Satir Banjir Terowongan Cibaduyut, Kegagapan Pemerintah Membaca Alam
Banjir terowongan Cibaduyut diperparah dengan lemahnya koordinasi antarpemerintah daerah dan pusat. Kritik dan saran lama tenggelam di kolong jembatan.
Penulis Iman Herdiana23 September 2022
BandungBergerak.id - “Terowongan Cibaduyut lahir ketika tanah sedang terendam,” demikian postingan pertama akun Instagram Terowongan Cibaduyut, pada 15 November 2021, sebagai titi mangsa bahwa banjir di terowongan Cibaduyut, Kota Bandung, telah berlangsung lama sampai sekarang ketika hujan turun.
Kutipan tersebut hasil pelesetan dari kalimat mutiara M.A.W. Brouwer bahwa “Bumi Pasundan lahir saat Tuhan sedang tersenyum,” yang menggambarkan keindahan tanah Priangan. Kalimat M.A.W. Brouwer terpahat di dinding jembatan penyeberangan Jalan Asia Afrika, jantungnya Kota Bandung. Banyak warga yang melakukan swafoto dengan latar kalimat indah tersebut.
Tetapi bagi warga Cibaduyut di selatan Jalan Asia Afrika, keindahan Kota Bandung hanyalah catatan masa lalu. Sebab kini di kala musim hujan, warga Cibaduyut kerap merasakan kemacetan akibat banjir terowongan.
Terowongan Cibaduyut inilah yang menjadi latar penamaan akun Instagram Terowongan Cibaduyut yang isinya unggagan-unggahan berupa meme satir tentang banjir. Terowongan ini berupa jalan di kolong jembatan Tol Padaleunyi. Di lokasi ini juga sedang dibangun rute kereta cepat Jakarta Bandung.
Di tengah laju pembangunan infrastruktur nasional tersebut, banjir di kolong jembatan kerap terjadi. Bahkan disinyalir lebih parah. Masalahnya kian rumit karena kolong jembatan tol merupakan perbatasan antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Dengan kata lain, di terowongan Cibaduyut ada tiga kekuasaan pemerintahan, yakni Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Pemkab Bandung, dan pemerintah pusat sebagai pemilik tol dan kereta cepat. Masing-masing punya tanggung jawab untuk membereskan banjir.
Tetapi kesan yang muncul dari masalah banjir terowongan Cibaduyut adalah saling lempar tanggung jawab dan lemahnya koordinasi antarpemerintah. Akibatnya warga di perbatasanlah yang paling dirugikan. Mereka kerap terjebak banjir dan macet, banyak waktu yang terbuang jika kolong jembatan terendam.
Admin Instagram Terowongan Cibaduyut bersedia menjawab wawancara BandungBergerak.id melalui pesan DM Instagram, Kamis (22/9/2022) malam. Menurut admin, banjir di terowongan terjadi sejak lama sebelum dibentuknya akun Instagramnya. Tetapi belum ada upaya signifikan untuk menghilangan banjir.
“Iya kang, banjir sudah lama, yang jadi masalah adalah terkait kewenangan siapa yang harus bertanggung jawab. Apalagi ini di perbatasan wilayah dan di bawah tol nasional. Jadi seakan saling lempar tanggung jawab,” kata Admin Instagram Terowongan Cibaduyut.
Menurutnya, memang sudah terjadi kerja sama antara Pemkot Bandung dan Pemkab Bandung. Tetapi sebagai warga yang merasakan langsung dampak banjir terowongan, kerja sama lintas daerah itu belum terasa. Sebab banjir masih kerap terjadi.
Warga juga merasa dianaktirikan karena tinggal di perbatasan. Lain cerita jika mereka tinggal di dekat jembatan Jalan Asia Afrika di mana persoalan perbatasan tidak akan muncul.
Kecemburuan warga pinggiran inilah yang disuarakan akun Terowongan Cibaduyut. Sampai saat ini, akun tersebut telah mengunggah 67 meme satir tentang banjir di terowongan Cibaduyut.
Salah satu meme yang cukup menohok mengenai kedalaman banjir di terowongan Cibaduyut yang disebut jauh lebih dalam dari palung terdalam dunia.
“Tahukah Anda! Kedalaman banjir di Terowongan Cibaduyut mampu melebihi kedalaman palung terdalam di dunia. Saking dalamnya banjir di Terowongan Cibaduyut, kritik dan keluhan warga sampai tenggelam di sana,” kata salah satu memenya, dilengkapi grafis palung-palung dunia lengkap dengan kedalamannya.
Ada juga meme yang menyentil ketidakjelasan koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam menangani banjir di batas kota tersebut. Meme ini berisi gambar Avatar.
“Avatar pernah membantu penanganan banjir di teroongan Cibaduyut. Namun usahanya gagal karena terhambat ego sektoral dan ketidakjelasan kewenangan,” katanya.
Ada meme yang diambil dari film Titanic dengan judul berita: Breaking News, Berlatar Terowongan Cibaduyut, Sekuel Titanic dengan Kearifan Lokal Siap Rilis dengan Judul Titeuleum”. Meme ini dilengkapi gambar aktor Kate Winslet dan Leonardo DiCaprio sedang terombang-ambing di lautan sambil berpelukan.
Meme yang dibikin akun Terowongan Cibaduyut ada yang berbentuk video dengan pemeran dari tokoh-tokoh film hingga band, seperti Sponge Bob, The Beatles yang diplesetkan menjadi Therowongan Baduyut, Avangers, Tom and Jerry, Kapten Jack Sparrow, dan banyak lagi.
Salah satu satir terbaru berupa meme yang menanggapi rencana Pemkot Bandung membangun sumur resapan. Meme ini berbunyi, “Terowongan Cibaduyut Masih Banjir, Pemerintah Tambah Sumur Resapan Beserta Penunggunya”. Meme ini dilengkapi gambar terowongan Cibaduyut, tetapi di bagian tengah terdapat gambar sumur yang ada di film horor The Rings.
Pemkot Bandung memang berencana menambah sumur resapan di sekitar terowongan Cibaduyut. Rencana ini disampaikan setelah terowongan ini kembali kebanjiran pada pertengahan September lalu.
Kepala Bidang Pengendalian Daya Rusak Air Dinas Sumber Daya Alam dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Dini Dianawati menyampaikan, pembangunan sumur resapan Cibaduyut untuk penanganan banjir telah masuk pada tahap perjanjian kerja sama.
"Pemkot Bandung dan Pemerintah Kabupaten Bandung sudah bersepakat untuk membenahi Cibaduyut. Sebenarnya tahun 2020 Pemkot Bandung juga sudah membangun sumur imbuhan atau sumur resapan dalam," ujar Dini, dalam siaran pers Rabu, 14 September 2022.
Posisi terowongan Cibaduyut yang berbatasan dengan Pemkab Bandung juga menjadi kendala dalam penanganan banjir. Versi Pemkot Bandung, banjir terjadi karena saluran di Kabupaten Bandung sudah makin menyempit.
Pemkot sudah menyampaikan masalah drainase tersebut ke Pemkab Bandung. Pemkab Bandung disebut siap memperbesar saluran drainasenya.
Mengenai sumur resapan, Dini menyatakan pihaknya telah telah bekerja sama dengan Balai Air Tanah. Sehingga untuk konstruksinya menggunakan prototype yang sudah ada.
"Kita hanya butuh lahan seluas 6x4 meter untuk membuat sumur imbuhan sedalam 100 meter ke permukaan air tanah," tuturnya.
Selain rencana membangun sumur resapan, Pemkot Bandung mengklaim telah memperbaiki saluran drainase, dan intens melakukan pemeliharaan, pengerukan sampah, serta penambalan jalan.
Menurut Admin Terowongan Cibaduyut, pembuatan sumur resapan harus memperhitungkan kapasitas air banjirnya. Kalau kapasitasnya tepat, bisa saja sumur resapan ini mengurangi banjir di terowongan.
View this post on Instagram
Banjir Terowongan Cibaduyut dan Kereta Cepat Jakarta Bandung
Ada banyak faktor mengapa kolong jembatan tol di Cibaduyut kerap terendam banjir. Mulai dari isu sejarah dan lingkungan, penutupan jalur air karena pembangunan, pembangunan kereta cepat yang memperparah banjir, dan lemahnya perhatian pemerintah pada daerah perbatasan seperti Cibaduyut.
“Makanya kami ingin membuat sensasi lewat satire akun terowongan Cibaduyut ini,” kata Admin Terowongan Cibaduyut.
Pemkot Bandung maupun Pemkab Bandung disarankan agar melakukan penelitian yang akurat sebelum membuat solusi banjir, seperti sumur resapan. Penelitian terutama dilakukan untuk mengetahui volume air saat banjir, jalur air, termasuk memperhitungkan danau yang hilang, yaitu Situ Tarate, sebagai acuan.
Hasil penelitian harus dituangkan dengan membangun drainase atau tangkapan air yang tepat. Selain memerlukan kerja sama Pemkot dan Pemkab Bandung, pemerintah pusat juga harus punya andil membangun drainase. Sebab pemerintah pusat membangun jalur kereta cepat di sana.
“Seharusnya pembangunan jembatan kereta cepat di sana juga bertanggung jawab dengan kondisi di bawahnya. Jadi tidak hanya asal bangun rel kereta saja tapi membuat sistem drainase juga,” katanya.
Baca Juga: Memasak di Depan Gedung DPRD Jabar, Protes Kenaikan Harga BBM Berdampak pada Mahalnya Biaya Sekolah
Aksi Penolakan Kenaikan Harga BBM di Bandung Berujung Ricuh, Sejumlah Mahasiswa Belum Diketahui Keberadaannya
Menonton Bioskop Bersama Teman Difabel Bandung, Berharap Fasilitas Publik yang Ramah Disabilitas
Hilangnya Situ Tarate dan Kegagalan Membaca Alam
Admin Terowongan Cibaduyut juga memberikan tautan mengenai peta Situ Tarate di Cibaduyut di masa lalu. Sekarang Situ Tarate tinggal nama karena lokasinya telah berubah menjadi permukiman dan infrastruktur.
Tautan tersebut mengarah pada blog yang dikelola peneliti geologi, Muhammad Malik Ar Rahiem. Ia adalah anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung, tercatat sebagai mahasiswa program master jurusan Hidrogeologi Tropis dan Teknik Lingkungan di TU Darmstadt, Jerman.
Pada peta digital yang dikontruksi Muhammad Malik Ar Rahiem, tampak bahwa jembatan tol dan sekitarnya dahulu adalah bagian dari danau atau Situ Tarate. Artinya, terowongan Cibaduyut adalah salah satu dataran paling rendah di kawasan Cibaduyut sehingga dahulunya di sana terbentuk danau atau tangkapan air.
Pada artikelnya yang bertajuk “Danau-Danau di Kota Bandung”, Muhammad Malik Ar Rahiem menjelaskan bahwa dahulu Bandung memiliki banyak tubuh air, yaitu danau, salah satunya Situ Tarate yang luasnya 2,32 hektare.
Rahiem berhasil mendigitalisasi 73 tubuh air di Bandung yang kalau dijumlahkan luasnya mencapai 50,053 hektar atau 2.5 kali luas Komplek Tegalega (yang meliputi daerah di Jalan Inggit Garnasih, BKR, Jalan Otista, Jalan Moh Toha).
Jika seluruh kedalaman danau di Bandung masa lalu dijumlahkan, Rahiem mengeluarkan angka bahwa mereka akan mampu menyimpan air sebanyak 1 juta meter kubik! “Jumlah air sebanyak ini bisa mengisi 300 kolam standar olympic yang berukuran 50x25x3 m,” tulis Rahiem.
Ahli geografi T Bachtiar, dalam kolomnya di Pikiran Rakyat (Situ-situ di Bandung Selatan pada Peta Tahun 1931, 25 Januari 2020) menyebutkan peta topografi Bandoeng-Zuid yang diperbarui 31 Desember 1919 dan direvisi tahun 1931 menyatakan bahwa Bandung memiliki 45 situ, enam situ di antaranya memiliki ukuran paling besar. Situ Tarate di Cibaduyut merupakan salah satu danau terbesar itu.
“Dari 45 situ yang ada dalam peta Bandoeng-Zuid tersebut, terdapat enam situ yang memiliki ukuran yang besar, yaitu: Situ Gunting – Pasirkoja (panjang 625 m), Situ Tarate – Ciparay (panjang 400 m), Situ di sekitar Ciparay (panjang 500 m), Situ di sekitar Ciguriang – Citepus (panjang 650 m), dan Situ Hiang – Cisirung (panjangnya 375 m). Situ-situ itu kini tinggal nama. Kalaupun masih ada yang tersisa satu atau dua situ, ukuran dan volume airnya sudah sangat sedikit,” tulis T Bachtiar.
Dari uraian para pakar tersebut, bisa disimpulkan bahwa pembangunan Bandung hari ini tidak mengacu pada alam dan sejarah. Alam telah menunjukkan bahwa keberadaan danau tangkapan air amat penting bagi kehidupan Bandung. Namun kini tembok beton didirikan di mana-mana tanpa memperhitungkan aliran air.
Air pun tak mau disalahkan, seperti terlihat pada salah satu meme Terowongan Cibaduyut berjudul “Klarifikasi Siapa Sebenarnya Penyebab Banjir”. Dalam meme bergambar sosok air sedang podcast itu, dinyatakan bahwa “Air banjir terowongan Cibaduyut mengaku geram karena terus-terusan dituding sebagai penyebab utama banjir. Ia pun menuangkan segala keluh kesahnya dalam sebuah podcast di media sosial.”