Dilema PTM Terbatas Kota Bandung: Prokes Belum Terjamin, PJJ Tidak Optimal
PTM Terbatas di Kota Bandung masih memunculkan dilema. Sebagian orang tua mengeluhkan lemahnya disiplin prokes, sementara para murid ingin segera kembali ke sekolah.
Penulis Bani Hakiki12 Oktober 2021
BandungBergerak.id - Penerapan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dikeluhkan sebagian murid dan orang tua belum sebenuhnya bisa menjamin keselamatan kesehatan warga sekolah. Di sisi lain, pembelajaran jarak jauh (PJJ) menggunakan sistem hibrida (hybrid) atau daring diakui tidak berjalan optimal.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengupayakan berbagai upaya untuk kembali menerapkan PTM sejak bulan Juni 2021 lalu. Namun, strategi yang telah diterapkan belum bisa meyakinkan banyak orang tua untuk mengizinkan anaknya hadir di lingkungan sekolah.
Agan Radyan (39), seorang warga Pasir Impun, memiliki seorang anak yang menjadi murid kelas satu di salah satu SMP di Ujungberung. Sampai saat ini ia belum mengizinkan anaknya mengikuti kegiatan PTM di sekolah. Penerapan PTM ia nilai terlalu terburu-buru dan bahkan terkesan dipaksakan.
“Ya, kita tahu sendiri sebelum pandemi juga masih banyak masalah pendidikan kita, jangan maksain. Mending benerin dulu daring,” ungkapnya ketika ditemui BandungBergerak.id, Senin (11/10/2021).
Agan berharap agar Pemkot lebih jauh melibatkan peran orang tua murid dalam pengambilan keputusan PTM Terbatas. Ia juga meminta Pemkot segera menuntaskan vaksinasi sehingga membuat warga merasa nyaman dan aman beraktivitas.
Merujuk data Bandung.go.id, Minggu (10/10/2021), tercatat sebanyak 1.717.128 orang (87,95 persen) telah menerima vaksin dosis pertama dan 1.238.181 orang (63,42 persen) untuk dosis kedua. Juga diketahui sudah ada 23.175 orang (1,19 persen) tenaga kesehatan yang telah menerima dosis ketiga sebagai booster.
Baca Juga: PTM Terbatas Kota Bandung: Pelanggaran Prokes masih Terjadi di Sekolah
PTM Terbatas Kota Bandung: Dinas Kesehatan Didesak Perketat Pengawasan
ITB Mulai Kuliah Tatap Muka Hibrida, Unpad Siapkan PTM Akhir Oktober
Murid Merindukan Sekolah
Banyak murid yang dirumahkan mengaku gundah dan kehilangan atmosfer serta motiviasi belajar. Keterbatasan komunikasi tatap muka membuat sebagian dari mereka menganggap sepele mata pelajaran yang diberikan secara daring.
Nadin Darmawanti (18), seorang murid kelas tiga SMA Negeri 23 Bandung mengaku tidak pernah merasakan puas dengan sistem PJJ dan hibrida yang diterapkan. Pasalnya, banyak kelonggaran dan ketidakjelasan materi yang diberikan oleh beberapa guru tertentu.
“Jujur, kalau saya ngerasanya kayak terlalu dibebasin. Kitanya sendiri jadi kurang disiplin, soalnya kayak gak punya patokan belajar. (Materi) yang paling susah diserap tuh kalau pelajaran yang disampein gak jelas. Kadang malah gurunya kayak keburu-buru ngajarnya,” tuturnya saat dihubungi, Senin (11/10/2021).
Ketidaktelatenan penyampaian materi pelajaran melalui daring berpengaruh besar terhadap menurunnya kualitas pembelajaran dalam sistem PJJ. Nadin, seperti juga banyak pelajar lainnya, berharap agar pagebluk segera tuntas tertangani sehingga ia bisa kembali ke lingkungan sekolah seperti sebelumnya.
“Pengennya cepat-cepat sekolah kayak biasa lagi. Apalagi ini tahun terakhir, kangen juga sama teman-teman di sekolah,” ungkapnya.
Pemkot Bandung telah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait PTM. Selama bulan Oktober 2021, peserta PTMT dibatasi 25-50 persen dari total murid per kelas. Pada November-Desember 2021 mendatang, batasannya akan ditambah hingga 50-70 persen. Selanjutnya, kapasitas 100 persen akan diterapkan sepenuhnya secara bertahap pada bulan Januari 2022.
Tes Antigen Acak
Kendala penerapan PTM Terbatas juga dikeluhkan oleh Igun Ardiansya, seorang guru sekaligus anggota Satgas Covid-19 SD Negeri 201 Sukaluyu. Pengawasan oleh pemerintah belum ketat sehingga anggota Satgas di sekolah tidak bisa menjamin keamanan di lingkungar luar sekolah.
“Kayaknya kalau cuma mengandalakan Satgas di sekolah jadi kurang efektif pengawasannya. Apalagi SDM kami terbatas karena fokus mengawasi kepatuhan prokes di lingkunga sekolah. Harusnya Dinkes atau Disdik bisa rutin menurunkan (personel) pengawasnya ke lapangan,” katanya..
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung berencana bakal melakukan tes antigen secara acak di sejumlah sekolah. Strategi ini bakal diterapkan kepada siswa dan tenaga pendidik, dengan menyasar 10 persen dari jumlah keseluruhan sekolah di Kota Bandung yang sedang menjalankan PTMT.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanegara menuturkan bahwa upaya pengawasan PTM itu bakal bergulir mulai Senin (11/10/2021). Jika ditemukan kasus positif, bakal ada tindak penanganan khusus, baik terhadap siswa, tenaga pendidik, maupun keluarganya.
“Jadi, (tes antigen acak) ini adalah program Kemenkes. Di Jawa Barat ada dua daerah percontohan, yakni Kota Bogor dan Kota Bandung,” katanya.