CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #2: Pojok Baca Cicalengka, Harapan yang Terhalangi Prosedur Janggal
Pegiat literasi di Cicalengka sangat menunggu hadirnya Pojok Baca di Terminal Cicalengka yang kini rusak dan kumuh. Lama menanti izin dari Dishub Kabupaten Bandung.
Muhammad Luffy
Pegiat di Lingkar Literasi Cicalengka
31 Agustus 2022
BandungBergerak.id - Pada 7 Mei tahun 2021, langit cukup cerah seperti biasanya. Pagi hari kami sudah berada di aula Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Bandung untuk menghadiri rapat koordinasi tentang beberapa program dari Bunda Literasi Kabupaten Bandung. Salah satu keinginannya yaitu, membuat Pojok Baca di terminal.
Dari pegiat literasi Cicalengka hanya dua orang yang ikut dalam pertemuan itu. Yakni, Nurul Maria Sisilia dan Agus Sopandi dari Taman Baca Masyarakat (TBM) Kali Atas sekaligus sebagai pegiat Lingkar Literasi Cicalengka. Para pejabat juga hadir di sana. Seperti dari Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Penerbit Sarana Panca Karya, perwakilan Kecamatan Cicalengka dan orang-orang yang berhubungan dengan program Ibu Bupati Kabupaten Bandung. Program untuk mendirikan Pojok Baca itu mengarah ke Terminal Cicalengka.
Akhirnya disepakatilah bahwa program Pojok Baca itu akan diadakan di Cicalengka. Pilihan itu bukan tanpa alasan. Kami yang berada di forum tersebut memandang bahwa di Cicalengka terdapat suatu ruangan yang representatif di pusat keramaiannya. Ruangan itu berada di lantai dua gedung terminal, berdekatan dengan Alun-alun Cicalengka. Bahkan bukan sekadar ruangan. Ada juga teras yang cukup luas untuk dijadikan beragam kegiatan. Di teras itu kita bisa melihat dari atas toko-toko pakaian, pedagang makanan dan lapangan alun-alun. Beberapa meter di sebelah timur juga terdapat Kantor Kecamatan Cicalengka. Sedangkan di sebelah barat kita bisa langsung menuju Masjid Besar Cicalengka.
Dalam pertemuan itu, masing-masing pihak saling beropini dan saling menguatkan. Dari Dinas Arsip dan Perpustakaan konon, akan menyokong beberapa rak dan buku; dari Bappeda menghitung alokasi dana untuk Pojok Baca; lalu dari Dinas Perhubungan mempersoalkan pintu ruangan Pojok Baca yang mesti diperbaiki.
Rapat kordinasi pertama itu memang terjadi saling-silang pendapat yang cukup panjang. Tetapi keputusan untuk mendirikan Pojok Baca di area Terminal Cicalengka sudah ditetapkan, meski terbentur masalah perizinan dari pihak Dinas Perhubungan. Sehingga setelah rapat itu usai kami pun masih terganjal soal perizinan. Sungguh mengherankan. Sampai sekarang urusan perizinan itu belum juga keluar. Padahal ketika rapat koordinasi, tak sedikit pun dari Dinas Perhubungan membicarakan soal-soal yang mengkhawatirkan, terutama yang berhubungan dengan lalu lintas.
Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #1: Karakter Ahistoris Cicalengka
CERITA DARI BANDUNG BARAT #1: Para Pemuda Perawat Tradisi di Kampung Pojok
CERITA DARI BANDUNG BARAT #2 : Baju Pemberian Eril untuk Perintis Kebaikan di Batujajar
Pagebluk dan Belum Terealisasinya Pojok Baca
Bulan Juli di tahun 2021 adalah masa-masa duka bagi kami, mungkin juga masa-masa sulit untuk seluruh masyarakat Indonesia. Jumlah penderita Covid-19 semakin meningkat, seiring dengan perkembangan varian Delta yang masuk ke Indonesia. Hampir setiap satu menit sekali kami mendengar suara sirine ambulans dari berbagai arah. Atau, suara pengeras suara dari masjid-masjid terdekat yang mengabarkan seseorang telah meninggal.
Bahkan berita duka itu seketika berada di tengah-tengah kami. Kala itu, tiba-tiba seorang kawan mengirimkan pesan dalam grup Whatsapp, bahwa Agus Sopandi terpaksa menyerah oleh virus Delta yang menggerogoti tubuhnya. Tepat pada tanggal 4 Juli 2021 itu, kami harus kehilangan orang tua kami, Pak Agus, begitulah kami memanggilnya. Beliau adalah seseorang yang telah kami anggap sebagai penggerak literasi di Cicalengka, sekaligus sebagai bagian dari saksi untuk pengadaan Pojok Baca Terminal yang belum terlaksanakan.
Rasa duka itu memang tidak bisa hilang hingga saat ini. Namun, satu bulan setelah wafatnya mendiang Agus Sopandi, Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Bandung menggelar kembali pertemuan. Kali ini bukan khusus membicarakan program Bunda Literasi. Tetapi untuk kegiatan workshop menulis bagi perwakilan TBM di Kabupaten Bandung yang diisi oleh Eryandi Budiman. Utusan yang hadir dari Cicalengka untuk kegiatan itu berjumlah empat orang. Mereka ialah Nurul Maria Sisilia, Laila Nur Saliha, dan Camilla dari TBM Kali Atas. Ditambah dengan Fajrin Sadek dari komunitas Pohaci.
Setelah kegiatan itu usai, kami sempat berbincang-bincang dengan seseorang dari Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupten Bandung. Mulanya kami ingin berbicara dengan Tri Heru sebagai Kepala Divisi Perpustakaan Disarpus Kabupaten Bandung. Namun Tri Heru mengarahkan kepada sekretarisnya, Nenden, untuk menanyakan segala hal ihwal Pojok Baca. Obrolan itu tidak membuahkan hasil positif. Untuk pengadaan Pojok Baca masih terhalang perzinan dari pihak Dishub. Kendatipun kami tidak memahami apa yang sedang terjadi dengan semua prosedur yang janggal ini.
Dalam obrolan itu Nenden juga meminta kami untuk menyiapkan struktur kepengurusan Pojok Baca dan desain spanduk. Lalu beberapa Minggu berselang Lingkar Literasi Cicalengka mengadakan pertemuan di Taman Sehati untuk menindaklanjuti obrolan dengan Nenden mengenai pengadaan Pojok Baca. Pertemuan itu dihadiri oleh Teten Nuroddin dari TBM Cikahuripan, Nurul Maria Sisilia, dan Laila Nur Saliha dari TBM Kali Atas. Ditambah dengan beberapa orang dari komunitas Pohaci seperti Taufik, Widdi, Ihsan, dan lain-lain. Pertemuan itu baru menghasilkan satu pembahasan tentang siapa yang akan menjadi koordinator Pojok Baca. Atas beberapa pandangan dipilih dua calon. Calon pertama Nurul Maria Sisilia dari TBM Kali Atas. Sedangkan calon kedua, mengarah pada Ihsan dari Komunitas Pohaci.
Meski sudah memunculkan calon koordinator, tetapi belum ada kabar baik dari pihak Disarpus. Sejak pertemuan itu kami masih didera kebingungan, apakah pengadaan Pojok Baca itu akan berlanjut, atau masih disibukkan oleh urusan prosedur yang jelas-jelas tidak masuk akal. Sejak saat itu memang tidak ada komunikasi berlanjut dengan pihak Disarpus. Baik dengan Tri Heru maupun dengan Nenden. Yang jelas sampai sekarang, rencana untuk pengadaan Pojok Baca masih terhalang perizinan dari Dinas Perhubungan. Setidaknya keterangan itu kami dapatkan dari Nenden yang terakhir kami terima bulan Juli silam.
Padahal, kami, para pegiat literasi di Cicalengka sangat menunggu hadirnya Pojok Baca ini. Mengingat perlunya ruangan bersama untuk berbagai kegiatan literasi. Coba tengok ruangan dalam gedung di terminal itu kini. Hampir semua fasilitas terlihat rusak dan kumuh. Malah, banyak anak-anak jalanan yang sekadar numpang untuk mojok atau ngelem. Karena tidak adanya pengelolaan dan penjagaan yang baik dari pemerintah setempat.
*Tulisan kolom CATATAN DARI BANDUNG TIMUR merupakan bagian dari kolaborasi www.bandungbergerak.id dan komunitas Lingkar Literasi Cicalengka