.id)

Berkebun sebagai Kurikulum

Pemilihan nama Panen Raya sebagai judul pagelaran tentu bukan tanpa sebab. Kegiatan berkebun adalah salah satu materi yang diberikan oleh sekolah Ummasa kepada anak didiknya. Yuddha Swara, salah satu pengajar di sekolah Ummasa, menjelaskan bahwa berkebun akan melatih interaksi antara anak dan lingkungannya.

"Jadi setiap hari Kamis itu kan ada pelajaran berkebun ya, cuma itu tadi berkebunnya ini kan ga hanya literaly berkebun ya. Berkebun itu kan artinya menanam, menanan apa pun yang kita punya gitu kan, menanam kebaikan menanam apa pun, dan dari situ, kebetulan lagi panen ya sudah dikaitin deh panen ubi, terus pergelaran," terang Yuddha Swara.

Yuddha menambahkan, pada mulanya para siswa seringkali berbicara dalam nada tinggi atau setengah berteriak jika berkomunikasi dengan kawan-kawannya. Hal ini dipengaruhi juga oleh lingkungan. Dari situ ia terpikir untuk berkolaborasi dengan Wanggi Hoed, yaitu membuat satu pagelaran pantomim bersama anak-anak didiknya dalam rangka melatih komunikasi anak supaya terbiasa berkomunikasi dengan baik kepada kawan maupun lingkungan.

"Kita bisa loh berbicara tanpa harus berteriak, kita juga bisa berbicara tanpa harus ngomong, dengan mengeluarkan suara, bisa juga dengan bahasa tubuh gitu. Sama seperti tanaman, tanaman itu ngga ngomong kalau kita sayang tanaman dan tanaman sayang sama kita itu ga ngomong mereka, cara mereka ngungkapin sayang ke kita itu bisa lewat bunga, buah atau daun yang jadi sayuran. Begitupun sama kaya seni pantomim. Nah dari situ sih sebenarnya berangkatnya," terang Yuddha.

Tumbuhkan Keberanian pada Anak

Reza Fauzi, orang tua dari salah satu penampil mengungkapkan rasa bangga sekaligus terharu melihat anaknya yang berani tampil di depan banyak penonton. Reza mengatakan, latihan putranya selama dua bulan terakhir memberi hasil yang baik terhadap tingkat keberanian untuk menampilkan apa yang ia pelajari.

"Jadi seneng banget ya bisa gabung di keluarga Ummasa ini, maksudnya di kondisi saat ini anak-anak masih bisa terus bermain, mendapatkan ilmu-ilmu baru secara nyata gitu," ungkap Reza Fauzi, ditemui seusai pentas.

Pihak sekolah pun mengapresiasi antusiasme penonton terhadap kolaborasi yang dinilai mampu meralisasikan kesenian dan kreativitas sebagai materi ajar yang disukai siswa.

"Alhamdulillah kami sangat sangat-sangat senang gitu, teman-teman, para murid, orang tua murid juga sangat senang karena kita bisa merealisasikan sebuah kegiatan yang sifatnya seni dan kreatif. Ini yang mungkin jadi membuat anak-anak sangat senang belajar," ungkap Hardiansyah Putra Siji, Kepala Sekolah Ummasa.

Lelaki akrab disapa Ardy tersebut menambahkan, program pementasan tersebut bukanlah yang pertama digelar Ummasa. Namun kali ini berbeda karena tingginya antusiasme penonton terutama di lini daring. Seperti diketahui, pentas ini disiarkan secara virtual.

"Sebelumnya ada beberapa pertunjukkan juga gitu, cuma pertunjukan kita kan sifatanya internal. Tapi pada saat kita mengumumkan pertunjukan pantomim ini, antusias dan apresiasi itu dari beberapa kalangan ternyata banyak gitu, kami juga kaget ternyata tidak cuma dari pihak kita tapi dari pihak luar pun mengapresiasi lebih," sambung Ardy.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//