• Kolom
  • CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #6: Denyut Keroncong di Cicalengka

CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #6: Denyut Keroncong di Cicalengka

Dari kelompok musik keroncong Kareueus, perlahan terbentuk grup keroncong di sekolah-sekolah Cicalengka. Sempat khawatir tergeser oleh genre musik lain.

Muhammad Luffy

Pegiat di Lingkar Literasi Cicalengka

Penampilan kelompok musik keroncong asal Cicalengka, Kabupaten Bandung, Kareueus saat tampil di acara Pasar Biru 2, pertengahan 2022 lalu. (Foto: Muhammad Luffy/penulis) )

28 September 2022


BandungBergerak.idPerempuan muda itu muncul diam-diam dari balik panggung. Tangannya memegang mic sebelum tepuk tangan bersorak dari para penonton. Setelah musik dimainkan selama hampir satu setengah menit, mulailah perempuan itu bernyanyi dengan suara merdu mengikuti nada-nada keroncong. Semua mata tertuju kepadanya, juga kepada para pemain musik yang menampilkan alunan keroncong bernuansa Sunda.

Iis, perempuan yang menjadi sorotan itu merupakan vokalis dari grup musik Keroncong Kareueus. Ia baru bergabung dengan Keroncong Kareueus di tahun kedua, tepatnya pada tahun 2009. Keroncong Kareueus sendiri baru dibentuk pada tahun 2007 oleh Irfan, Dadi, Barnet, dan beberapa personel lainnya. Pada tahun 2007 Irfan dan kawan-kawan mempunyai keinginan untuk membentuk grup musik keroncong yang hanya berkiprah di sekitar Cikuya, Cicalengka. Ketika itu para personel Kareueus masih menggunakan alat musik seadanya. Seperti penggunaan ukulele sebagai pengganti cak cuk agar memiliki ciri khas musik keroncong.

Selain menggunakan alat musik seadanya, personel Kareueus pada awal kemunculannya diilhami oleh arus tren musik yang kala itu sedang ramai diminati. Memang di tahun-tahun itu beberapa grup musik bergenre metal dan regae terus-menerus bermunculan. Sehingga timbul kekhawatiran pada musik keroncong yang semakin hari cenderung dilupakan. Inilah yang menjadi salah satu alasan Irfan dan kawan-kawan membentuk sebuah grup musik keroncong dengan menggunakan konsep Sunda.

Meski menggunakan konsep Sunda, hal ini tidak berarti bahwa Irfan dan kawan-kawan akan mengurangi nuansa keroncongnya. Tetapi ada tambahan alat musik untuk mengkolaborasikan nuansa Sunda dengan keroncong. Dari konsep itu para personel Kareueus mempunyai peran masing-masing yang saling terhubung. Seperti Dedi yang bermain kendang, Ama bermain suling, diiiringi oleh Irfan yang memegang biola, Dadi yang bermain cuk, Putra memainkan cak, Uding bermain gitar, Arya memainkan celo, dan Dani sebagai vokalis.

Kehadiran Kareueus sendiri, boleh dikatakan, diklaim sebagai awal-mula kehadiran grup musik keroncong di Cicalengka. Tedi, personel Kareueus yang baru bergabung tahun 2017 menuturkan, bahwa Irfan dan kawan-kawan sangat berperan besar dalam mendirikan dan mengembangkan grup-grup keroncong di Cicalengka sampai sekarang ini.

Pada tahun 2008, Kareueus mulai memberanikan tampil di sebuah kegiatan untuk menghibur para penonton. Irfan yang waktu itu masih berstatus sebagai mahasiswa UPI, membawa Kareueus tampil untuk pertama kalinya pada suatu kegiatan yang digelar oleh UKM Keroncong Lapis Legit di UPI. Dari sini Kareueus mulai dilirik dan diekspos oleh kalangan musikus keroncong. Sampai akhirnya seorang musikus keroncong bernama Andre memberikan alat musik berupa cak cuk sebagai hibah untuk personel Kareueus. Setelah itu, nama Kareueus pun semakin melejit. Bahkan diundang untuk turut memeriahkan acara Festival 1.001 Lagu Keroncong di Semarang, tahun 2010.

Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #3: Dilema Masyarakat Cicalengka pada Proyek Jalur Kereta Api Ganda
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #4: Bangunan Dulu Kini Tinggal Nama
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #5: Nuansa Menjadi Mahasiswa Universitas Masoem

Kelompok Keroncong di Sekolah-sekolah

Setelah beberapa tahun berkiprah dalam Keroncong Kareueus, Irfan, Barnet, Dadi, dan personel lainnya harus mengembangkan ketertarikan musik keroncong ke generasi selanjutnya. Sebagai upaya untuk menularkan minat terhadap musik keroncong itu, Irfan dan beberapa orang lainnya memasukan keroncong ke sekolah-sekolah agar dapat menjadi kegiatan ekstrakulikuler. Upaya ini tentu saja membuhkan hasil. Irfan yang waktu itu mengajar di sekolah PGRI dan Bina Muda mampu menarik perhatian sebagian siswa untuk berlatih dan membentuk grup musik keroncong.

Personel lain seperti Dadi juga memasukan kegiatan keroncong ke sekolah Mutiara Harapan. Bahkan SMAN 1 Cicalengka tak bisa lepas dari kegiatan keroncong saat ini berkat mantan personel Kareueus angkatan lama bernama Ilham. Itulah kenapa Tedi, yang kini berperan sebagai pemain keyboard Kareueus, merasa sangat berterima kasih kepada para pendiri Keroncong di Cicalengka seperti Irfan, Dadi, dan Barnet. Karena mereka dianggap telah memberikan nuansa baru terhadap dunia musik di Cicalengka. Terutama genre keroncong yang sampai saat ini sangat minim peminatnya.

Hingga sekarang, di Cicalengka sudah terbentuk sekitar 9 grup musik keroncong. Selain Kareueus, ada juga Sora Sae yang konon merupakan alumni SMAN 1 Cicalengka. Ada juga Keroncong Comblang yang masih duduk sebagai siswa di SMAN 1 Cicalengka. Lalu S Project, Keroncong 212, Dbajigurs, Krisan Musik, ARD Musik, SMAPKA Art dan Krisan yang dibentuk di sebuah sekolah di Jatinangor tempat Irfan sekarang mengajar.

Berangkat dari beberapa grup keroncong yang sudah terbentuk itu, maka pada tanggal 24-25 September 2022 diselenggarakan Kemah Krontjong Cicalengka yang bertempat di Bumi Perkemahan Citaman, Nagreg. Kegiatan yang baru pertama kali digelar ini mengusung tema “Eksistensi Keroncong di Cicalengka”. Sebagai panitia dan personel Kareueus, Tedi menyebutkan bahwa kegiatan ini tidak terlalu muluk-muluk, sejalan dengan makna keroncong yang membentuk kesederhanaan. Alasan mengambil konsep kemah sendiri agar para musisi Keroncong di Cicalengka kembali kepada alam. Di samping untuk bersilaturahmi dan merekatkan kebersamaan antarmusisi keroncong.

“Pesan yang disampaikan dalam kumpulan kemah keroncong ini, supaya jangan terlalu ketergantungan terhadap tekonologi. Itulah mengapa kami mengambil konsep kemah,” ujar Tedi.

Selain melibatkan para musisi keroncong, acara Kemah Keroncong Cicalengka ini juga diisi dengan rangkaian diskusi seputar musik keroncong. Rencananya panitia akan mengundang para musikus keroncong senior dari Semarang dan Solo untuk berbagi hal mengenai keroncong. Bahkan panitia juga mengundang dosen UPI dan ISBI untuk melihat keroncong dalam sudut pandang kajian akademik.

“Kami juga mengundang keroncong Tugu serta musisi dari Semarang dan Solo dalam sesi diskusi. Malah kami pun mengundang dosen dari UPI dan ISBI untuk berbicara ihwal keroncong dari sudut akademis,” tambah Tedi.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//