CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #7: Semerbak Aroma Kopi Cicalengka
Kopi Cicalengka dipamerkan dalam acara Sapangadeg. Event ini menunjukkan kopi Cicalengka tidak kalah memikatnya dengan kopi-kopi lokal Jawa Barat.
Nurul Maria Sisilia
pegiat literasi di Rumah Baca Kali Atas yang tergabung dalam komunitas Lingkar Literasi Cicalengka, bisa dihubungi di [email protected]
5 Oktober 2022
BandungBergerak.id - Sabtu (1/10/2022) pagi itu saya telah sampai di Gedung Pertemuan Rakyat Siliwangi, Cicalengka, Kabupaten Bandung. Umbul-umbul acara seakan menyambut saya sepanjang lokasi. Saat memasuki gedung, dua orang penerima tamu menyapa saya sambil tak lupa memberi tanda masuk berbentuk gelang.
Memasuki ruangan, tampak stand UMKM berjajar di sebelah kiri pintu masuk. Yang tak kalah menarik tentu adalah stand kopi lokal khas Cicalengka yang berbaris sepanjang area sebelah kanan. Dari kejauhan sudah tampak para peramu kopi menyiapkan sajian kopinya. Beberapa pengunjung tampak sedang mengantre mencicipi kopi, beberapa yang lain tampak masih asyik melihat-lihat ragam kopi.
Tak lama, seorang barista berkaus hitam dan berapron cokelat diminta maju ke sebuah meja yang telah disediakan panitia. Terdapat aneka kopi serta alat-alat kopi di atas meja tersebut. Ia diminta menunjukkan keterampilannya menyeduh kopi menjadi sajian yang khas dan memikat kepada hadirin. Keterampilan sang barista berhasil memukau para penikmat kopi di ruangan. Sejumlah pengunjung mendekat dan mengelilingi barista itu untuk menyaksikan keahliannya serta mencicipi kopi hasil racikannya.
Acara yang saya hadiri itu bertajuk “Sapangadeg”. Perhelatan yang mempertemukan semua pegiat kopi ini berlangsung dari pukul 09.30 WIB dan dibuka dengan sambutan dari berbagai tokoh. Mereka adalah Camat Cicalengka Cucu Hidayat, Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Bandung Solihin, dan Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung Aten Sonadi. Wakil Bupati Bandung Sahrul Gunawan pun turut hadir dalam acara tersebut dan memberikan motivasinya. Hadirin diyakinkan bahwa kopi lokal khususnya dari Kabupaten Bandung seperti Cicalengka mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.
Kegiatan yang dilaksanakan bertepatan dengan hari kopi internasional itu merupakan gelaran ketiga setelah event serupa tahun 2020 dan 2021. Untuk tahun ini, event khusus kopi tersebut dikemas berbeda. Bekerja sama dengan Patriot Desa Kabupaten Bandung, Sapangadeg tak hanya menyajikan bazar dan diskusi kopi tetapi juga menyuguhkan penampilan seni budaya seperti seni musik karinding dari Sada Awi, seni musik celempung dari Kaboa Pariuk, serta pertunjukan teater.
Sapangadeg sendiri dalam bahasa Sunda bermakna satu pendirian atau satu tujuan. Menurut ketua pelaksana Sapangadeg, M. Fajar Nuriman, kata tersebut diambil sebagai nama acara dengan harapan mampu menjadi ajang komunikasi pegiat kopi baik pengolah, pengusaha kedai, maupun penikmat kopi. Lewat pertemuan pihak-pihak tersebut, diharapkan mampu terbangun satu visi yang sama yaitu menciptakan ekosistem yang sehat bagi kopi lokal Cicalengka.
Potensi Kopi Cicalengka
Menurut Fajar, Sapangadeg merupakan acara yang digagas oleh Lingkar Kopi Cicalengka (LKC). LKC merupakan sebuah wadah pagi para pegiat yakni dari pengolah atau prosesor kopi hingga konsumen kopi di Cicalengka. Fajar mengungkapkan bahwa hingga saat ini telah tercatat sebanyak 5 prosesor kopi dan 28 kedai kopi di Cicalengka yang tergabung dan turut memeriahkan Sapangadeg.
Hadi Miftahul Falah, seorang pengolah kopi dari Sesar Kopi, menceritakan kiprahnya menekuni pengolahan kopi di Cicalengka. Ia dan kawan-kawan di Sesar Kopi Desa Babakan Peuteuy telah serius mengolah kopi sejak 2020. Mereka fokus mengolah kopi yang berasal dari perkebunan kopi daerah Gunung Masigit Kareumbi atau disebut kopi Kareumbi. Selain di Gunung Kareumbi, perkebunan kopi di Cicalengka terdapat pula di Desa Nagrog yakni di Ciseupang; Bukit Suji; dan Bukit Serewen, dan Desa Dampit.
“Kami mengolah kopi tersebut dengan metode natural atau natural process namun juga berupaya berinovasi dengan metode lain” ujar Hadi, dalam diskusi di acara Sapangadeg.
Dewi Nur Aeni, pemilik Kedai Bonafe, pun turut menceritakan kisahnya di industri kopi khususnya kedai kopi dalam diskusi tersebut. Ia dan kawan-kawan mulai membuka Kedai Bonafe tahun 2019. Saat itu, Dewi melihat tren kopi sebagai sesuatu yang positif. Kehadiran kedai-kedai kopi khususnya di Cicalengka ia pandang sebagai kelahiran ruang-ruang publik yang dapat dimanfaatkan baik oleh masyarakat. Dewi dan kawan-kawan lantas memanfaatkan hal tersebut untuk menciptakan kafe yang menyuguhkan cita rasa lokal premium mulai dari kopi lokal hingga camilan lokal tradisional.
Berdasarkan paparan Hadi dan Dewi, tampak bahwa mereka merupakan representasi potensi kopi di Cicalengka. Keduanya menunjukkan bahwa sebenarnya Cicalengka telah memiliki potensi kopi yang mumpuni dari segala sisi, mulai dari sumber daya alam berupa perkebunan kopi hingga sumber daya manusia berupa pengolah dan pebisnis kopi. Hal yang kemudian menjadi pekerjaan rumah adalah membuat potensi-potensi tersebut tumbuh subur dan berkembang dengan baik di Cicalengka.
Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #6: Denyut Keroncong di Cicalengka
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #5: Nuansa Menjadi Mahasiswa Universitas Masoem
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #4: Bangunan Dulu Kini Tinggal Nama
Menciptakan Ekosistem
Sapangadeg menjadi ruang pertemuan yang baik bagi semua pihak sekaligus momentum untuk menciptakan ekosistem kopi Cicalengka. Tentu masih banyak hal yang perlu dikembangkan semua pihak di bidang kopi ini namun dengan terciptanya sebuah ekosistem yang baik perkembangannya dirasa akan lebih progresif.
Selepas acara Sapangadeg, Fajar pun masih memiliki harapan yang besar dari segi pengolahan dan pendistribusian kopi. Dari sisi pengolahan kopi, ia berharap terciptanya ruang komunikasi yang makin baik antara pengolah kopi dan pebisnis kopi. Hal tersebut diharapkan Fajar terus terjalin agar tercipta persaingan yang sehat di kalangan pebisnis kopi.
Dari sisi pendistribusian, Fajar berharap kopi Cicalengka dapat terserap secara menyeluruh di kedai-kedai kopi khususnya di Cicalengka. Setelah tersebar secara masif, Fajar berharap masyarakat luas pun dapat mengenal kopi Cicalengka sehingga terbentuk pasar bagi kopi Cicalengka. Diiringi dengan peningkatan kualitas kopi dan pengolahnya, diharapkan pula kopi lokal Cicalengka mampu bergema seperti saudara-saudaranya di Kabupaten Bandung misalnya kopi Patuha dan kopi Puntang.