• Cerita
  • Merakit Toleransi Melalui Tur ke Kelenteng Satya Budhi

Merakit Toleransi Melalui Tur ke Kelenteng Satya Budhi

Keberadaan Kelenteng Satya Budhi menjadikan kecamatan Andir sebagai wilayah dengan keberagaman tinggi di Kota Bandung.

Komunitas Aleut menggelar walking tour ke Klenteng Satya Budhi, Bandung, Sabtu (29/10/2022). Klenteng Satya Budhi sebagai salah satu bangunan cagar budaya tertua di Bandung. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Penulis Allaida Az Zahra31 Oktober 2022


BandungBergerak.idKlenteng Satya Budhi tak hanya menawarkan pesona sejarah kebudayaan Tionghoa di Bandung. Klenteng ini sekaligus sebagai simbol perekat toleransi antarumat beragama di kota yang didiami penduduk dengan latar belakang agama berbeda-beda.

Sabtu (29/10) lalu, Komunitas Aleut sebagai kelompok yang berfokus untuk mengenali sejarah Bandung mengunjungi Klenteng Satya Budhi. Dengan konsep acara ‘walking tour’, pendalaman sejarah mengenai keunikan sosial budaya Tionghoa menjadikan suasana pecinan yang kental di kelenteng paling tua di Kota Bandung tersebut masih sangat terasa.

Kelenteng Satya Budhi diresmikan dengan nama Hiap Thian Kong yang berarti Istana Para Dewa. Bangunan ini didominasi warna merah, hijau, serta kuning dengan berhiaskan relief lukisan dewa-dewa Tiongkok yang memiliki makna dalam tiap lukisannya.

Perjalanan menyusuri Kelenteng Satya Budhi diawali dengan memasuki gerbang utama. Kristanto atau disapa Tanto hadir sebagai pemandu. Ia menjelaskan mengenai sejarah arstektur dan makna di dalamnya.

Disebutkan oleh Tanto bahwa Kelenteng Satya Budhi memiliki beberapa fungsi di antaranya adalah untuk tempat berkumpul pertemuan masyarakat yang mana biasanya dilaksanakan saat acara tahunan Tionghoa seperti imlek atau bulan hantu.

Selanjutnya, kelenteng juga memiliki sebagai sarana edukasi. Hal ini dibuktikan dengan pemaknaan dari berbagai mural yang ada dalam kelenteng, salah satunya adalah mural seorang anak dan ibu yang menunjukkan kain jahit sebagai arti bahwa ilmu perlu membutuhkan waktu untuk dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Ada juga lukisan yang bermakna penunjukan arah mata angin dan makna filosofis dari strategi pemilihan tempat dibangunnya kelenteng. Selain dari tempat berkumpul dan edukasi, fungsi utama dari kelenteng adalah sebagai tempat beribadah umat Tionghoa untuk melaksanakan ritual agamisnya.

Baca Juga: RS Dustira dan Lemasmil II Cimahi Sah sebagai Bangunan Cagar Budaya
Jatuh Bangun Pusparita Tedjasari Merawat Bangunan Cagar Budaya dengan Hasil Berjualan Kue
Gedung BPI ITB Dinominasikan Mendapat Anugerah Cagar Budaya Kota Bandung

Komunitas Aleut menggelar walking tour ke Klenteng Satya Budhi, Bandung, Sabtu (29/10/2022). Klenteng Satya Budhi sebagai salah satu bangunan cagar budaya tertua di Bandung. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)
Komunitas Aleut menggelar walking tour ke Klenteng Satya Budhi, Bandung, Sabtu (29/10/2022). Klenteng Satya Budhi sebagai salah satu bangunan cagar budaya tertua di Bandung. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Kelenteng Satya Budhi, Multikulturalisme, dan Kampung Toleransi

Keberagaman budaya Tionghoa yang dilestarikan dengan penjagaan Kelenteng Satya Budhi menjadi bukti bahwa Bandung sebagai kota dengan berbagai ras dan etnis yang dapat hidup aman dan rukun di dalamnya.

Tanto, sebagai salah satu pengurus Kelenteng Satya Budhi menyebutkan bahwa Kelenteng Satya Budhi berperan menjadi salah satu unsur terbentuk serta terjaganya budaya toleransi di daerah Bandung.

“Memang, Kelenteng Satya Budhi sudah termasuk ke dalam kampung toleransi beraliansi dengan kecamatan Andir,” ungkap Tanto.

Dengan terbentuknya kampung toleransi yang di dalamnya terdapat Kelenteng Satya Budhi, menjadikan kecamatan Andir punya keberagaman latar belakang penduduk khususnya dari agama yang mereka anut.

Selain Kelenteng Satya Budhi, daerah Andir juga memiliki beberapa tempat ibadah yang beragam di sekitarnya yang mana di antaranya adalah Vihara Tanda Bhakti, Masjid Al Hasanah, Gereja Bethel Tabernakel. Hal ini menjadi bukti bahwa walapun berbeda-beda, hidup damai dan saling berdampingan akan terwujud apabila toleransi dapat terjaga.

Cagar Budaya

Kelenteng Satya Budhi ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung (Disparbud) Kota Bandung. Menurut Rani, Ketua Komunitas Aleut, bangunan bersejarah di kota Bandung khususnya tempat ibadah mendapat kebijakan bebas pajak.

“Untuk bangunan bersejarah seperti tempat beribadah, sekolah, atau instansi terkait memang tidak dikenai pajak ke kota Bandung. Hal ini ditujukan untuk mengurangi pengeluaran biaya yang akhirnya dapat difokuskan untuk pemeliharaan bangunan,” ujar Rani.

Selain pembebasan pajak, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung memiliki acara Anugerah Cagar Budaya yang mana pemenang dari nominasi akan mendapat hadiah berupa dana pengembangan untuk terus menjaga kelesetarian dari keberagaman budaya.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//