• Kolom
  • CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #10: Seniman itu Bernama Ade

CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #10: Seniman itu Bernama Ade

Percobaan pertama Ade dalam membuat alat musik dari bambu dimulai setelah dirinya menyaksikan pertunjukan di televisi.

Muhammad Luffy

Pegiat di Lingkar Literasi Cicalengka

Dede Suryana yang akrab disapa Ade, seniman kerajinan bambu dan kayu dari Cicalengka. (Foto: Muhammad Luffy)

3 November 2022


BandungBergerak.id - Ade tak menyangka jika dirinya akan menjadi pengrajin bambu yang cukup terkenal di Cicalengka. Kehidupannya berubah setelah Ade tidak lagi bekerja sebagai pegawai bangunan. Kala itu tahun 2010. Ade memutuskan untuk bergelut di bidang seni kerajinan bambu, terutama alat musik etnik Sunda.

Percobaan pertama Ade dalam membuat alat musik dari bambu dimulai setelah dirinya menyaksikan pertunjukan celempung dan karinding di sebuah acara televisi. Mula-mula ia merasa penasaran dengan suara yang muncul dari dalam alat musik itu. Matanya terus tertuju ke arah televisi. Lalu Ade berpikir bahwa ia sudah tidak asing melihat bentuk kedua alat musik etnik tersebut. Ingatannya kembali ke masa kecil saat orang tuanya membawa dua buah benda yang sama. Seketika pikiran Ade diselimuti rasa penasaran. Malam itu mata Ade tak dapat terpejam. Hatinya terus berkata ingin segera berganti hari.

Rasa penasaran Ade sedikit sirna. Keesokan harinya Ade mempraktikkan pembuatan celempung, berbekal gambaran yang ia lihat sebelumnya dari televisi. Tangannya mulai menyerut bambu setelah bahan-bahan untuk membuat celempung dan karinding dikumpulkan. Lalu bambu itu dibentuk mirip dengan apa yang dalam imajinasinya sebut sebagai celempung dan karinding.

Meski berhasil membentuk kedua alat musik itu Ade masih merasa kebingungan. Percobaan pertama tersebut gagal karena celempung yang ia buat tidak mengeluarkan bunyi. Ade tidak menyerah. Dengan ketekunannya ia terus mencoba kendati berkali-kali gagal seraya terus menganalisis letak kekurangannya. Akhirnya, nasib baik itu datang di suatu hari. Celempung yang Ade buat bisa mengeluarkan suara persis seperti yang pertama kali ia dengar di televisi.

Kerajinan yang dibikin Dede Suryana yang akrab disapa Ade, seniman kerajinan bambu dan kayu dari Cicalengka. (Foto: Muhammad Luffy)
Kerajinan yang dibikin Dede Suryana yang akrab disapa Ade, seniman kerajinan bambu dan kayu dari Cicalengka. (Foto: Muhammad Luffy)

Buah tangan Ade dalam membuat celempung dan karinding merupakan modal utama untuk merambah ke kerajinan bambu lainnya. Bekal ini kemudian Ade terapkan pada bahan-bahan bambu dan kayu bekas yang sudah tidak terpakai; seperti kalung, gelang hingga hiasan-hiasan besar untuk dipajang. Dengan memanfaatkan kayu dan bambu bekas itu, Ade pernah dicap sebagai tukang sampah. Tetapi Ade tak merasa terhina dan patah arang. Dari situ ia terus membuktikan, jika kayu yang dianggap sampah itu bisa diolah menjadi bahan yang sangat berguna.

Alhasil sampai sekarang banyak orang datang menemui Ade untuk dibuatkan kerajinan dari bongkahan bambu dan kayu. Termasuk dari kalangan siswa, mahasiswa dan para pegiat seni di Cicalengka. Di rumah panggung yang juga seluruhnya terbuat dari kayu, mereka mempunyai maksud lain yakni menyewa berbagai hiasan untuk artistik dan menanyakan beragam hal soal kerajinan bambu. Tetapi ada juga dari mereka yang sengaja menginap agar dapat menyerap ilmu dari laki-laki bernama lengkap Dede Suryana itu.

Prinsip Ade dalam bergelut dengan dunia bambu memang tidak bergantung pada keuntungan uang yang besar. Kendati pernah bangkrut dalam bisnis kerajinan bambu yang digelutinya, Ade masih yakin bila suatu saat usahanya akan memperoleh hasil yang sangat mencukupi. Pernah Ade menolak tawaran temannya untuk bekerja kembali sebagai kuli bangunan. Mendengar hal itu sang istri marah karena Ade lebih memilih berpenghasilan kecil dari usaha menjual kerajinan bambu. Tetapi, prinsip dan keyakinan Ade sangatlah kuat. Lambat laun sang istri menerima prinsipnya itu sehingga semua upaya yang sampai kini dilakukan Ade dapat mencukupi keperluan dalam keluarga.

Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #7: Semerbak Aroma Kopi Cicalengka
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #8: Menilik Kembali Dinamika Proyek Jalur Kereta Api Ganda Bandung-Cicalengka
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #9: Kerja Lingkar Kopi Cicalengka Menciptakan Ekosistem Kopi Lokal

Kerajinan yang dibikin Dede Suryana yang akrab disapa Ade, seniman kerajinan bambu dan kayu dari Cicalengka. (Foto: Muhammad Luffy)
Kerajinan yang dibikin Dede Suryana yang akrab disapa Ade, seniman kerajinan bambu dan kayu dari Cicalengka. (Foto: Muhammad Luffy)

Grup Kesenian

Nasib Ade semakin berubah ketika masyarakat sudah mengenalnya sebagai seniman kayu dan bambu. Pada 28 Oktober 2014 Ade mulai membuat grup kesenian dengan nama Kaboa Pariuk. Nama ini merupakan akronim dari Karinding Bojong Asih, merujuk pada predikat dan tempat tinggal Ade di Desa Bojong Asih Kecamatan Cicalengka. Nama Pariuk sendiri berasal dari Gunung Pariuk tempat Ade memperoleh kayu dan bambu bekas. Dari nama Pariuk Ade memanggul harapan yang tinggi. Menurutnya Gunung Pariuk merupakan simbol dari tingginya keinginan yang dimiliki, terutama mengenai kerajinan bambu yang digelutinya.

“Semakin tinggi harapan yang dipanjatkan akan semakin tinggi usaha dan hasil yang ditempuhnya,” ucap Ade sambil mengarahkan telunjuknya ke atas.

Saat ditanya mengenai kerajinan bambu Ade selalu menampakan rasa rendah hati di hadapan orang di sekelilingnya. Ade sering menjawab bahwa ia hanyalah manusia yang tidak tahu apa-apa soal seni. Apalagi Ade tak pernah duduk di bangku kuliah. Meski begitu orang-orang menganggap jika Ade mempunyai bakat yang tidak dimiliki orang lain yang bergiat di bidang seni kerajinan. Bahkan banyak mahasiswa ISBI datang ke rumah Ade dan belajar secara tidak langsung tentang seni mengolah kayu dan bambu untuk dijadikan alat musik, pernak-pernik atau hiasan artistik pertunjukan.

Sekalipun dikenal, Ade tak ingin menonjolkan diri di berbagai media. Setelah diwawancara biasanya Ade mewanti-wanti supaya wajahnya tidak ditampilkan. Hal ini karena Ade merasa dirinya bukanlah siapa-siapa. Kendatipun Ade pernah diundang di acara-acara besar untuk membuat dan menata artistik, serta tercatat sebagai Patriot Desa Kabupaten Bandung. Beberapa acara yang pernah diikutinya, yakni Jatinangor Festival, acara Karinding di Kamojang, dan Festival Kendan yang turut menghadirkan Bupati Bandung.

Menurut orang-orang yang sering berkunjung ke rumahnya, Ade ialah orang yang mudah bergaul. Bahkan dengan kondisi ekonomi seadanya, Ade bersama sang istri selalu menjamu para tamu yang baru datang pertama kali. Itulah salah satu yang menarik dari Ade. Di samping daya tarik lain, yaitu hiasan-hiasan serta sebuah ruangan khusus tempat Ade memproduksi olahan bambu dan kayu menjadi benda yang banyak diminati.

Sebagai seniman, tak ada yang lebih penting bagi Ade selain silaturahmi. Prinsip inilah yang membuat Ade bisa bertahan secara ekonomi. Sebab ia percaya, dengan menjalin silaturahmi rezeki akan muncul tak disangka-sangka. Terbukti saat Ade sedang berjalan di Alun-alun Cicalengka, seseorang tiba-tiba memanggilnya lalu menawari dua bungkus rokok untuk dibawa pulang. Itulah salah satu berkah menjadi seniman lokal yang mudah bergaul dengan siapa pun.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//