• Kolom
  • CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #5: Nuansa Menjadi Mahasiswa Universitas Masoem

CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #5: Nuansa Menjadi Mahasiswa Universitas Masoem

Aturan yang berlaku di Universitas Masoem bagi laki-laki di antaranya memakai atribut baju konvensional seperti kameja, celana panjang, serta dilarang merokok.

Andrian Maldini Yudha

Pegiat Literasi di RBM Kali Atas

Universitas Masoem di Jalan Raya Cipacing No, 22, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Kampus di Jalan Raya Bandung - Garut ini menjadi alternatif bagi masyarakat Bandung timur. (Foto: Adrian Maldini Yudha/penulis)

21 September 2022


BandungBergerak.idPada tanggal 1 September 2021 lalu, resmi sudah aku menyandang predikat sebagai mahasiswa di Universitas Masoem. Sebuah universitas yang terletak di Jalan Raya Cipacing No, 22, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Namanya telah menggema di seantero langit Bandung, Sumedang, dan sekitarnya. Rasanya sangat gembira sekali aku dikukuhkan sebagai mahasiswa. Sebuah privelage sekaligus tanggungjawab yang harus diemban olehku karena sekarang aku bukan sebagai “siswa” melainkan aku adalah “mahasiswa” yang artinya maha dari segala siswa.

Telah ganjil satu tahun aku belajar sebagai mahasiswa di sana. Dalam jangka waktu satu tahun itu pun aku merasakan pelbagai impresi yang sungguh berharga. Dimulai menjalin relasi dengan kawan-kawan baru, mereguk dalamnya sumur ilmu, dan belajar dengan dosen-dosen yang piawai.

Semenjak diresmikannya pada tanggal 9 April 2019, Universitas Masoem memiliki 4 fakultas yaitu, fakultas komputer, fakultas ekonomi dan bisnis Islam, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, dan fakultas pertanian. Kini ia telah berkembang secara signifikan. Sebagai universitas yang terbilang masih muda, rupanya Universitas Masoem begitu digandrungi oleh masyarakat diberbagai daerah. Biaya pendidikan yang terjangkau serta sistem pembayarannya yang bisa diangsur dan terbilang murah, menjadi alasan mengapa Universitas Ma’soem begitu banyak diminati oleh masyarakat.

Selain itu, ada sebuah unsur pembeda yang membedakan Universitas Masoem dengan universitas lainnya. Lantas kalau begitu entitas apa yang dimiliki Universitas Masoem? Bagaimana peraturan-peraturan yang ada di sana? Saya sebagai mahasiswa di sana, akan mencoba untuk menuliskan opini lewat sebuah tulisan ini.

Universitas Masoem Sebagai Kampus Berbasis Religius 

Entitas pertama yang dimiliki Universitas Ma’soem adalah penekanannya pada nilai-nilai religius. Mahasiswa tingkat satu di sana diwajibkan untuk mengikuti program Kajian Jum’at Pagi (KJP) atau Kajian Jumat Sore (KJS) sebagai salah satu syarat sidang skripsi.

Ada pula sebuah kajian rutinan yang diakomodasi oleh UKM Kelompok Studi Islam (KSI). Setiap minggu, kami selalu berkumpul di aula dan mendengarkan ceramah atau pemateri yang membicarakan seputar nilai-nilai agama. Hal ini menjadi basis pembelajaran yang wajib diikuti dengan tujuan membangun mahasiswa yang saleh dan saleha.

Tentunya kita sebagai mahasiswa diharapkan harus bisa mematri dan mengamalkan nilai-nilai agama yang telah kita pelajari dari kegiatan tersebut. Sehingga, inilah yang menjadi pembeda Universitas Ma’soem dengan universitas lainnya. Kami di sini dididik menjadi seorang cendikiawan yang tidak hanya berilmu melainkan juga beradab.

Adapun beberapa regulasi yang wajib dipatuhi oleh setiap mahasiswa di sana di antaranya, adalah; ketika azan bergema, maka setiap proses kegitan wajib dihentikan selama 20 menit dan harus segera menunaikan salat.

Aturan-aturan lainnya juga mengharuskan mahasiswa khususnya bagi laki-laki untuk memakai atribut baju yang konvensional seperti kameja, celana panjang, serta dilarang merokok di area kampus. Hal ini bertujuan untuk menonjolkan identitas masoem yang mengandaikan kerapihan dan kesopanan.

Lebih daripada itu, kita di Universitas Ma’soem mengenal sebuah filosofi cageur, bageur, dan pinter. Rupanya basis filosofi inilah yang menjadi rujukan dan dasar dalam pembinaan para mahasiswanya. Lalu apa arti dari cageur, bageur, dan pinter itu? Kenapa harus cageur dulu, kenapa engga pinter yang utama? Mengutip perkataan dari Rektor Universitas Ma’som, Dadang Muhammad Ma’soem, bahwa sebelum Anda pintar, tentu Anda harus cageur (sehat) dulu, karena tidak ada gunanya Anda pintar kalau Anda tidak cageur (sehat). Lalu setelah Anda cageur (sehat), Anda harus bageur (berkelakuan baik) dulu karena adab itu lebih utama daripada ilmu. Ketika Anda sudah bisa cageur dan bageur, barulah Anda sekarang beranjak pada pinter (pintar), dan itulah gambaran seorang cendikiawan yang ideal.

Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #2: Pojok Baca Cicalengka, Harapan yang Terhalangi Prosedur Janggal
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #3: Dilema Masyarakat Cicalengka pada Proyek Jalur Kereta Api Ganda
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #4: Bangunan Dulu Kini Tinggal Nama

Tanggapan terhadap Beberapa Regulasi di Universitas Masoem

Dari sisi kelebihan dan kekhasan yang dimiliki Universitas Masoem dalam hal pembinaan mahasiswanya, rupanya ada semacam penyanggahan terhadap beberapa peraturan yang diterapakan di sana. Saya pun sebagai mahasiswa di sana melakukan diskusi dengan beberapa kawan untuk mengkritisi peraturan-peraturan yang terlalu konvensional.

Di antaranya, kami sulit menerima sebuah keharusan bagi laki-laki untuk memakai pakaian yang berkerah. Kami selalu diharuskan untuk mengenakan kameja dan dilarang mengenakan kaos. Peraturan ini sangat gamang dan membuat bimbang bagi kami. Toh, ini sama sekali tidak akan mempengaruhi kapabilitas kegiatan belajar kami. Selama tidak melanggar syariat Islam kami kira tidak ada salahnya menggenakan kaos.

Selebihnya saya pribadi sangat mengapresiasi pelbagai kegiatan-kegiatan seperti Kajian Juma’at Pagi dan Kajian Jum’at Sore. Ini adalah suatu pembalajaran yang penuh manfaat bagi saya sebagai mahasiswa. Pembelajaran dari kegiatan ini menjadi basis moral tindakanku dalam bertindak di kehidupan sehari-hari. Hal ini saya kira sangat penting dimiliki. Karena setiap orang butuh pegangan moral dalam hidupnya untuk menentukan arah dan tujuan hidupnya, dan ketika kita sudah memliki pegangan moral tersebut, kita tidak akan mudah terprovokasi oleh orang untuk melakukan kegitan-kegiatan negatif. Dan yang paling menarik selama saya menjadi mahasiswa di sini adalah karena ia memiliki basis filosofi cageur, bageur, dan pinter.

Yang artinya sehat, baik, dan pintar. Ini merupakan kekhassan yang menonjol dan hanya dimiliki Universitas Masoem saja. Saya yakin, dengan basis filosofi ini, Universitas Masoem akan semakin berkembang secara dinamis dan akan mencetak cendikiawan-cendikiawan yang berguna bagi agama dan bangsa.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//