Aksi Menolak Kenaikan Harga BBM di Bandung, Mahasiswa dan Buruh Bersatulah!
Massa Aksi Kamisan Bandung mengajak semua kalangan untuk turun ke jalan. Sebab persoalan kenaikan harga BBM merupakan masalah semua orang.
Penulis Awla Rajul13 September 2022
BandungBergerak.id - Sejumlah elemen masyarakat di Bandung kembali turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM. Aksi ini sekaligus menegaskan bahwa demonstrasi menolak kenaikan BBM bisa dilakukan oleh siapa pun, mulai aktivis, mahasiswa, pelajar, buruh. Semua elemen diajak bersatu memicu perubahan.
Seperti aksi unjuk rasa sebelum-sebelumnya, lokasi yang menjadi sasaran demonstran kali ini adalah Gedung Sate dan Gedung DPRD Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Bandung, Selasa (13/9/2022). Massa aksi berasal dari Aksi Kamisan Bandung, aktivis Pembebasan Bandung, mahasiswa Unisba, dan beberapa pelajar yang mengenakan seragam putih abu.
Massa dari Aksi Kamisan Bandung mengawali demonstrasinya dengan peringatan September Hitam di depan Gedung Sate. Momen ini diperingati untuk menuntut negara agar segera mengusut kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu di mana beberapa kasus pelanggaran HAM berat terjadi pada bulan September.
Bahkan aksi Reformasi Dikorupsi yang menewaskan dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO), Sulawesi, Randi dan Yusuf, terjadi pada bulan September 2019.
Masih di Jalan Diponegoro, di depan Gedung DPRD Jawa Barat, mahasiswa dari Universitas Islam Bandung (Unisba) telah lebih dulu melakukan demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM.
Pegiat Aksi Kamisan Bandung, Fay, menjelaskan bahwa aksi ini dilakukan sebagai respons kemuakkan atas kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM. Akibat kebijakan ini, harga-harga kebutuhan pokok masyarakat ikut naik. Hal ini semakin memberatkan beban hidup rakyat.
"Kita lihat juga di beberapa aksi penolakan BBM kemarin juga represifitas aparat masih terjadi. Dan ini juga yang coba kita suarakan di aksi penolakan BBM hari ini," ungkap Fay.
Siring berjalannya unjuk rasa, massa Aksi Kamisan Bandung menempelkan poster-poster protes yang bertuliskan "Tuhan Kami Kenyang" dengan gambar ilustrasi pejabat yang kenyang dan lainnya. Massa aksi Kamisan Bandung juga secara simbolis memperlihatkan spanduk protes "Randi dan Yusuf Dibunuh Polisi" kepada petugas kepolisian yang menjaga gerbang DPRD Jawa Barat.
Fay juga mengkritisi perihal program Bantuan Langsung Tunai (BLT) subsidi BBM yang dinilai bukan solusi dan hanya agenda formalitas pemerintah. BLT subsidi BBM dinilai sebagai program yang tidak mendidik masyarakat.
Semua Diajak Turun ke Jalan
Massa Aksi Kamisan Bandung mengajak semua kalangan untuk turun ke jalan. Sebab persoalan kenaikan harga BBM merupakan masalah semua orang, masalah buruh, mahasiswa, pelajar, aktivis, dan rakyat umumnya.
"Dengan begitu, akan memperbesar kemungkinan keterlibatan setiap orang yang ingin ikut serta. Karena aksi ini bukan milik siapa-siapa dan tak ada pemimpin di dalamnya. Aksi ini milik kalian yang sama-sama resah. Tumpahkan dan bersenang-senang dengan katarsis masing-masing," ungkap massa aksi.
Saat aksi terjadi, dua siswa berseragam putih abu-abu ikut berorasi menyampaikan keresahannya perihal kenaikan BBM. Salah satu pelajar mengaku sehari-hari diberi uang jajan 20.000 rupiah per hari, setengahnya untuk bensin dan setengahnya untuk jajan. Namun kini tidak cukup lagi untuk bensin sebab harga BBM yang naik.
Selain itu, ia harus lama mengantre saat membeli Pertalite. Sebelum kenaikan harga BBM, pembelian Pertalite harus melalui antrean panjang karena adanya pembatasan volume. Setelah harga BBM antrean tersebut tak menyusut, sebaliknya malah bertambah panjang.
Baca Juga: Menaikkan Harga BBM Menyengsarakan Warga yang tak Punya Kendaraan
Kenaikan Harga BBM, Pukulan Serius bagi Dunia Pendidikan di Bandung
Mahasiswa Bandung Menuntut Penurunan Harga BBM
Pergerakan Buruh Mahasiswa adalah Kunci
Peserta aksi lainnya, Yusuf dari Pembebasan Bandung, menganalisa kenaikan harga BBM terkait erat dengan sistem ekonomi neoliberalisme yang dijalankan di Indonesia. Dalam sistem neolibralisme, semua peraturan diserahkan sepenuhnya pada pasar. Harga pangan, pendidikan, kesehatan, mengacu pada pasar. Ini ditopang dengan adanya Ombibus Law (UU Cipta Kerja).
"Nah, yang bahaya memang subsidi mayoritas akan dikurangi, karena negara dari situ dia bisa bertahan," ungkap Yusuf, saat ditemui setelah aksi di Unisba.
Terkait kenaikan BBM, hal ini sebenarnya menjadi momen bagi kapital untuk memanfaatkan ruang-ruang baru yang bisa diekspansi. Kapital membutuhkan penyegaran yang ditandai dan dipicu dengan krisis.
Makanya ia menekankan bahwa BBM sebenarnya bukan menjadi hal yang sangat fundamental. Yang cukup harus diperhatikan pula adalah bagaimana pemerintah menerapkan dan memandang sistem ekonomi dan siapa yang menjalankan negara.
"Sistem negara tertentu akan menunjukkan siapa yang berkuasa, secara teoritik begitu. Selama negara memang masih dikuasi oleh kaum borjuasi, pemodal yang memiliki aset kapital di mana-mana, memiliki privilege kekuatan politik, akses rakyat dalam politik diperkecil misal dalam UU Pemilu, ya itu selamanya juga sistem negara akan terus terseret ke arus kapitalisme," ungkapnya.
Makanya ia menekankan bahwa tidak akan ada harapan selama Indonesia dipimpin oleh kaum borjuasi. Solusinya adalah kekuatan buruh yang menjadi agen perubahan.
Mahasiswa biasanya dianggap sebagai agen perubahan karena bisa membuat perubahan dalam masyarakat. Namun di beberapa belahan dunia buruhlah yang merupakan aktor-aktor yang melakukan perubahan.
Di lain sisi, ia mengakui adanya pemisahan pergerakan antara mahasiswa dan kelas pekerja karena kebijakan yang sistematis perihal kurikulum belajar mahasiswa yang padat dan diorientasikan sebagai calon buruh.
"Yang penting sih harusnya pergerakan buruhlah yang menjadi tumpuan utama perubahan untuk Indonesia. Sebab mereka yang bisa menjalankan seluruh lini-lini ekonomi di Indonesia. Satu hari mereka mogok, mati Indonesia. Sudah seharusnya merekalah yang memimpin gerakan rakyat dan bahkan syukur-syukur bisa berkuasa, membentuk pemerintahan buruk dan rakyat," tegasnya.
Menurutnya, kaum buruh punya peran besar dalam melakukan perubahan. Mahasiswa diharapkan bisa berbagung dengan basis-basis buruh.