• Kolom
  • MEMORABILIA BUKU (13): Pameran Buku di Kampus-kampus Bandung

MEMORABILIA BUKU (13): Pameran Buku di Kampus-kampus Bandung

Pameran buku di kampus, bekerja sama dengan himpunan mahasiswa, melahirkan relasi dan peluang baru. Dengan mahasiswa, dosen, dan pustakawan perpustakaan kampus.

Deni Rachman

Pemilik Lawang Buku, pegiat perbukuan, dan penulis buku Pohon Buku di Bandung.

Para pengunjung sedang asyik mencari dan mengincar buku stan LawangBuku dalam Pesta Buku Diskon 2013 di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Senin (16/12/2021). Pameran buku berlangsung 16–20 Desember 2013. (Foto: Deni Rachman)

10 Oktober 2021


BandungBergerak.id - Siapa yang rindu pameran buku di kampus-kampus? Tentu saja para pelapak buku dan mungkin juga kawan-kawan mahasiswa-mahasiswi. Pameran buku di kampus biasanya digelar di bulan-bulan tertentu, terutama awal tahun semester atau pasca-UAS (ujian akhir semester). Para pelapak buku diundang oleh himpunan mahasiswa atau berkongsi menyelenggarakan pameran buku secara mandiri.

Dan yang pasti, penentuan waktu pameran buku ini haruslah di awal bulan mengingat kocek mahasiswa yang potensial membeli buku dalam kondisi dompet masih tebal. Mahasiswa adalah pelanggan LawangBuku yang paling loyal.

Pembatasan kegiatan publik di masa pandemi Covid-19 yang sudah memasuki dua semester lebih ini, praktis menghentikan seluruh kegiatan pameran di kampus-kampus. Pameran buku andalan yang terhitung masih aktif seperti Soemardja Book Fair (yang rutin tahunan diselenggarakan di Galeri Soemardja ITB) terpaksa terhenti.  Pameran yang diselenggarakan oleh Galeri Soemardja, Sarekat Buku, dan Komunitas Biblioforum ini terakhir digelar tahun 2019.

Kontak terakhir saya dapatkan ketika Panitia Pekan Raya Sejarah Historia 2020 dari Himpunan Pendidikan Sejarah UPI menunda seluruh kegiatannya. Berikut pesan Whatsapp dari Amirotunnisa selaku Panitia memberi kabar, tertanggal 10/4/2020:

“Tanpa mengurangi rasa hormat kami Himpunan Mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah dengan ini memberikan informasi terkait seluruh kegiatan Pekan Raya Sejarah 2020 seperti Historia Cup, Book Fair, Olimpiade Sejarah, History in Frame, dan Pentas Seni yang akan dilaksanakan pada tanggal 11-18 April 2020 DIBATALKAN. Pembatalan tersebut dikarenakan untuk mengantipasi penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Maka dengan ini kami selaku panitia mohon maaf atas keputusan pembatalan ini dan kami mohon agar memakluminya. Keputusan ini terpaksa kami ambil sebagai upaya pencegahan COVID-19. Terimakasih untuk perhatiannya”.

Betapa sedihnya saya mendapat kabar pembatalan tersebut karena acara itu merupakan acara besar, selalu rutin diselenggarakan, dan kebanggaan Jurusan Sejarah UPI. Hingga kini belumlah ada kabar baik dari panitia tersebut maupun dari pihak kampus lainnya mengenai kepastian kapan pameran buku sedianya aman digelar lagi.

Sambil menunggu kabar baik dari kampus-kampus, ada baiknya saya mengupas kisah memorabilia selama mengikuti pameran buku di pelbagai kampus di Bandung Raya. Cakupan tempat ini meliputi kampus atau perguruan tinggi di Kota Bandung dan Sumedang. Saya sebutkan kampus-kampus yang pernah LawangBuku jajaki:

  1. UNPAD (Dipati Ukur & Jatinangor)
  2. ITB (Bandung)
  3. IAIN (sekarang UIN Bandung)
  4. Unpar (Ciumbuleuit, Jalan Nias, dan Jalan Merdeka)
  5. Unisba Tamansari
  6. UPI
  7. Unpas (Setiabudi, Lengkong, dan Tamansari)
  8. Universitas Widyatama
  9. STSI (sekarang ISBI)
  10. ITENAS
  11. YPKP (Sekarang Universitas Sangga Buana)
  12. Telkom University
  13. Politeknik Negeri Bandung
  14. Universitas Maranatha

Bauran Pemasaran Buku di Kampus

Merujuk teori bauran pemasaran (mix-marketing), terutama dari sisi people, place, product, price, dan place, sesungguhnya buku dan dunia kampus sangatlah berhubungan erat. Satu sama lainnya saling membutuhkan dan melengkapi. Mahasiswa, dosen, pegawai, dan pustakawan perguruan tinggi membutuhkan bahan bacaan baik untuk kebutuhan studi, mengajar, maupun untuk pengayaan wawasan keilmuan dan penyediaan buku di rak-rak perpustakaan kampus.

Buku sebagai produk intektual yang melibatkan orang-orang buku dan orang-orang kampus ini mencirikan gairah keilmuan di suatu kampus. Suasana obrolan di sela pembeli membayar di kasir atau diskusi-diskusi buku dapat menyegarkan sekaligus memperkaya keilmuan, fakta, dan aktualitas informasi.

Dari sisi harga, orang-orang kampus termasuk kelompok yang memiliki daya beli buku yang baik. Buat para pedagang buku, kampus menjadi incaran untuk mendirikan toko buku dan menyelenggarakan pameran atau bursa buku. Dari sisi pameran buku, memang ada kampus tertentu yang menjadi andalan penjualan. Berdasarkan raihan omzet penjualan buku, UNPAR menempati posisi teratas. Sedangkan kampus yang setara omzetnya, saya sematkan kepada ITB, UNPAD, UPI, UIN, dan UNISBA.

Semenetara itu, denyut pameran buku yang masih konsisten dari amatan kronik buku sejak tahun 2000-an yaitu UIN, UNPAR, UPI, ITB, UNPAD, dan UNISBA. Kronik pameran buku di kampus saya sarikan di akhir tulisan.

Erwan Juhara (kiri), pendiri Yayasan Jendela Seni Bandung yang turut memasok buku ke LawangBuku saat berpameran di kampus.-kampus, berpose bersama Danyawan Haflah (kanan) yang bermitra sebagai juruladen LawangBuku di sebuah pameran buku, Rabu (9/2/2011). Denyawan saat ini menjadi pengurus Salman Reading Corner. (Foto: Deni Rachman)
Erwan Juhara (kiri), pendiri Yayasan Jendela Seni Bandung yang turut memasok buku ke LawangBuku saat berpameran di kampus.-kampus, berpose bersama Danyawan Haflah (kanan) yang bermitra sebagai juruladen LawangBuku di sebuah pameran buku, Rabu (9/2/2011). Denyawan saat ini menjadi pengurus Salman Reading Corner. (Foto: Deni Rachman)

Pameran Buku Pertama di IAIN Bandung

Pada tahun 2002, ketika saya melapak buku di pasar kaget Gasibu, saya membaca informasi di harian Pikiran Rakyat dan mendapati agenda Bursa Buku Murah dalam rangka Pekan Seni dan Sastra PUMA BSI IAIN (sekarang UIN Bandung). Setelah mengontak panitianya, saya menyiapkan satu kantong tas carrier 40 liter dan satu buah dus mi instan. Saya siapkan juga selebaran dan buletin sebagai media promosi yang difotokopi dalam kertas HVS warna hijau. Sebelum mempunyai kartu nama, kedua media tersebut menjadi andalan berpromosi.

Setiba di IAIN, saya dipersilakan mengisi satu meja kosong yang sudah disiapkan oleh panitia. Saya membawa buku terbitan Mizan, Assyamil, Grasindo, Angkasa, dan penerbit lain, dengan beragam topik dari seni, sastra, budaya, hingga pengetahuan umum. Tak hanya buku, saya pun membawa CD Harun Yahya atau Omar Mochtar, tahsin Al-Quran, dan lain-lain.

Untuk buku-buku penerbit Yayasan Obor Indonesia, saya sangat terbantu oleh pasokan dari Kang Erwan Juhara. Kang Erwan datang hari itu agak siang, naik bus DAMRI, membawakan dengan semangat satu dus buku yang ia bawa dari tempat tinggalnya di Kiaracondong. Kang Erwan Juhara adalah sastrawan, pendiri Yayasan Jendela Seni Bandung yang kerap menyelenggarakan diskusi-diskusi dan lomba-lomba sastra di tahun 2000-an. Gedung Rumentang Siang menjadi basecamp komunitasnya. Ia juga menerbitkan buletin khas berukuran setengah folio yang berisi rubrik cerpen dan puisi.

Terakhir saya mendapat kabar, Kang Erwan aktif menjadi pengurus IKAPI Jabar dan berdinas sebagai guru SMA 10 Bandung. Keramahan dan ketulusannya menyokong awal perintisan LawangBuku, tidak akan bisa saya lupakan.    

Pameran demi pameran di kampus, selalu diikuti oleh LawangBuku. Di awal-awal tahun 2000, sayalah yang aktif mencari informasi. Terkadang saya ikut ‘nebeng’ melapak buku di acara yang tidak ada bazar bukunya. Saya mencari celah peluang setiap ada informasi acara bedah buku, seminar, atau seni budaya di kampus. Bentuk timbal baliknya rata-rata berupa bagi omzet 10 persen. Kalaupun berbayar, jarang ada yang meminta bea sewa yang mahal. Sesekali saya turut berpartisipasi memeriahkan acara dengan memberikan doorprize buku atau voucher diskon belanja buku di LawangBuku.  

Seiring waktu berjalan, justru para panitia pameranlah yang sering mengontak terlebih dahulu. Mereka biasanya mendapatkan nomor kontak para pedagang buku dari kakak seniornya yang terlebih dahulu menjadi panitia. Kepanitiaan dengan sistem angkatan seperti itu membuat saya bertemu anggota-anggota panitia yang selalu baru. Mereka tergabung dalam himpunan mahasiswa (HIMA Jurusan) atau badan eksekutif mahasiswa (BEM atau KEMA).

Ada juga beberapa pameran yang diselenggarakan oleh unit kegiatan mahasiswa (UKM). Di luar itu, pameran buku di kampus pernah diselenggarakan oleh universitas bersangkutan yang bekerja sama dengan Ikapi Jabar.

Suka Duka Melapak di Kampus-kampus

Yang sangat berkesan dan tak bisa dilupakan adalah pengalaman melapak buku di UNPAR. Dhito, salah seorang pentolan panitianya, menghubungi saya untuk ikut dalam pameran buku di Gedung Serba Guna (GSG) Unpar. Dhito dan kawan-kawan panitia tidak menerapkan biaya dan tak meminta bagi hasil sedikit pun. Seluruhnya gratis. Meja, kursi, dan publikasi seluruhnya ditanggung oleh panitia. Mereka menyewakan stan, yang terletak di luar GSG, hanya kepada pedagang makanan dan minuman.

Terkadang dengan sistem titip, panitia menjemput dan mengembalikan buku secara mandiri. Alhasil omzet penjualan tidak dipotong, dan kami tak dipusingkan dengan biaya operasional pameran. Pola kerja sama tanpa dipungut biaya ini masih tetap berlaku hingga sekarang (sebelum pandemi). Para pedagang buku merasa sangat dimuliakan di acara tersebut.

Lain lagi motif panitia kampus yang menyelenggarakan pameran buku untuk penggalangan dana usaha. Mereka biasanya menerapkan biaya meja atau paling moderat meminta omzet sharing 10-15 persen. Pernah suatu waktu, dalam pameran buku di Student Centre ITB, terjadi kecemburuan sosial yang berefek kepada penyesuaian fasilitas pameran. Gedung yang memiliki 2 lantai itu memisahkan lantai utama untuk para tenant dari penerbit ‘besar’ yang berbiaya agak mahal, dan lantai dasar untuk para tenant dari toko-toko buku kecil dengan biaya yang agak murah. Kami para pedagang buku dari toko buku kecil diberi fasilitas seadanya dan dilayani dengan lambat. Ini membuat kami tak nyaman berjualan.

Untunglah beberapa waktu kemudian, dimotori oleh Tia Setiawati, Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil ITB mengundang LawangBuku melapak buku dan menyelenggarakan pemutaran film Karl May di ruang auditorium tanpa dipungut biaya sepeser pun. Seluruh fasilitas ditanggung HIMA. Kerja sama dengan Kopma ITB pun berjalan baik dengan sistem bagi hasil. Dalam acara ini, panitia memberikan tempat lapakan buku yang memadai.

Kebaikan lain yang diperoleh selama berpameran buku di kampus adalah pertemuan lain dengan relasi-relasi baru, seperti bertemu para dosen dan pustakawan perpustakaan kampus tersebut. Mahasiswa pascasarjana, dosen, dan pustakawan adalah kelompok yang biasanya paling banyak belanja. Ketika melapak di Soemardja Book Fair, misalnya, Pak Yasraf Amir Piliang dan Perpustakaan Seni Rupa kerap memborong beberapa buku.

Sementara itu, dengan panitia atau mahasiswa, kerap terjalin kerja sama baru. Seperti yang saya alami ketika bertemu Wiku Baskoro di pameran buku di Universitas Widyatama pada tahun 2004. Wiku Baskoro awalnya membuka toko buku Hitam Putih, tak jauh dari gerbang kampus Widyatama. Setelah tokonya tutup, Wiku bergabung dan bermitra mengelola LawangBuku Distributor hingga tahun 2008/2009.

Kerja sama terjalin juga dengan mahasiswa di kampus tempat berpameran. Mereka bersedia menjadi juruladen stan LawangBuku, terutama jika LawangBuku berpameran besar di Landmark Braga Bandung. Jiman Suhadi (UNPAD), Pratita Lilatia (UNPAD), Mega Viola (Telkom University, Evi Sri Rezeki (UNISBA), dan Annisa Tresna Sutantry (Universitas Widyatama) adalah beberapa rekanan yang kemudian menjadi tim pameran LawangBuku. Salah seorang dari mereka terkadang turut mengajak dan merekomendasikan teman sekampusnya ikut serta menjadi juruladen, sampai bahkan ada yang melamar kerja paruh waktu. Salam respek untuk Yuli Ucil (UNPAD), Rini Wijayanti (UNPAD), Anne Rizki (UNPAD), Gina Gandalesmana (UNPAD), Sabatina Putri Wijaya (UNPAR), Astri Puspa (UIN), dan kawan-kawan yang tak tersebutkan satu per satu.  

Baca Juga: MEMORABILIA BUKU (12): Merayakan Pramoedya Ananta Toer di Bandung
MEMORABILIA BUKU (11): Kenangan Toko Buku Djawa
MEMORABILIA BUKU (10): Keakraban Pasar Buku Sabuga 2006

Membuat Sendiri Pameran Buku di Kampus

Sejak tahun 2009, mengingat pelanggan utama LawangBuku datang dari kalangan mahasiswa, saya mulai berencana membuat sendiri pameran buku di kampus. Ajang pertama berlangsung tahun 2010, ketika saya diundang oleh Teh Senny Alwasilah, dosen Bahasa Inggris UNPAS (Setiabudhi), untuk menjadi penyelenggara Bursa Buku Sastra dalam rangkaian Pesta Sastra memperingati 50 Tahun UNPAS. Seluruh dana dan fasilitas disediakan oleh pihak kampus.

Siasat kedua adalah berhimpun dengan beberapa pedagang buku dalam wadah yang dinamai Sarekat Buku. Salah satu programnya adalah membuat pameran buku di kampus-kampus. Program yang telah terlaksana yaitu Soemardja Book Fair 2017, 2018, dan 2019, Moferen (Moro Referensi) UNISBA tahun 2017, dan Pasar Biru 2019. Sedangkan untuk stan bersama, Sarekat Buku pernah membuka stan di Bale Pabukon UNPAD dan ajang temu sastra di UNPAD.

Tak semua produksi acara pameran di kampus tersebut berjalan mulus. Ada kalanya terjadi miskomunikasi dengan pihak kampus yang diwakili oleh pihak HIMA. Kurang maksimalnya kerja sama tersebut berimbas pada kesuksesan pameran. Penyediaan meja untuk pameran dan urusan birokrasi kampus merupakan beberapa kendala yang dihadapi panitia bersama. Untuk mengatasi persoalan dana operasional, biasanya kami para pedagang buku menggulirkan iuran.

Beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan berpameran di kampus pernah saya lontarkan kepada kawan-kawan di Sarekat Buku. Salah satunya yaitu kepemilikan alat produksi sendiri berupa perangkat pameran buku, seperti tenda, meja, kursi, dan sound system (untuk diskusi buku). Tujuannya, saat mengadakan pameran buku, para pedagang tinggal bekerja sama perihal izin lokasi saja dengan pihak kampus. Tak perlu repot dengan meja dan ruangan yang terkadang mendapat tanggapan sangat lambat.

Pengadaan alat produksi itu sedianya ditanggung secara kolektif oleh para pedagang buku. Namun hingga tulisan ini dibuat, ajuan solusi tersebut belumlah terwujud.

Dokumen-dokumen yang menjadi sumber informasi tentang pameran-pameran buku di kampus-kampus Bandung Raya. (Sumber foto: Pabukon Hanca)
Dokumen-dokumen yang menjadi sumber informasi tentang pameran-pameran buku di kampus-kampus Bandung Raya. (Sumber foto: Pabukon Hanca)

Berikut data kronik pameran buku di kampus-kampus di Bandung:

  1. 10-11 Mei 2002. Bursa Buku Murah dalam rangka Pekan Seni dan Sastra PUMA BSI IAIN Bandung.
  2. 2 – 3 Mei 2003. Bazar Buku di Pementasan Teater. Tempat: Studium Center Unisba. Penyelenggara: Studi Teater Unisba (STUBA). Judul pementasan: Petang di Taman karya Iwan Simatupang. Sutradara & Pimpinan Produksi: Widodo & Sri Wahyuni. Peserta bazar: Mizan, Tobucil, Kios Buku Lawang.
  3. 22-24 Desember 2005. Bazar Buku di Sawargi ITENAS, Sawargi: Sawala, Pameran sareng Pasanggiri. Penyelenggara: Lingkung Seni Sunda (Lisenda) ITENAS.
  4. 11-13 Desember 2006. STBA Buchmesse. Penyelenggara: Himpunan Mahasiswa Bahasa Jerman STBA Yapari-ABA Bandung. Peserta bursa buku: Reading Lights, Jalasutra, LawangBuku, Raja Books, Penerbit Andi, Mizan, dan Taman Bacaan Pitimoss. Mata acara lain: Pemutaran film Karl May, film dokumenter perang Nazi, pementasan seni tari Jerman dan Kerontjong Merah-Putih.
  5. 18-22 Desember 2006. Pekan Sejarah II & Bazaar Buku UNPAR di Gedung Serba Guna. Diskusi “Gajah Mada Perang Bubat” dihadiri Asvi Warman Adam & Langit Kresno Harijadi. Mata acara lainnya: Pemutaran film Agresi Militer Belanda I dan II, Onderneming Tanah Sunda, Diskusi “Plagiarisme dalam Penulisan Sejarah Indonesia”, dan Diskusi “Keadaan Jakarta Tempo Doeloe”.
  6. 2005-2006. Bursa Buku di Extension Course Filsafat UNPAR. Penyelenggara: Fakultas Filsafat UNPAR. Peserta: LawangBuku, Kanisius, dll.
  7. 28 Juli 2006. Bazar Buku di Pagelaran Teater STUBA UNISBA. Tempat: Aula Utama, Penyelenggara: STUBA. Judul pagelaran: Pada Suatu Malam karya Evi Sri Rezeki & Paman Tercinta karya Charles Lee. Sutradara: Deni Maung & Evi Sri Rezeki.
  8. 5-8 Februari 2007. “bu;k” - Bursa Buku 2007 FE UNPAR. Tempat: GSG & Plaza. Peserta lapakan buku: Yrama Widya, Gubuk Dongeng, Omuniuum, LawangBuku, Elvira. Bedah Buku: Andrea Hirata (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi), Radithya Dika (Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus), Nazla Luthfiah (Lelaki Pembawa Senja). Acara lainnya: Japanese art performace, vocal group, acoustic performance, dan pementasan teater.
  9. 5-7 Maret 2007. The Taste of Book UNPAR. Menghadirkan beragam penerbit, toko buku, dan distributor. Diskusi Buku bersama Dewi Lestari yang dipandu oleh Wiku Baskoro (LawangBuku) mengupas tren belanja buku online. Bincang Buku Subrosa karya Aurelia Tiara, Bedah Buku The Da Peci Code. Penampilan musik: La Luna & Cherry Bombshell.
  10. Maret 2007. Bazar Buku di Pesta Kesenian Rakyat Padjadjaran IV UNPAD. Penyelenggara: Lingkung Seni Sunda (Lises) UNPAD.
  11. 30 April – 5 Mei 2007. Literacy Fair ’07 di Plaza Fikom Unpad, Jatinangor. Penyelenggara: Himpunan Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fikom UNPAD, dalam rangka memperingati Hari Buku Internasional. Tema: Literacy Campagne. Mata acara: razia buku, teatrikal literasi, Himaka library care corner, musikalisasi puisi, diskusi peduli literasi, pelatihan membuat perpustakaan pribadi, workshop dan perpustakaan software Athenaeum 6.0. Ayi Rochman, pendekar buku dari Bandung Selatan (seorang pedagang gorden keliling yang memiliki perpustakaan umum di Banjaran) hadir sebagai pembicara di acara ini.
  12. 24-28 September 2007. Bazar Buku di UKDM Expo 2007. Tempat: Gedung PKM UPI. Penyelenggara: Unit Kegiatan Dakwah Mahasiswa UPI. Tema: Reformasi Diri Menuju Kampus Islami. Mata acara: bazar buku, training motivasi, bedah buku, lomba nasyid, ceramah, parade nasyud, dll. Peserta bazar buku diikuti oleh beragam penerbit, distributor, dan perorangan.
  13. 14-15 Desember 2007. Bazar Buku di Djamoe Tjap UPI. Penyelenggara: Mahasiswa Seni Rupa UPI. Stan buku: Tobucil, Bacabaca Bookmart, Omuniuum, LawangBuku, Reading Lights. Mata acara lain: pameran, performace art, seminar pendidikan seni dan tradisi, hiburan rakyat, dan workshop.  
  14. Februari 2008. Bookti Cinta Unpar. Penyelenggara: Mahasiswa Ekonomi UNPAR. Diselenggarakan berbarengan dengan bulan Februari yang selalu dinuansakan dengan cinta dan Valentine. Peserta lapakan buku: Periplus, Omuniuum, LawangBuku, Gramedia, 7Heaven, Togamas, Reading Lights, dan Soemardja Bookstore.
  15. 12-14 Februari 2008. Bursa Buku di STBA. Penyelenggara: Himpunan Mahasiswa Sastra Jerman. Peserta bursa buku: Kiblat Buku Utama, LawangBuku, Andi Publishing, dll. Bedah Buku: Myself Scumbag karya Kimung. Acara lain: pertunjukan seni.
  16. 6-11 Januari 2009. Academic Book Fair, Aula Barat ITB. Penyelenggara: Ikapi Pusat-Jawa Barat, Pemkot Bandung, dan ITB. Diikuti oleh 42 stan buku berbagai penerbit buku universitas dan umum seluruh Indonesia di antaranya Gunung Agung, Penerbit Erlangga, ITB Press, Lembaga Penerbit FE-UI, Java Books, ISEAS Singapore, Grasindo, Universitas Trisakti, SUSKA Press Universitas Islam Negeri Riau, dan Airlangga Unversity Press Surabaya. Mata acara: seminar, lokakarya, talkshow, lomba, dan bedah buku. Ada yang menarik di stand ITB, dipamerkan beberapa koleksi buku langka dan dokumen masuk Soekarno (Presiden RI pertama) sebagai mahasiswa ITB tahun 1921-1926 yang tercatat pada buku Induk ITB tahun 1920-1931. Koleksi buku langka lainnya diantaranya "Kromoblanda" karangan Door HF Tillema (1922) mengenai Indonesia pada zaman Belanda dan buku Lukisan-Lukisan Koleksi Ir. Dr. Soekarno yang memperlihatkan koleksi lukisan-lukisan karya beliau semasa hidup.
  17. 11 November 2010. Bursa Buku Sastra UNPAS. Penyelenggara: Sastra Inggris FISS UNPAS & Propublic. Diselenggarakan dalam rangkaian acara Pesta Sastra 2010 memperingati 50 Tahun UNPAS. Acara: Bursa Buku, Pameran Buku Sastra Sunda dari Rumah Baca Buku Sunda, Temu Penulis, Booksigning, dan Konsultasi Kepenulisan.
  18. 31 Oktober – 4 November 2011. Pesta Buku Diskon di Grha Sanusi UNPAD. Penyelenggara: IKAPI Jabar & UNPAD. Tema: Buku Hebat Harga Hemat
  19. Mei 2013. Historia Book Fair. Penyelenggara: Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah UPI.
  20. 16 – 20 Desember 2013. Pesta Buku Diskon 2013 di Grha Sanusi UNPAD, Penyelenggara: IKAPI Jabar & UNPAD. Tema: Menuju Bandung sebagai Kota Buku Sejagat.
  21. 26 – 29 November 2014. Pekan Sejarah UNPAD di Aula PSBJ. Penyelenggara: HIMSE UNPAD. Tema: Kultur Anak Muda di Bandung era 70-90an. Acara: Bazar Buku, Diskusi, Rilis Buku, Seminar Nasional, Pemutaran Film.
  22. 27 Maret – 5 April 2015. Pesta Buku Diskon di Bale Pabukon UNPAD Jatinangor. Penyelenggara: Ikapi Jabar dan UNPAD. Peserta stand diikuti oleh berbagai penerbit, distributor maupun toko buku dengan diskon sampai 70%. Mata acara:  Pameran Mummy Fir’aun dan bedah buku.
  23. 9 – 13 Januari 2017. MOFEREN #1, Gedung Student Center Kampus Utama UNISBA. Penyelenggara: Keluarga Mahasiswa Jurnalistik & Sarekat Buku. Acara: Bursa Buku, Pameran Surat Kabar Lawas, Bedah Buku, Workshop, Pementasan Seni dan Musik, serta Bedah Film.
  24. 20 - 26 Februari 2017. Soemardja Book Fair di Galeri Soemardja ITB. Penyelenggara: Sarekat Buku & Galeri Soemardja ITB. Mata acara: Pameran Seni Rupa dan Dokumen, Lapak Buku, Orasi Budaya, Performace Art, Musik dan Puisi.
  25. 9 – 12 April 2018. MOFEREN #2 di Kampus Utama UNISBA. Penyelenggara: Keluarga Mahasiswa Jurnalistik & Bincangtualang. Acara: Bazar Buku, Diskusi, Bedah Buku, Workshop, Pemutaran Film.
  26. 30 November – 4 Desember 2018. Soemardja Book Fair di Galeri Soemardja ITB. Penyelenggara: Sarekat Buku & Galeri Soemardja ITB. Tema: Buku, Seni, dan Hal-hal di Sekelilingnya. Mata acara: Lapak Buku, Bedah Buku, Diskusi, Lokakarya, dan Penampilan.
  27. 9 – 10 September 2019. Hari Literasi: Pameran Buku & Donasi Buku. Tempat: Selasar PPAG UNPAR. Tema: Voyage Through Time. Peserta lapakan buku: Periplus, Katalis, SvaTantra, LawangBuku, Theraz Buku, Komunitas Ruang Hidup.
  28. 4 – 8 November 2019. Soemardja Book Fair di Galeri Soemardja ITB. Penyelenggara: Galeri Soemardja, Sarekat Buku, dan Komunitas Biblioforum. Tema: Potensi Literasi di Era 4.0. Mata acara: Lapak Buku, Bedah Buku, Diskusi, Workshop, dan Penampilan Seni.
  29. 2 – 6 Desember 2019. Book Fair dalam rangka Milangkala HIMAS UPI ke-61 tahun. Peserta lapakan buku: Lumbung, Ombak, Ultimus, Marjin Kiri, Komunitas Bambu, LawangBuku.

Sumber informasi kronik: Poster, Matabaca, Pohon Buku, Piagam, Internet.

Salambuku!

Editor: Redaksi

COMMENTS

//